Susi Amny Magdalena Siregar

Susi Amny Magdalena Siregar lahir di Pematangsiantar, 23 Oktober 1968. Menyelesaikan pendidikan S1 jurusan PBS di FKIP Universitas Jambi pada tahun 1991 dan S2 ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Hari ke-24 TantanganGurusiana Berbalas Pantun Budaya Melayu yang Perlu Dilestarikan
BERBALAS PANTUN: BUDAYA MELAYU YANG PERLU DILESTARIKAN

Hari ke-24 TantanganGurusiana Berbalas Pantun Budaya Melayu yang Perlu Dilestarikan

Berbalas Pantun: Budaya Melayu yang Perlu Dilestarikan

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti penuntun. Di beberapa daerah istilah pantun berbeda-beda. Dalam bahasa Jawa pantun dikenal dengan istilah parikan, dalam bahasa Sunda pantun disebut paparikan, dan dalam bahasa Batak disebut umpasa.

Tujuan pantun adalah memberi nasihat, menyatakan rasa cinta dan sayang, menyampaikan ajaran moral dan budi pekerti, serta menghibur melalui pantun-pantun jenaka.

Di dalam dunia kesusastraan pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang terikat pada rima (persamaan bunyi). Jumlah barisnya empat baris, bersajak ab ab, jumlah suku kata dalam setiap baris 8 sampai 12.

Pada suku Melayu, berbalas pantun merupakan salah satu tradisi yang secara turun-temurun dilaksanakan pada beberapa acara penting. Satu di antaranya adalah pada acara meminang seorang gadis. Untuk acara ini biasanya kedua belah pihak memanggil orang yang cukup pintar berpantun. Percakapan dalam acara meminang ini dilaksanakan dengan berbalas pantun dari pihak laki-laki dan perempuan. Maksud dan tujuan masing-masing pihak disampaikan melalui  pantun yang sahut-bersahut. 

Selain pada acara meminang dan acara adat perkawinan, pantun juga sering disampaikan orang tua untuk menasihati anak-anaknya. Begitu juga dalam acara muda-mudi. Berbalas pantun dijadikan sebagai sarana bermain-main dalam menjalin persabatan.

Pada masa sekarang ini, tradisi berbalas pantun sudah jarang kita lihat. Salah satu penyebabnya adalah kecanggihan teknologi yang telah membawa budaya asing masuk dalam kehidupan kita. Nah, ini perlu menjadi perhatian kita bersama. Bagaimana seharusnya kita melestarikan budaya daerah dalam kehidupan generasi muda? 

Beberapa hari ini CEO kita Bapak Mohammad Ikhsan dan Bapak Leck Murman menantang para gurusianer untuk berpantun ria. Alhamdulillah tantangan ini disambut baik. Di akun gurusiana pantun bersemi. Di dinding fb pantun bersahut-sahutan. Ibu Salamah dari Tebing Tinggi, Ibu Nany Nurdin dari Binjai, Ibu Yusnani Tambunan dari Tebing Tinggi, dan Ibu Chalidah Melvi dari Tanjung Balai. Pokoknya keseruan yang luar biasa menyambung tali silaturahmi para gurusianer. Mudah-mudahan ini salah satu upaya melestarikan pantun sebagai budaya kita.

 

Mari kita simak pantun berikut.

 

Orang Minang malam bainai

Orang Deli malam berpantun

Meski gerimis rinai-rinai

Kami tetap berbalas pantun

 

Sambal cabai dicampur tomat

Jangan dimakan bersama kurma

Jika ingin hidup selamat

Berbuat baik pada sesama

 

Baju kurung kebaya malaysia

Berhias jilbab warna merah

Tandanya cinta Indonesia

Kita lestarikan budaya daerah

 

Makan mie gomak campur kerupuk

Bertambah nikmat bila minum jus

Jika bertemu jangan berpeluk

Jaga jarak hindarkan virus

 

Petiklah gitar tiup seluring

Pukullah gendang bertalu-talu

Stay at home social distancing

Covid-19 segera berlalu

 

Pematangsiantar, 12 Mei 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mksh ibu informasinya

13 May
Balas

Sama2 Bu. Kita lanjutkan berbalas pantun ya Bu.

13 May

Benar ibu kearifan lokal yang perlu di lestarika, dan kita di MGI termasuk kelompok pelestari.

13 May
Balas

Iya Ibu sayang. Terima jasih sdh mampir.

13 May

Kami punya parik an, tapi tidak dilestarikan seperti orang Sumatera. Dipelajari kalau dia mengambil mata kuliah Bahasa Jawa. Dan tidak ada kegiatan yang mendukung itu. Kalau Jawa Timur terkenalnya di TVRI atau radio RRI yang masih melestarikan.

13 May
Balas

Ooo seperti itu ya Bu. Klo orang Melayu masih suka berpantun. Agar tdk punah hrs dilestarikan. Terima kasih infonya ya Bu.

13 May

ha..ha.., lucu,saya suka pantun jenaka..eh mie gomak itu apa he..he..saya baru dengar..ajarin dong buat pantun

13 May
Balas

Mie gomak itu mie khas Siantar Pak. Di Jakarta gak ada.Hehehe...Pak Eko.

13 May

Trims kawan2 yg sdh baca tulisan sy.

13 May
Balas

Mantap Bu, memang harus kita lestarikan ya Bu. Sukses selalu Bu.

13 May
Balas

Betul Bu. Terima kasih ya Bu.

13 May

Keren Bu. Betul sekali Bu... Perlu dilestarikan agak budaya ini tak punah

12 May
Balas

Hehehe....Tugas dan tanggung jawab kita bersama ya Bu. Terima kasih sudah mampir Bu.

12 May



search

New Post