Suprapti Prapti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PASAR LARON

PASAR LARON

PASAR LARON

Pasar laron merupakan salah satu pasar wisata kuliner yang berada di kawasan Kota Wisata Batu. Letaknya pas di sebelah selatan alun alun Kota yang sangat ramai. Tepatnya di jalan sudiro Kota Wisata Batu. Pasar Laron menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan luar kota. karena didalam pasar laron menyuguhkan aneka macam wisata kuliner tradisional yang sangat lezat. Harga makanan yang di jual di dalam pasar laron juga tidak mahal dalam artian dapat terjangkau oleh semua kalangan. Makanan yang disajikan sebagian besar adalah jajanan tradisional khas Kota Batu. Seperti kue rangin,yang terbuat dari tepung beras dicampur dengan parutan kelapa. kue rangin rasanya gurih dan asin, cara membuatnya dengan cara di panggang bukan di goreng. Selain kue rangin, saya paling rajin mengunjungi kedai mak sum, yang berjualan tahu lontong. Masyarakat di Surabaya menyebut tahu lontong dengan sebutan Ketoprak hanya beda di beri tambahan mie pada ketoprak. Tahu Lontong disajikan dengan perpaduan tahu putih goreng,lontong, taoge, bawang merah goreng,sledri dan kerupuk. Cara penyajiannya dipiring harus diurutkan penataannya, biasanya di beri bumbunya dulu,berupa bumbu kacang yang manis,lontong yang diiris,tahu yang digoreng, taoge,ditaburi bawang goreng dan kerupuk.

Sejarah pasar laron dahulu namanya pasar plastik, disebut pasar plastik karena tenda yang digunakan untuk berjualan berasal dari plastik. Selain itu sebenarnya asal muasal pasar plastik bukanlah pasar tetapi hanya tempat warga jalan sudiro untuk berjualan di depan rumahnya. Seiring dengan perkembangan Kota Wisata Batu yang semakin ramai maka fungsi jalan sudiro yang dijadikan pasar plastik berubah fungsi menjadi pasar kuliner. Para penjual yang berjualan di pasar plastik sebagian besar bukan orang asli jalan sudiro, kebanyakan mereka adalah kaum pendatang yang mencoba mengais rejeki di seputar alun alun Kota Wisata Batu.

Pasar Laron menjadi satu komplek dengan alun-alun kota, sebagian besar para wisatawan yang datang ke Kota Batu menyempatkan untuk beristirahat di alun- alun kota yang menyuguhkan fasilitas wisatawan gratis. Selain menikmati indahnya air mancur, bianglala, anak anak juga dapat bermain air dengan sepuas- puasnya. Dekat alun- alun kota, terdapat Masjid Jamik An-Nur, sehingga letak Pasar Laron memang sangat strategis. Sayangnya, yang menjadi pedagang di dalam pasar Laron bukan asli wong mbatu sehingga kehadiran pasar laron yang menjadi daya pemikat wisata tidak mewakili keberadaan wong mbatu sendiri.

Para pedagang di dalam pasar laron sebagian besar bukan warga Kota Batu sehingga menurut kaca mata saya mereka tidak punya perasaan ikut memiliki dalam menjaga ketertiban dan kebersihan kota. Hal ini terbukti mereka sangat sulit diatur oleh Pemerintah Kota Batu. Bila malam minggu tiba, para penjual tumplek blek memenuhi jalan yang dipergunakan untuk para pejalan kaki. Seolah tidak ada ruang sedikitpun yang dapat digunakan untuk berjalan, karena semua ruas jalan dipenuhi oleh para penjual dan parkir sepeda motor.

Sebagai wong mbatu asli , kadang saya merindukan sepinya Kota Batu seperti masa kecil saya dahulu, ada damai yang menyusup dalam relung -relung kalbu bila mengingat hal itu. Sejuknya udara yang menggigit, ditemani kepulan jagung bakar,pisang goreng,dan secangkir teh manis adalah nostalgia yang tak akan mungkin untuk ditayangkan ulang.

Beberapa tahun yang lalu Pemerintah Kota Batu berusaha melakukan penertiban kepada para pedagang yang mangkal di seputar Pasar Laron, Agar para pedagang itu mau menaati aturan berjualan. Tetapi rupanya tidak ada yang mengindahkan sehingga terjadi konflik dikalangan penjual. Banyak para pedagang di seputar Pasar Laron pindah mencari tempat baru untuk berjualan, tidak ada lagi yang berkumpul disatu tempat. Sehingga saya merasa kebingungan mencari tenda Cak Mad yang biasa jualan soto dug, tenda Mbak ni yang biasanya jualan kue puthu dan tenda mak sum yang biasa jualan tahu lontong.

Seperti Mak Sum penjual tahu lontong langganan saya itu, kemarin sebelum diadakan penertiban dagangan mak sum sangat laris manis, sehingga dari hasil berjualan tahu lontong mak sum bisa membayar ongkos naik haji. Sekarang Mak Sum tersisih walaupun masih berjualan di dalam pasar laron tenda mak Sum berada di pojok bagian dalam sehingga sampai hari ini para pelanggan mak sum masih kesulitan mencari tempat mak sum berjualan.

Sejatinya Pasar Laron telah menunjang kesuksesan pariwisata di Kota Wisata Batu, keberadaan Pasar Laron merupakan omzet terbaik dari Kota Wisata, walaupun kehadirannya masih tetap sederhana, Pasar Laron menjadi tujuan wisata kuliner. Karena laron munculnya hanya malam hari maka pasar kuliner itu diberi nama Pasar Laron karena bukanya hanya setiap malam hari.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pasar kuliner tradisional memang jadi sesuatu karena dirindu.

17 Jun
Balas

Pasar Laron ? Nama yg mengingatkan saya pada serangga yg muncul setelah hujan...agak ngeri ngeri geli klu melihatnya. Mudah2an bs ketemu pasar ini klu pas ke Batu. Terimakasih bu.

18 Jun
Balas

Wah suka saya kalau yang beginian bu, kemaren itu saya ke Madura ketemu tempat makan bebek Sinjai, sepertinya suatu hari saya harus kesini juga...pasti seru ya..

17 Jun
Balas



search

New Post