Menulis Di Air Keruh
#TagurMenulisHariKe200
#Pentigraf
#SupriyadiBro
Menulis Di Air Keruh
Tidak mudah lepas dari jerat problema hidup yang dialami Marza. Begitu berat dirasa, padahal dia tergolong remaja putri yang tangguh. Sosok penuh percaya diri dan punya daya tahan mental yang tangguh . Tapi kali ini harus berhadapan dengan masalah yang membuatnya harus bertahan, walau bagi orang lain sebuah keniscayaan. Sebuah pilihan yang sama berat untuk dilepas satu diantara dua pilihan. Orang tua yang melahirkan atau kekasih yang telah mampu memahami, menyayangi dan mengubah jalan hidupnya. "Kalau kamu tidak segera meninggalkan dia, biar aku saja yang pergi dari rumah ini. Ambil keputusan segera, Ibu sudah berulangkali mengingatkan. Sekarang lihat lebam di pipimu. Masihkah itu disebut sayang, kekasih yang pahami mau kamu?" Kata dan pandangan yang tidak biasanya di ucapkan ibunya. Marza hanya bisa diam dan airmata yang terus mengalir. Sudah berulang memberi penjelasan, tapi hasilnya tidak redah juga amarah ibunya.
Marza paham betul, apa yang dilakukannya adalah kebodohan. Cinta dan rasa kebaikan hati telah membutakannya. Apapun yang dilakukan kekasihnya itu hanya proses, tidak mungkin kekhilafan yang diperbuat padanya harus menghancurkan kisah cintanya. Hantaman di pipi dan meninggalkan lebam adalah imbalan yang harus dia terima. Bermula kesalah pahaman semata dan rasa cemburu berlebihan membuat kekasihnya lepas kendali. Semua adalah imbas kesalahannya, kehadiran dan kedekatan Hardian teman SMP-nya saat reuni.
Hardian dan kekasihnya bagai bumi dan langit. Cara berpakaian, perilaku dan perkataan, sungguh jauh dari dari keseharian kekasihnya. Tapi entahlah, hatinya terlanjur jatuh hati dan rasa ibah pada kekasihnya membuat cerita cintanya mampu bertahan. Di hatinya yang paling dalam Marza juga menyadari sikap ibunya yang mengkawatirkan buah hati satu- satunya. Sebenarnya Marza tahu betul menyelesaikan amarah ibunya. Apa yang dikatakan ibunya adalah bentuk gertakan kasih sayang seorang ibu. Biasanya amarahnya akan luluh kalau Marza menangis dan minta maaf. Permasalahan yang dirasakan berat saat ini adalah Hardian menembaknya lagi, menyampaikan keinginan merajut kembali kisah cinta dengannya . Hardian adalah kekasihnya ketika SMP dan tiba-tiba menghilang tanpa kesan pindah keluar kota mengikuti orang tuanya. Teman-teman dekatnya banyak beri saran, segera melepas Nando kekasihnya yang temperamen, dan melanjutkan kisah cintanya dengan Hardian. Tapi kebaikan hati dan cinta Marza pada Nando, tidak semudah itu dia lepaskan. Nando kekasihnya berulang kali menyampaikan, dia akan kembali jadi preman jalanan, pecandu narkoba dan bahkan siap mengakhiri hidupnya jika sampai diputus cintanya. Marza lah yang telah berjasa, mengubah Nando lepas dari kebiasaan buruknya. Kehadiran kembali dan rasa cinta Hardian, bagai goresan yang mengukir di air danau yang keruh. Sebuah tanya yang berkelebat dalam diri Marza. Bisahkan air danau kembali jernih dan bisa berperahu bersamanya?
Mojokerto, 2 /11/2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Rumit juga masalah yang dihadapi Marza. Mantap ceritanya, Pak. Sukses selalu...
Mantab cerpennya pak