SUPRIYADI, Drs, S. E, M. Pd

Lahir di Surabaya 24 Nopember 1966, nama pena Supriyadi Bro. Bertempat tinggal di Desa Brangkal, Kec. Sooko, Kab. Mojokerto. Membaca dan menulis adalah kes...

Selengkapnya
Navigasi Web
Stasiun Cinta
Ilustrasi gambar hasil ramban di google

Stasiun Cinta

#TagurMenulisHariKe189

#Pentigraf

#SupriyadiBro

Stasiun Cinta

Gadis periang itu bernama Safira. Seperti misteri pribadinya, di balik keriangan tersimpan dendam dan amarah yang tersimpan rapi. Rangkap karakter yang diperankannya sungguh tidak terbaca oleh siapapun. Kadang Safira sering bertanya pada dirinya, tidak juga ketemu jawaban. Termasuk misteri kebenciannya pada cowok yang mencoba mencintainya. Dia tidak segan-segan menyakiti hati dan membuat kecewa serta penyesalan si cowok, meskipun baru sekedar proses PDKT. Perilaku ganda dan menyimpang tersebut, dijalani Safira semenjak ayahnya meninggal.

Masa SMA mestinya masa yang menyenangkan, sebagai siklus tumbuh kembang seorang gadis. Tapi lintasan waktu telah mengubah nasib gadis cantik dan periang itu. Dia kehilangan tokoh idola yang bijak dan bersahabat. Bramantya Laksana Ayahanda tercinta meninggalkan selamanya akibat serangan gula darah yang merambah ke jantung. Kehidupan Safira ibarat perahu kehilangan kemudi, bergoyang dan hampir tenggelam dihempas ombak. Sendi kehidupan keluarganya meradang, bahkan bisa dikatakan jatuh dan hancur berantakan. Menjelang lulusan SMA, roda kehidupan kembali melaju semenjak ibunya memutuskan menikah lagi. Tapi hari berganti bagai sambaran petir, saat ibunya sakit struk dan ayah tirinya mulai tampak karakter aslinya.

Tampaknya kesintalan dan kecantikan yang membuat ayah tiri menikahi ibunya. Semakin hari tabiat sang ayah tiri menunjukkan kehilangan kasih sayang pada ibunya yang sakit dengan kondisi yang kian rapuh kehilangan kecantikannya. Dan malam itu peristiwa terjadi di luar hitungan Safira. Lelaki yang diharapkan sebagai pelindung dan pengayom kehidupannya, telah menghitamkan kisah remaja Safira. Malam dingin dan suasana yang sepi malam itu, menoreh rasa sakit, pedih, yang akhirnya membarakan dendam pada diri Safira pada setiap lelaki yang mendekatinya. Barulah ada denyut cinta yang berbeda saat lelaki yang dibencinya sejak duduk di bangku SMP mendekat dan menyatakan rasa cintanya. Bergolak dan menghantam serta melebur dinding amarah dan kebenciannya pada lelaki saat terucap "percayalah warna hitam itu datang dari aneka warna, gelappun sirna oleh cahaya. Aku akan jadi pelita hatimu, jika hatimu tidak kau isi dengan kabut dendam dan amarah, serta kau buka pintu hatimu untukku yang siap menerima dirimu apa adanya."

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yang Dinamik...sukses pakde

23 Oct
Balas

Pentigraf yang keren. Sukses selalu dan barakallahu fiik

23 Oct
Balas

Waaachhh mantul sekali ceritanya.

22 Oct
Balas

Terimakasih bunda

23 Oct



search

New Post