Selamat hari Senin para guru yang mulia. Memulai kembali aktifitas setelah berakhir pekan. Semoga hari ini adalah hari terbaikmu. Bahagia dan ceria, hanya ada senyum dan tawa. Luka lara sembunyikan saja. Pendam jauh di dasar hati. Hingga ia tak mampu bangkit menganggu kita. Sejatinya kita adalah guru-guru istimewa. Guru merdeka dan bahagia.

Menjadi guru adalah pilihan terbaik. Karena guru adalah bagian orang yang ditinggikan derajatnya karena berilmunya. Di era digital ini. Guru harus mampu melek dunia teknologi. Terpaksa atau memaksakan diri, belajarlah tiada henti. Karena guru yang tidak mau melakukan perubahan pada dirinya. Maka bersiap-siaplah ditinggalkan oleh zaman.

Guru terbaik adalah kita. Yang selalu dicintai muridnya. Hadirnya selalu dinantikan, ketiadaannya menjamurkan kerinduan. Kita adalah idola, artis, selebgramnya murid-murid kita. Maka untuk semua itu, rasanya tidak cukup kita mengajar di depan kelas berbekal setumpuk buku dan spidol, lalu berdiri ceramah menyampaikan ilmu hingga waktu usai. Mereka senang belajar sambil bergerak, riang gembira bersama ice breaking yang kita sajikan, bahkan kalau bisa tiap pertemuan menampilkan cara mengajar yang berbeda. Hingga anak-anak tidak bisa menebak-nebak prosedur mengajar kita. Misalnya:

“Habis ini pasti Pak guru nulis indikator, setelah itu meminta baca buku, setelah itu jelaskan dan terakhir latihan.” Guman dalam hati seorang siswa

Mari perlahan kita berubah, dalam mengejar makna guru yang merdeka. Merdekanya guru bukan berarti ia bebas tanpa beban kerja. Namun guru yang bebas (merdeka) menyampaikan berbagai metode mengajar yang menyenangkan untuk siswanya. Kelas bahagia. Guru dan siswa riang gembira. Ah, sekedar nilai pas KKM insyaAllah bisa kita capai.

#TantanganGurumenulis

#Day1GuruSiana