Menatap Awan
Cerpen
Menatap Awan
"Aku adalah aku dengan segala kekuranganku, buka kamu dengan segala kelebihanmu. Memakiku dengan sebutan terjelek takkan bisa merubahku seperti yang kau mau. Kau hanya akan semakin menyakitimu. Adanya aku atas keruniaNya yang kusyukuri. Meski mungkin tak menyenangkan bagimu. Menjauhlah jika tersakiti olehku," bisik Zee pada bilah foto digoolefotonya.
Matanya berkaca menyesali kata yang begitu menyakitkan dari orang yang dikaguminya selama ini.
Zee mematikan gawainya. Kali ini dia tak mau melihat lagi kata menyakitkan itu. Namun air matanya terus mengalir membasahi pipinya yang kusut.
"Setegar karang aja lama-lama bisa hancur jika terus diterjang ombak. Apalagi manusia amatiran. Huhuuu...." nyiyir cicak yang sedang merayap di dinding melihat Zee yang terpejam dengan air mata yang terus mengalir. Zee tak mempedulikan cicak yang 'ngekek' persis di dinding depannya. Dia sibuk mengusap air matanya, kemudian pelan-pelan membukanya. Dia pandang langit-langit yang gelap. Namun seakan kalimat menyakitkan itu terlihat di atap kamarnya. Matanya kembali basah. Zee menutup muka dengan tangannya.
"Tenanglah, tidurlah dengan mimpi yang kelam," perintah hatinya sendiri.
Bersambung....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerpen yang keren. Sukses selalu dan barakallahu fiik
Terima kasih Bunda motivasinya..