Suara guruh terdengar silih berganti. Membuat perasaan serasa gamang. Tidak lama hujanpun turun disertai suara angin menyusup lewat ventilasi rumah. Membuat hati semakin bergidik.

Aku ingat anak-anak yang sedang tidur di kamarnya. Biasanya mereka memasang changer hp. Ini sangat rawan ketika kondisi seperti sekarang ini. Aliran listrk bisa saja terkontaminasi oleh suara guruh yang kadang bermuara menjadi suara petir.

" Bang, bagaimana dengan anak kita di kamarnya ya?" Tuturku dengan rasa khawatir.

"Entahlah jawab my husband sambil memposisiksn selimutnya.

Akupun turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar ananda.,

Baru 8 langkah ketika mau membelok ke kamar anak, tiba-tiba buk..tum...bang...aku ambruk ke lantai dan berteriak.memanggil abang. Tubuhku tertelentang seketika. Aku menangiis badanku sakit semuanya. Pergelangan kakiku terbeleng (terkilir). Suami berlari keluar kamar dan segera menolongku. Diangkatnya kepalaku dan ditidurkan di pahanya ,

"Astaga sayang, kenapa sampai begini, ujarnya sambil memelukku.

Aku semakin menangis seperti anak kecil yang tidak diberi mainan.

Sungguh badanku ini sakin semuanya. Sudah badanku gemu, gedebuk pula ke lantai tanpa diduga.

"Ya Allah, tolonglah aku lirihku masih dibarengi dengan tangisan.

Suami mendudukan dan menuntunku berdiri. Akupun ditidurkan di atas kursi tidak jauh dari tempat aku jatuh.

'Kenapa bisa begini ya?' gerutu suamiku sambil mencek kondisi lantai.

Adtagfirullah ternyata di lantai itu penuh dengan air, rembesan dari plafon yang sedang diperbaiki tukang, tapi belum kelar.

Akupun mengingatkan suami untuk mengeringkan lantai dan memberi kain serta tampungan untuk.menamoung air. Mana tau ketika anak-anak keluar kamar ia juga tidak tau dan terjatuh . Makanya diantisipasi sebelum kejadian.