Sumarni Yusuf, S.Pd.,M.Pd.

Sumarni Yusuf, S.Pd., M. Pd. Nama pena yang digunakan adalah Nanny Sumarni Yusuf. Lahir di Sungguminasa, Gowa, 22 Februari 1973. Anak p...

Selengkapnya
Navigasi Web

MERESENSI BUKU FIKSI (2) NOVEL DAUN PUN BERDZIKIR

#TANTANGAN MENULIS GURUSIANA 90 HARI (HARI 82)

Assalamualaikum Wr.Wb

Melanjutkan tulisan Bahasa Indonesia mengenai analisis prosa, kali ini kita akan membahas mengenai resensi fiksi. Resensi meliputi tiga hal yakni Identitas, Isi, dan keunggulan/kelebihan serta kekurangan/kelebihan analisis resensi. Pembahasan resensi tersebut adalah sinopsis fiksi.

SINOPSIS

“DAUN PUN BERDZIKIR” KARYA TAUFIQURRAHMAN AL AZIZY

Penulis Sinopsis : Sumarni Yusuf, S.Pd., M.Pd.

Novel Daun pun Berdzikir karya Taufiqurrahman Al Azizy bercerita tentang seorang anak yang ditinggalkan oleh ayahnya untuk selama-lamanya. Ayahnya meninggal ketika sang anak pergi merantau. Anak tersebut bernama Haydar. Seorang pemuda yang taat beragama dan rajin bekerja. Ia pergi ke kota untuk mencari kerja, tetapi ia harus kembali ke desa karena mendengar kabar ayahnya telah berpulang ke rahmatullah. Sampai di desa Gagatan, hanya nisan ayahnya dilihat. Ayahnya telah dimakamkan oleh masyarakat setempat sebagaimana kebiasaan mereka di desa Gagatan untuk lebih cepat menguburkan jenazah. Pemuda ini sedih sekali. Ia menyesal telah pergi ke kota. Akhirnya Haydar sering termenung dan tidak berbicara selama berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.

Masyarakat di desa Gagatan menyebut Haydar orang gila. Masyarakat terkadang melihat Haydar berbicara sendiri di makam ayahnya. Terkadang pula berbicara sendiri di bawah pohon yang rindang di depan rumahnya. Sebutan orang gila sering pula dilontarkan oleh mahasiswa dari kota yang tinggal di desa Gagatan untuk meneliti atau mencari letak mata air. Mereka itu adalah Bram, Rohman, Asep, Nana, dan Lidya.

Setelah beberapa minggu mereka di desa Gagatan Asep dan Lidya bertemu dengan Haydar dan mencari kebenaran pernyataan bahwa Haydar adalah pemuda gila. Kesimpulan Asep dan Lidya mengatakan bahwa Haydar adalah pemuda yang baik, sabar, rendah hati (Tawadhu), gemar menolong, berbakti kepada kedua orang tua, taat beragama (rajin shalat, membaca Al Quran, dan bersedekah) serta rajin bekerja. Tidak sama dengan teman mahasiswanya. Bram yang tidak taat beragama (syrik, takabur, berburuk sangka, dan suka mencela orang lain) serta bertindak sewenang-wenang kepada orang lain.

Setelah Haydar ikhlas menerima kepergian ayahnya untuk selama-lamanya dan dapat melupakan kisah indah bersama ayahnya di berbagai tempat di desa Gagatan, Haydar menjadi pemuda yang rajin. Ia kembali bekerja di lading milik ayah Nayla, sahabatnya. Bahkan ia dengan ikhlas memberi pelajaran Asep dan Lidya tentang perintah dan larangan Allah, termasuk melaksanakan shalat lima waktu.

Haydar dicintai oleh seorang gadis yang bernama Shopy yang taat beragama dan tidak membeda-bedakan teman dalam pergaulan. Ibu Shopy tidak merestui hubungan mereka karena perbedaan status social. Orang tua Shopy adalah orang yang kaya sedangkan Haydar hanyalah anak seorang pekerja harian. Haydar berjanji pula kepada ibunya untuk menjauhi Shoppy. Akhirnya Haydar memilih Nayla sahabatnya untuk menjadi pendamping hidupnya kelak.

Shopy dicintai oleh seorang mahasiswa dari kota yang telah mengadakan penelitian di desanya bernama Bram. Shopy tidak mencintai Bram. Bram dicintai oleh Lidya teman mahasiswi di kelompoknya. Cinta yang tidak terbalas dalam novel ini menjadi sesuatu yang indah dalam cerita.

Bram menjadi gila karena cintanya ditolak oleh Shopy dan akhirnya mengembara keluar kampong tidak sanggup menerima kenyataan. Lidya menjadi kecewa karena Bram tidak menaruh hati kepadanya walaupun ia telah membantu Bram semaksimal mungkin dalam penelitian di desa Gagatan. Shopy akhirnya pasrah dan ikhlas melepas Haydar yang ternyata memilih Nayla sahabatnya. Asep akhirnya jatuh cinta kepada Lidya.

Peristiwa yang tidak disangka-sangka terjadi pada akhir cerita ketika semua tokoh telah bahagia. Bram yang menerima kenyataan cintanya ditolak akhirnya pamit dari desa Gagatan dan memperbaiki semua tingkah lakunya yang menyimpang dari agama. Bram bertaubat dan meminta maaf jkepada penduduk desa Gagatan termasuk Haydar dan Shopy. Shopy dapat menerima cinta Bram setelah Bram berubah dan kembali ke jalan Allah, melaksanakan shalat lima waktu. [SY]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post