Macaroni Schootel Untuk Raihang
Macaroni Schootel Untuk Raihang
#TantanganGuruSiana
#TantanganMenulisHari_31
Pagi ini saya berangkat ke sekolah lebih cepat. Ada rutinitas shalat Dhuha berjama’ah setiap hari Jum’at. Saat tiba di sekolah tampak siswa masih bersiap-siap di lapangan, duduk di shafnya masing-masing. Saya mengambil tempat ditengah siswaku kelas satu. Suasana shalat dhuha berlangsung tenang.
Setelah Shalat dan bezikir sejenak, seperti biasa akan ceramah singkat dari guru-guru, dan sesekali siswa juga diminta maju menunjukkan kepiawaiannya berbicara di depan umum. Sosok remaja tanggung maju ke tribun, dan dengan sedikit canggung membawakan ceramah singkat. Ya! Dia Raihang Akbar. Melihatnya tadi pagi membuatku tergelitik bercerita tentangnya hari ini.
Pernah menjadi guru kelasnya dua tahun lalu membuat saya mengenal karakter Raihang cukup baik. Anaknya yang ramah dan terbuka, Saat memeriksa tugas siswa ketika jam istirahat dia sering menemaniku. Kami ngobrol banyak hal., terutama hobinya yang suka masak dan cita-citanya ingin menjadi seorang Koki ternama.
“Kalau kamu pintar masak, bawa hasil masakanmu, Ibu mau coba” Ucapku ingin membuktikan apa yang diucapkannya.
Keesokan harinya betullah dia ke sekolah membawa bungkusan berisi kue.
“ Kemarin hanya ada singkong bu, jadi saya bikin ini…” Kucicipi kue ketimus singkong yang dia beri, enak. Dia tersenyum bangga saat kuacungkan jempol
“ Waah, bukan dia yang bikin itu, buuu. Mamanya!” Seorang temannya menggoda.
“ Saya yang bikin bu, saya nda bohong…” Raut muka Raihan menjadi sedih. Bersyukur saat kuminta dia menyebutkan bahan dan cara buatnya Raihan dengan lancar menguraikannya.
Lain waktu juga sedang jam istrihat diriku menikmati macaroni schootel, bekal dari rumah. Seperti biasa Raihan menghampiri dan duduk di bangku dekat mejaku.
“Mau ?” Kutawari satu cup Macaroni, malu-malu dia menerima dan segera mencicipinya
“Waah, enak, Bu. Ajari saya cara buatnya !”
“Datanglah ke rumah, kita bikin sama-sama”.
“Mauuuu !”
Keinginan Raihan untuk berkunjung ke rumah baru kesampaian saat dirinya diikutkan kompetisi Story Teling antar sekolah sekota Makassar, dan saya sebagai pembimbingnya. Raihan datang ke rumah untuk latihan bercerita.
Raihan mendapatkan tugas menceritakan asal mula nama daerah “TAMALATE”. Waktu latihan yang hanya tiga dan Raihang yang bukan Makassar asli membuat kami harus berjuang keras. Beruntung Raihan cepat menghapal dan dia bisa membawakan cerita dengan baik.
“Karakter Pa’calang buat jadi jenaka saja, biar ada ciri khasnya. Dan orang tertarik melihat penampilan kamu nantinya” Raihan mengangguk, kemudian melanjutkan latihannya.
“Aiiii, apa gerangan paduka memanggil hamba?” Raihan memperagakan tokoh Paccalang cukup lucu, matanya melotot jenaka, kedua tangannya bergerak kesana-kemari.
“Nak, bacakan pantun ini di awal cerita ya. Semoga bisa menjadi nilai tambah” Kuberikan secarik kertas berisi 4 baris pantun Makassar. Dia mengangguk. Keberi kesempatan beberapa menit. Hari sudah agak siang, dan kompetisinya sehari lagi. Ah semoga bisa menguasainya.
”Ku…kangkang..mi anne lino…a” Raihan megucapkannya dengan terbata-bata
“Butta salama ….” Reihan masih kaku mengucapkannya.
“Butta salama’ , Naak. Ada penekanan di akhir kata.” Kembali kuingatkan. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 2 siang. Raihang kelihatan sudah lelah. Tiba tiba teringat janjiku untuk mengajar dia membuat makacaroni schootel.
“Kita kedapur yuuk. Mau belajar bikin macaroni schootel kan?” Raihang yang tadinya kelihatan lelah kembali bersemangat.
“ Saya yang parut kejunya ya, Buu” serunya saat melihatku mengeluarkan bahan dari kulkas. Aku mengangguk kuserahkan keju cheddar.
“Parutannya ada tergantung diatas kompor” Ucapku sambil memasukkan macaroni ke dalam panci..
Raihan tampak tlah terbiasa. kuserahkan bawang bombai untuk dia iris ketika keju telah selesai diparutnya.
“ Saya sudah tahu bikin Macaroni, Bu, sshttt” Raihang mendesis kepedisan saat menikmati macaroni schootel hasil buatan kami.
Aku tersenyum, Satu Loyang kecil Macaroni Schotel dia habiskan lahap.
Latihan selanjutnya Raihan sudah tampak bersemangat. Pengucapan puisinya sudah tepat sesuai dengan dialek Makassar.
“Tinggal dipermantap lagi, Nak. Latihan lagi di rumah, yaa!”. Kuberi Raihan semangat saat pamit pulang. Kutepis bayangan sekolah-sekolah lain telah terlatih dan berpengalaman dalam mengikuti kompetisi bercerita ini. Ah, Raihan siswaku tak kalah hebat.
Memang Raihan tak mendapat juara pada lomba, tapi sungguh kulihat binar matanya saat Juri memuji caranya membacakan puisi Makassar. 4 baris kalimat yang berusaha dikuasainya di hari terakhir.
“Tahun depan ikutkan lagi saya ya, Bu..” Tak kulihat kecewa di raut wajahnya. Sungguh dia mendapatkan banyak hal selama beberapa hari ini. Bertemu dengan teman-teman baru dari sekolah lain, mendapat ilmu bercerita, dan satu lagi… cara membuat Macaroni schootel dariku.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar