REMBULAN DI PINGGIR KALI (Cerbung)
REMBULAN DI PINGGIR KALI
(PART II)
#tantanganGurusiana
#harike_3
Oleh: SUPIATI
Sembilan tahun lalu saat aku berusia delapan tahun musibah itu datang, saat aku sedang membaca buku cerita Nabi Nuh Alaihissalam. Aku duduk di kelas 2 SDN 23 Ajun, namaku Asma Khairunnas binti Abubakar.
Ayahku bekerja sebagai staf di pelabuhan, adik ku bernama Abrar berumur 4 tahun, saat gempa hanya aku dan ibu yang berada di rumah, sedangkan ayah dan Abrar berangkat ke pelabuhan, kalau Minggu ayah sering mengajak Abrar ke pelabuhan.
Aku sadar setelah tiga hari di rawat oleh kak Aminah di tempat camp pengungsi di Komplek Masjid Baitul Musyahadah.
Kak Aminah merawatnya tak kenal lelah, dua hari setelah aku sadar aku demam tinggi mungkin karena infeksi luka- luka yang banyak, di kaki dan perut, seperti goresan seng atap rumah. Selain lengan biru karena terbentur kayu, dahi juga memar.
Badanku sulit untuk digerakkan, sehingga kak Aminah sangat kerepotan ketika mengganti popokku.
Aku rupanya sempat koma 3 hari karena demam. sangat tinggi.
Dalam gigauwan ketika itu aku menyebut ibu, ibu...bahkan yang membuat kak Aminah sedih, aku juga bilang ibu... Asma mau ikut ibu...,ibu...jangan tinggalkan Asma..."cerita kak Aminah.
Beberapa saat setelah itu, aku mengigau lagi, mengajak Abrar main," Abrar yok kak Asma bacakan cerita Nabi Yusuf"
Di jam yang lain, aku bicara dengan ayah," ayah kalau Asma dapat rangking 1, jadikan Ayah beli Asma sepeda?...Asma mau bonceng dek Abrar keliling kampung...asiiiik.." kak Aminah menyeka butiran bening yang menetes di kedua matanya.
Sebulan lamanya aku di rawat dirumah sakit, hingga aku benar-benar sembuh secara fisik.
Tapi tidak dengan jiwaku, aku masih merasa ibu berdiri dengan senyumnya yang indah, lalu melambaikan tangan ke arah ku, sering dalam tidur aku bermimpi dek Abrar mengajakku bermain, Ayah juga sering dating dalam tidurku, seolah Ayah kulihat berada di satu pulau yang sangat indah, dan berpesan kepada ku agar aku belajar dan sekolah yang rajin, doa kan ayah biar bisa banyak dapat rezeki dan bisa beli aku sepeda baru.
Setelah keluar dari Rumah Sakit kami kembali ke camp pengungsian, tapi tidak lama hanya tiga bulan saja, sambil aku terus diberikan terapi mental menghilangkan trouma oleh kakak mahasiswa psikologi dari UGM.
Kak Aminah merasa dirinya bukan korban tsunami dan hanya aku sebagai korban jadi kak Aminah mengajakku untukkeluar dari camp pengungsi, dia mencari kamar kontrakan, pekerjaannya menjadi clining servis pada sebuah lembaga NGO asing.
Bersambung
Banda Aceh, 06 Mai 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar