Kursi Goyang Eyang Sumo3
#TagurMenulisHariKe204
#Cerpen
#SupriyadiBro
Kursi Goyang Eyang Sumo#3
Malam itu Kamis kliwon atau Kamis malam Jumat Legi. Seperti malam peristiwa bermula dan berkepanjangan, musibah terus datang menimpa eyang Sumo dan Eyang putri dan tiga saudara Aden Indra. Sebagaimana yang saya ceritakan tadi, tanpa angin, ruangan tertutup, tiba-tiba datang serombongan kelelawar hadir seakan mengawal burung gagak hitam yang akhirnya bertengger di kursi goyang yang biasanya dipakai eyang Sumo. Anggota keluarga hanya terpaku melihat kehadiran kelelawar dan burung gagak, kecuali Ragil. Dengan sigap lari menuju kamar, tidak lama kemudian keluar dengan membawa senapan laras panjang. Ragil saat itu masih duduk di kelas 7, segera mengarahkan senapannya ke arah burung gagak hitam itu. "Door...!!!!" seketika burung jatuh terkelepar. Senapan laras panjang itu kemudian di arahkan dan mengena ke beberapa kelelawar yang juga jatuh terkapar.
Sesuatu yang misterius dan penuh keanehan. Tiba-tiba listrik padam dan jam kuno berdentang dua belas kali. Eyang Sumo menerapkan aturan di keluarganya, di setiap Kamis kliwon anggota keluarga tidak boleh tidur sebelum lewat pukul 24.00. Dalam kegelapan suasana jadi mistis, aroma amis merebak mengisi seluruh ruang rumah. Bagas dengan tertatih dalam kegelapan bergegas menuju sumber arus listrik dan menaikkan panel listrik. Sesaat semua anggota keluarga merasa panik, terbawa kemistisan suasana. Apalagi saat lampu kembali menerangi ruangan, tidak ditemukan bangkai burung gagak maupun kelelawar yang tertembak Ragil.
Eyang Sumo yang mulai pukul 22.00 melakukan ritual di ruang khusus, tiba-tiba mengerang kesakitan minta tolong. Seluruh anggota keluarga seketika lari menuju arah suara. Didapati eyang Sumo memegang punggungnya yang berdarah. Melihat lukanya yang serius segera di larikan ke rumah sakit. Setiba di ruang IGD, eyang Sumo mendapat perawatan. Semua anggota keluarga dalam rasa kekhawatiran akan kondisi eyang Sumo. Dokter meminta rawat inap untuk dilakukan pemeriksaan luka yang masuk katagori serius itu.
Beberapa jam kemudian, Bagas bersama Ibu diminta menghadap dokter. Sungguh hal yang aneh terjadi, hasil foto rongent ditemukan proyektil yang bersarang di tulang belakang Eyang Sumo. Perwakilan keluarga diminta tanda tangan persetujuan operasi. Saat kabar disampaikan ke anggota keluarga, semua pandangan menuju ke Ragil yang duduk di sudut ruang.
Selama Eyang Sumo dirawat di rumah sakit, banyak peristiwa aneh terjadi. Setiap malam lepas pukul 24.00, selalu merebak aroma wangi dan kemudian sesaat berubah menjadi aroma amis. "Keseraman yang lain yaitu......," tiba- tiba pak Darmin menghentikan ceritanya karena ada sekelebat bayang masuk ke rumah. Dia segera mengejar bayangan itu dan Indra mengikuti di belakangnya. Sampailah di ruang keluarga, bayangan hitam menghilang. Mata Indra terkunci melihat fenomena yang aneh di depannya. Di kucek-kucek matanya, dan tangan kirinya menggosok tengkuknya yang merasa berat dan berdiri bulu romanya. Kursi goyang Eyang Sumo bergoyang dan merebak bau aroma khas cerutu di seluruh ruang.
"Sudahlah Den Indra, mari kita kembali ke tempat kita ngobrol tadi, " dengan santai tanpa ekspresi, "saya kira ada pencuri masuk rumah, ternyata sudah biasa itu terjadi".
Indra menerka-nerka maksud ucapan pak Darmin. Tapi ia mencoba kembali fokus menyimak kelanjutan cerita pak Darmin. "Den Indra beruntung berada di luar negeri, sehingga selamat dan sehat sampai saat ini", kata pak Darmin sambil menghisap dalam- dalam rokoknya.
Keseraman sering terjadi malam demi malam, Ragil tiba-tiba terjatuh di tangga saat dari lantai dua menuju lantai satu. Katanya ada yang mendorong dari belakang. Akibat jatuh itu, kedua tangannya patah. Lampu sering padam tanpa sebab saat pukul 24.00. Yang seram lagi, saat ning Siska malam-malam teriak di kamar mandi karena airnya berubah jadi darah. Teror demi teror terjadi, terutama di malam Jumat legi. Peristiwa yang sangat memukul jiwa Eyang Sumo, yaitu terjadi musibah kecelakaan tunggal yang merengut nyawa Nyai Sumo bersama tiga saudara Den Indra. Menurut saksi mata, mobil tiba-tiba oleng di jalan yang longgar tanpa penghalang dan menabrak pohon dengan hebat. Berdasarkan keterangan sopir yang selamat, mobil oleng karena menghindari nenek berambut putih yang berdiri di tengah jalan.
Eyang Sumo yang lumpuh karena operasi tulang punggungnya tidak berhasil, meninggal beberapa bulan setelah meninggalnya istri dan tiga anak kesayangannya. Den Indra tidak dikabari takut studinya terganggu. Selama prosesi pemakaman banyak hal janggal terjadi. Penggali makam kesulitan menggali lubang pemakaman. Saat mayat dimasukkan banyak ular yang tiba-tiba keluar dari lubang di dasar lubang makam, dan banyak peristiwa aneh lainnya.
"Misteri yang sampai saat ini jadi beban pikiran saya, Den Indra. Apa sebenarnya yang menyebabkan peristiwa menimpa keluarga angkat Den Indra, " suara yang penuh kegalauan dari bibir pak Darmin yang setia mengabdi tanpa pamrih, sambil menepuk bahu Indra.
==== Tamat ===
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap pak ... Salam sukses ...
Sukses selalu pak Mantap
Menarik ulasannya Pak Supriyadi...sukses dan salam literasi