Supianto

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Jaka Tarub Gagal Pentas

Jaka Tarub Gagal Pentas

Oleh Supianto SDN Kembang 1 Bondowoso

Tantangan Hari Ke-15

#TantanganGurusiana

Suasana panggung gelap gulita terdengar suara seseorang membaca mantra

Dalang: “Hadirlah… Hadirlah… Hadirlah…”

Lampu panggung menyala sedikit demi sedikit sehingga tampaklah seorang separuh baya menggunakan baju serba hitam dan ikat kepala ala Madura (Odheng) membaca mantra.

Dalang: “Hadirlah… Hadirlah… Hadirlah…” (sambil membakar kemenyan disebuah mangkok ajaibnya. Tangan dan badannya bergerak ke kanan dan ke kiri seperti seorang dukun sakti memanggil arwah seseorang).

Tiba-tiba hadirlah seorang pemuda menggunakan celana hitam separuh betis, kaosnya putih lengan panjang, sementara sarungnya diselempangkan di pundak kirinya dan kopyah hitam dipakai miring di kepalanya.

Jaka: “Kakek… Kakek… saya hadir kek (sambil melangkah mendekati kakeknya).

Baru beberaapa langkah saja dan belum begitu dekat dengan kakeknya, sang kakek membentak Jaka sehingga diapun kaget bukan kepalang.

Dalang: “Siapa kamu. Beraninya kamu memasuki wilayahku.” (Bentak dalang marah kepada jaka sambil menunjuk dengan jari tangannya. Sementara posisinya setengah bangun dari tempat duduknya)

Jaka : “Saya Ja…Jaka kek… Jaka Tarub cucu kakek” (agak kaget dan takut sehingga berbicaranya terbata-bata.)

Dalang: “Apa? Kamu Jaka? Jaka tarub cucuku?!” (Kaget dan terheran heran sambil melihat jaka dari bawah sampai atas). “Pergi… Pergi kamu dari negriku!” (Sambil berdiri mendekati Jaka dan menunjuk ke suatu tempat).

Jaka: “Bagaimana kakek ini seharusnya tuh para koruptor yang telah menyikat habis uang rakyat yang kakek usir. Karenanya rakyat semakin sengsara barang-barang naik, BPJS naik Semua naik. Rakyat resah kek.” (Jaka pidah posisi membelakangi kakek melihat pada penonton dan meneruskan pembicaraannya). “Seharusnya tuh para Bandar narkoba yang kakek usir. Karena dia, pemuda-pemuda negri ini hilang jati dirinya. Malas dan panjang angan-angan, membahayakan kelangsungan negri ini.”

Dalang: (tambah marah karena merasa digurui.) “ Pergi… kamu ingin mencoba melawanku. Ingin tahu kesaktianku ya.” (Sambil komat kamit sang kakek memutar mutar tangannya ingin menghilangkan jaka).

Tiba- tiba muncul dua orang perempuan dari kanan dan dari kiri memegang tangan kakakek tersebut.

Wulan 1dan 2: “Jangan kek… jangan kek…”(memelas seperti akan menangis)

Dalang: “Eh… eh… eh… apa-apaan ini.” (kakek melihat perempuan di kanannnya. Dia berpakaian seperti seorang putri keraton berwarna merah menyala dan selendang merah juga bersilang di pundaknya. Kemudian kakek melihat perempuan di kirinya persis sama, baik pakaian rupa dan cantiknya semuanya sama seperti pinang dibelah dua.)

Dalang:” Kalian siapa beraninya mengganggu ku.”

Wulan 1 dan 2: mengucapkan bersama-sama, “Saya Wulan kek… Nawang Wulan cucu kakek.

Dalang: dengan rasa kaget dan heran, Apa? Wulan? Nawang Wulan cucuku?

Wulan 1 dan 2 : Iya… Iya… (sambil menganggukkan kepala)

Dalang: (menggeleng-gelengkan kepala).”Amit-amit cabang bayi. Tidak…. Tidak…Kamu bukan nawang wulan cucuku. Nawang wulan cucuku cantik. Wajahnya ayu, senyumnya menyejukkan hati yang melihatnya. Matanya binar, bila melihat tajam menembus relung hati paling dalam. Tidak seperti kalian, cantik karena polesan belaka!“

Wulan 1 dan 2: “Semua yang dikatakan kakek ada pada saya. Coba lihat dengan hati yang jernih kek.”

Dalang: (Mengamati dari bawah sampai atas dan menganguk-nganggukkan kepalanya)

“Tapi Nawang wulan cucuku hanya satu. Pasti salah satu dari kalian ada yang palsu.

Wulan 1: “Saya asli kek.”

Wulan 2: “Saya yang asli kek“

Dalang: “Trik… cantrik… Ambilkan botol wiski.”

Cantrik: (Dari dalam) Botol wiski? Kakek mau mabuk-mabukan? Jangan kek, haram!

Dalang: (Melihat kekanan dan kekiri mencari sesuatu, dan menemukan yang dicari.)

“Nah ini dia yang kucari. Baik siapa yang bisa masuk kebotol ini dia yang asli.

Jaka: “Tunggu kek. Biar nawang wulannya dua tidak apa-apa kek. Lebih asyik kek.(Jaka digandeng dua nawang wulan kanan kiri berjalan keliling panggung diiringi musik ceria)

Dalang: “Aduh… Jaka tarub poligami ini. Tidak… Bubar..bubar..”

Musik menghentak layarpun tertutup.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantab bgt

04 Feb
Balas



search

New Post