Suriyadi Al-Difaqi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
(Cerita Anak Ramadhan) Petasan Sayang Petasan Menyebalkan
ilustrasi gambar sumber ; solopos.com

(Cerita Anak Ramadhan) Petasan Sayang Petasan Menyebalkan

AlDifaqi- Petasan Sayang Petasan Menyebalkan

“Dhuarrrr…….”

Bunyi petasan mengagetkan aku yang sedang tertidur di siang hari. Aku segera beranjak menuju ruang tamu. Ayah sedang khusyu membaca Al-Quran. Sementara Ibu memasak di dapur ditemani Kak Ayu.

“Kenapa sayang?” tanya Ayah sambil mengelus kepalaku

Aku diam sambil memeluk Ayah.

“Kaget yaa sama bunyi petasan?”

Aku mengangguk dengan terus memeluk Ayah.

“Tenang sayang, kan itu cuma bunyi petasan.” Ayah mencoba menghiburku.

“Kenapa sih Ayah, siang-siang kok pada main petasan. Bahkan tadi malam juga Andrew dengar suara petasan kencang banget di belakang rumah. Hampir setiap hari deh bunyi petasan.”

“Yah namanya juga bulan puasa. Selalu ada yang bermain petasan.”

“Memangnya ngga ada yang negur mereka gitu? kan jelas-jelas mengganggu.”

“Dulu waktu Ayah seumuran kamu, Ayah juga suka main petasan kalau bulan Ramadhan.”

“Ayah ngga dimarahi sama Kakek?”

“Bukan dimarahi lagi, Ayah bahkan pernah dihukum tidak boleh keluar rumah selama 2 hari gara-gara main petasan. Hehehehe…”

“Aku setuju sama Kakek. Seharusnya anak-anak yang bermain petasan dihukum saja.”

“Hahaha…… kamu ini kok berpikiran seperti itu.”

“Lah habisnya mengganggu orang. Bikin kaget aku.”

“Hahahahaha….”

“Kok Ayah malah tertawa? Ayah setuju anak-anak ganggu orang lain dengan bermain petasan?”

“Bukan begitu sayang. Ayah tentu saja tidak setuju.”

“Nah itu kenapa Ayah tertawa?”

“Memang susah sayang untuk bisa menghentikan kebiasaan bermain petasan di bulan Ramadhan. Ini seperti sudah menjadi budaya atau kebiasaan yang sulit dihilangkan. Bulan Ramadhan akan menjadi bulan yang menyenangkan bagi anak-anak bermain petasan, sebab tidak akan ada yang melarang secara langsung. Kalau di waktu selain Ramadhan pasti dilarang.”

“Kok bisa begitu Ayah? padahal yang Andrew rasakan, petasan selain mengganggu juga membahayakan orang lain.”

“Betul sekali. Ayah jadi ingat waktu dulu bermain petasan dengan teman Ayah yang bernama Iwan. Tangannya terpaksa dipotong karena terkena petasan yang meledak di tangannya karena kelamaan dipegang.”

“Astagfirullah… serem ih Ayah.”

“Makanya Ayah senang sekali saat mengetahui kamu salah satu anak yang tidak suka bermain petasan.” Ayah kemudian mengecup keningku

“Terus jadinya gimana dong Ayah untuk anak-anak yang bermain petasan itu?”

“Sepertinya sulit untuk dilarang sayang, seperti yang Ayah bilang tadi. Mungkin salah satu cara agar tidak menganggu kita khususnya, yaa kita mengingatkan secara langsung kepada meraka.”

“Yaah masa begitu saja. Menurut Andrew sudah sepantasnya ada larangan bermain petasan di bulan Ramadhan. Ini bisa mengganggu kekhusyuan atau ibadah orang-orang.”

Ayah memelukku.

“Kamu hebat sayang…..”

“Dhuuuaaaarr……. Dhuuuuaaarrr…… Dhuaarrr……”

Berulang terdengar bunyi petasan dari arah belakang rumahku. Ayah yang memelukku spontan kaget dan melompat sambil membaca istigfar. Aku pun tersenyum melihat ekspresi kaget Ayah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ulasan yang luar biasa keren

12 Apr
Balas



search

New Post