Rasanya Berbeda
Suami/Isteri merupakan salah satu nikmat yang Allah berikan dan patut untuk disyukuri. Pasangan hidup kita merupakan salah satu sumber kebahagiaan dalam kehidupan kita.
Suami/isteri merupakan orang terdekat kita yang selalu setia membersamai baik dalam suka maupun duka. Bersamanya kita menyulam cinta, merajut harapan, memintal benang-benang mimpi yang selalu kita damba dan ingin kita raih di masa yang akan datang.
Kebahagiaan yang diperoleh dari pasangan melalui perhatian yang diberikan tak akan dapat digantikan oleh perhatian dari orang tua kita, dari saudara kandung kita, dari anak-anak kita, dan juga dari sahabat-sahabat kita.Begitu juga sebaliknya.
Mengapa demikian?, Karena sesungguhnya sebagai manusia, adakalanya kita membutuhkan waktu-waktu khusus yang ingin kita lewati bersama hanya dengan orang yang benar-benar kita butuhkan.
Adakalanya dalam satu masa kita hanya ingin bercerita dan bermanja pada pasangan kita. Adakalanya kita hanya ingin berbicara pada orang tua dan saudara-saudara kita, sebab pada saat yang sama jiwa dan ego kita sebagai seorang anak, adik atau kakak, hadir dan minta didengar dan dimanja oleh Ayah, Ibu dan saudara.
Adakalanya kita benar-benar hanya ingin bercerita, berbagi dan tertawa dengan sahabat-sahabat kita. Dimana pada saat itu kita dapat bebas "tertawa" tanpa ada rasa segan dan penuh dengan segala aturan yang mengikat. Kita dapat bebas mengekspresikan segala rasa yang dipendam di hati.
Menurut saya suami/isteri, anak, orang tua, saudara, dan sahabat adalah merupakan sumber-sumber kebahgian yang rasanya tidak sama. Artinya baik kita sebagai suami/isteri, sebagai orang tua, sebagai anak, sebagai saudara, dan juga sebagai sahabat, kita tak boleh "egois" merasa sebagai pribadi yang sempurna, yang mampu memerankan semuanya. Sehingga kita mengambil keputusan untuk tidak memberikan waktu dan ruang pada mereka berkumpul bersama dengan yang lainnya.
Jadilah pribadi yang bijaksana, berikan kesempatan pada orang-orang yang kita cintai untuk memperoleh kebahagiaan yang lengkap dan sempurna dari semua orang yang memiliki arti bagi kehidupannya. Sebab bahagia bagi setiap orang rasanya berbeda alias tidak sama.
Kalau pasangan/keluarga kita dapat menerima kebahagiaan dari 5 atau 10 sumber lainnya, kenapa kita harus mbatasinya dari diri kita saja?.
Pekanbaru, 10 April 2021

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar