Pikun
Pikun
#TantanganGurusiana
#TantanganHari_21
Tentu ada yang mengerutkan kening melihat gambar dengan judul cerita saya hari ini. Adakah yang bisa menemukan relevansi antara kunci motor dengan penyakit pikun?
Iseng saat jam istirahat tadi kutanyakan pada seorang teman apa yang terlintas di pikirannya ketika mendengar kata "kunci motor" dan "pikun", spontan dijawabnya : Ibu Suri !
Yaah... bagi rekan-rekan di sekolah melihatku kebingungan mencari kunci motor adalah hal yang lumrah. Dicari di ruang kelas ternyata di temukan di rak perpustakaan. Merasa sudah menyimpan kunci di dalam tas ternyata tergantung manis di lemari kelasku. Tetapi saat merasa kunci terjatuh di bawah sofa sungguh saya tak akan mencarinya di lapangan dengan alasan disana lebih terang. Diriku tidak seabsurd itu.
Beruntung seorang rekan bersedia membantu. Berkali kali-kali kutinggalkan si kunci begitu saja, berkali-kali pula digantungnya ditempat yang sama, sambil tak jemu mengingatkan "Bu, kuncinya ketinggalan lagi, saya gantung disini, yaaak !".Ah, semoga Allah memudahkan urusanmu, rekanku yang baik hati dan budi bahasanya.
Penyakit pikunku memang sudah memasuki fase yang menyebalkan. Tak cuma kunci motor. Tak terhitung berapa kali seorang teman kebingungan mencari Handphonenya yang ternyata terikut di dalam tasku. Eih.. kalau yang ini tak sepenuhnya kesalahanku, Handphone kami yang jenisnya sama persiss, tentu hal yang wajar jika kadang kami, eh lebih tepatnya saya, keliru mengambil Handphone yang bukan milikku. Tidak terima? masih mau pembelaan yang lebih epik lagi? Heheh.
Dilain waktu saya pernah naik angkot, saat tiba di tujuan turunlah saya dan membayar ongkosnya. Supir angkot dan penumpang seketika memandang heran bercampur prihatin melihat saya tiba-tiba naik kembali dan duduk manis di dalam angkot. Duhh, malunya.
Berbutir-butir gingko biloba mungkin tidak akan cukup mengobati penyakit pikunku yang sudah akut ini. Beberapa teman menganjurkan saya untuk di rukyah. Informasi yang saya dapatkan menyatakan jika banyak membaca dan menulis dapat menawar penyakit demensi otak. Ada juga teman dengan serius menatap sambil memberi nasehat : Obat penyakit lupa adalah dengan ..... mengingatnya kembali.
Seorang sahabat memberi nasehat : " Hapalkanlah Al Qur'an..." MasyaAllah, peluuk..
Di usia yang sedang ranum-ranumnya ini, penyakit pikun adalah sesuatu yang sunnatullah. Tetapi sungguh, saya tak pernah lupa kebaikan yang pernah kuterima. Saya bahkan ingat detail bagaimana seorang kakak kelas menolongku dari kecelakaan saat SD. Bahkan masih kuingat jelas traktiran seorang teman saat diriku sedang mengalami kesulitan finansial ( deuhh, untuk bilang miskin saja susah amat yaaa). Ya, Karena kebaikan mereka tak sekedar terekam di kepala, tetapi juga di hati.
Tulisan saya ini juga sebagai pemberitahuan agar teman-teman segera mengingatkanku jika kita ada sangkutan. Termasuk jika ada yang berjanji mentraktir saya. Sekali lagi, tolong ingatkan saya akan janjimu!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar