Sumiati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Surga Kita Part ke -2

Tantangan Hari ke-57# Tantangan Gurusiana

Surga Kita

“Mau melakukan sesuatu?” tawarnya.

“Tidak sekarang Vanya,” tolakku halus. Vanya hanya mengangguk pelan, memaklumi keadaanku.

Vanya menatap sekeliling, mencari sesuatu di tengah kecanggungan yang ada. Kurasakan ia bergerak dari tempatnya. Aku tetap pada posisiku, bersandar sambil menengadahkan kepala dengan mata tertutup, sampai suara erangan kecil Vanya mengusikku. Kulihat ia begitu kesusahan menggerakkan kursi rodanya. Aku memutar bola mata malas sebelum akhirnya bangkit dan membantunya.

“Eh.” Vanya tersentak ketika kursi rodanya kudorong dari belakang, namun akhirnya ia menurut.

Belakangan ini aku kurang memperhatikan Vanya, namun aku bisa merasakan bahwa semakin hari Vanya semakin lambat. Entah apa, tapi ia tak seperti Vanya yang dulu begitu lincah dengan kursi rodanya. Begitu juga dengan wajahnya yang semakin pucat. Beberapa kali Vanya mengeluh sakit kepala, namun saat kutanya apakah ia sudah ke dokter atau belum, ia hanya menjawab itu hanya sakit kepala biasa.

“Sudah, sudah! Aku bisa sendiri, kok,” ujar Vanya begitu kami sampai di depan sebuah rak buku. Lalu aku pergi menuju tempatku tadi.

Aku menghela nafas panjang, kemudian mengambil sesuatu dari kantung seragamku. Liontin dari ibu. Satu-satunya benda peninggalan ibuku yang telah meninggal dua tahun lalu karena sakit. Kubuka perlahan benda itu. Segera kudapati wajah cantik ibu di sisi kanan liontin itu. Jari-jariku bergerak mengelus wajah beliau, melepas rindu yang terus menumpuk di hati. Kemudian kutatap sisi lainnya. Sisi kiri yang kosong. Ibu berpesan padaku untuk menaruh foto seseorang yang begitu berharga bagiku. Namun sampai detik ini belum kutemukan seseorang yang sama berartinya dengan ibu. Kutaruh liontin itu di atas tumpukan buku-buku tebal. Sambil menghela nafas berat kutengadahan kembali kepalaku dan menutup mata, mencoba beristirahat sebentar.

“Aku membawakan ini.” suara pelan Vanya menyapa pendengaranku. Kubuka mataku untuk mencari tahu apa yang ia bawa. Di tangannya kini terlihat beberapa buku tebal berjudul ‘Ulysess More’, buku kesukaan kami. Vanya menggeser buku-buku di atas meja, membuat ruang untuk menaruh buku yang baru ia ambil. Namun tindakannya membuat liontin yang kutaruh di atas buku-buku itu ikut bergeser. Dalam satu sentakan, liontinku telah terpelanting jauh dan tak terlihat lagi.

Mataku membulat sempurna.

“Ma-maaf, Gitta! A-aku tidak bermaksud menghilangkannya,” ujar Vanya takut-takut.

Kurasakan wajahku mulai memerah. Sudah cukup banyak hal yang membuatku susah akhir-akhir ini dan sekarang aku kehilangan liontin peninggalan ibuku. Tanpa banyak bicara aku bangkit dari dudukku, menatap Vanya sejenak, lalu berjalan meninggalkannya.

“Gitta, Gitta!” panggilnya berulang kali, namun aku terlalu marah untuk berbalik menghampirinya. Beberapa pasang mata menatap kami dengan pandangan terusik. Vanya berusaha mengejarku, dengan kalap ia mencoba menggerakkan kursi rodanya mendekatiku.

“Gitta!” panggilnya sekali lagi ketika tepat beberapa langkah di belakangku.

Aku menghela nafas panjang dan memutar bola mata sebal sebelum akhirnya aku berbalik menatap Vanya di atas kursi rodanya dengan nafas terengah. Matanya penuh akan hal-hal yang tidak bisa kutebak.

“Apakah kamu akan kemari lusa?” tanya Vanya tanpa menunggu nafasnya kembali teratur.

“Kenapa aku harus? Kamu tahu aku banyak tugas belakangan ini,” jawabku ketus.

“Ta-tapi ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu,” jelasnya.

“Kenapa tidak sekarang?”

Vanya menunduk dalam. Lama ia diam. “Aku hanya ingin mengatakannya lusa,” ujarnya sambil menatap ubin perpustakaan. “aku harap kamu bisa datang. Aku akan menunggumu.” Lanjutnya kali ini menatap dalam mataku.

Melihat tatapannya yang begitu memelas aku hanya mengangguk pelan. “Terserah kamu saja!” seruku sebelum akhirnya meninggalkan Vanya sendiri.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kerennn...lanjut ada apa dengan vanya? Lionntinnye ketemu ke?

24 Mar
Balas

Tau ah, he he

25 Mar

Ape la ye, kire2 yg kan disebut Vanya ne, tunggu episode 3, hihi...

24 Mar
Balas

Jatuuh cinta

25 Mar

Sungguh mati aku jadi penasaran....

24 Mar
Balas

Ape yang penasaran, yeh

25 Mar

Salam literasi Vanya eh ibu maaf ditunggu lanjutan cerita nya

26 Mar
Balas



search

New Post