PENGOBAT SAKIT AINI
Aini menangis pilu. Tangis yang tertahan dan nyaris tak terdengar. Matanya sembab. Sekujur tubuhnya terasa lemas. Dia baru saja bertengkar dengan suaminya. Sebuah pertengkaran yang hebat, hingga menguras seluruh air matanya. Pertengkaran yang tidak terjadi hanya sekali ini saja, bahkan hampir tiap hari selalu konflik yang sama muncul, yaitu kekejaman hati. Ya, Aini merasa hati suaminya begitu kejam terhadapnya. Ia yang sudah sakit bertahun- tahun , namun harus tetap melayani kebutuhan biologis suaminya secara rutin setiap 2 hari sekali.
"Hari ini badanku merasa lemas, dan kepalaku pusing, Mas", rengek Aini kepada suaminya pada malam ini. Brak!! tiba- meja makan di rumahnya ambruk, dibanting oleh suaminya ketika mendengar kata- kata Aini. " Melayani suami adalah kewajiban seorang istri, tahu!!", selalu itu yang ia lontarkan kepada Aini setiap kali Aini mengajukan sebuah permohonan itu. Aini bukan tak mau berusaha untuk mengajukan argumen, tapi semua itu hanya akan menyakitkan dirinya. Dia hanya pasrah dan setelahnya akan menangis sambil memperhatikan suaminya yang tertidur pulas setelah nafsunya terlampiaskan.
"Mas...", kata Aini perlahan. Rasanya tak sanggup ia melanjutkan kata- kata yang akan diucapkannya sore itu. " Aku ikhlas jika kamu ingin berpoligami", lanjutnya sambil berurai air mata. Sungguh sebuah keputusan yang luar biasa menyakitkan bagi Aini. Tapi itulah mungkin jalan yang terbaik untuk mempertahankan biduk rumah tangganya yang sudah dirajut belasan tahun, demi anak-anak mereka yang kini sudah beranjak dewasa.
"Aku tak akan melakukan poligami, Aini", jawab Arpan sambil menghirup teh panas yang ada di hadapannya. Sungguh sebuah jawaban yang melegakan hati Aini. Ternyata Mas Arpan begitu sayang padaku, pikir Aini. Tapi, tiba- tiba kalimat yang lain diucapkan lagi dari mulut yang masih basah oleh teh itu. " Aku akan menceraikanmu !", jawab Arpan tegas. Tak keras terdengar di telinga Aini, tapi sungguh kalimat itu terasa telah memecahkan telinganya, mengunci mulutnya, dan meremas jantungnya. Bagai tersambar petir, tubuh Aini terasa bergetar , dan tiba- tiba ruangan terasa gelap.
...........
"Aini, syukurlah kamu sudah sadar, Nak", kalimat itu yang pertama terdengar di telinga Aini. Ia memperhatikan sekeliling ruangan yang terasa asing baginya. "Kamu di rumah sakit sekarang", kata Ibu menjawab kebingungan Aini.
" Jangan banyak pikiran dulu, Nak", pinta Ibu ketika membaca guratan kesedihan yang ada pada Aini. " Serahkan segalanya pada Allah", lanjutnya lagi, sambil mendekap erat Aini. Dekapan tulus seperti inilah yang sebenarnya selalu Aini rindukan dari Mas Arpan. Bukan dekapan nafsu yang selalu ia lakukan selama belasan tahun ini. Air mata Aini bergulir tetes demi tetes, membasahi pipinya yang tirus.
Tiba- tiba pintu ruangan itu terbuka dan terdengar suara berat yang tidak asing di telinga Aini. Arpan muncul dan langsung mendekap tubuh Aini yang masih terbaring lemas. " Maafkan aku Aini", bisiknya. Suara yang terdengar sangat pelan, namun menggetarkan hati Aini. "Tadi aku sudah berbicara dengan dokter", lanjutnya lagi. " Maafkan jika selama ini aku selalu tak percaya bahwa kau sedang sakit dan tak peduli dengan kondisimu. Ternyata menurut dokter....", Kalimat itu langsung terputus karena Aini langsung menutup mulutnya dengan tangan. " "Tidak usah dilanjutkan Mas , aku tak ingin mendengar hasil keputusan dokter", jawab Aini sambil melepas tangannya dari mulut Arpan. " Sekarang aku sudah merasa bahagia dan semoga ini adalah obat penyembuh bagi sakitku ini, Mas", jawab Aini pelan dan diiringi dengan deraian air mata. Air mata bahagia karena ia sudah merasakan dekapan sayang dari seorang suami yang selama ini ia rindukan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar