Keikhlasan dan Kesabaran Seorang Ibu , Bagian-3 ( Tantangan Gurusiana hari ke-67 )
Keikhlasan dan Kesabaran Seorang Ibu
# Tagur hari ke-67
Diterimanya Ratih di Stand bukan hanya sebagai kabar menyenangkan namun juga kabar yang mendatangkan kegelisahan bagi Bagas. Bagaimana Bagas tidak gelisah, Bagas harus menyisihkan uang lebih banyak lagi karena untuk biaya kuliah Ratih, dia merasa kasihan dengan Ibunya kalau harus bekerja lebih keras lagi karena usia Ibunya sudah mulai tua.Walau diterima di stand untuk program D3 ternyata tidak diasramakan, termasuk jurusan Ratih sehingga Ratih harus mencari tempat tinggal sendiri. Dengan begitu pengeluaran menjadi lebih banyak. Termasuk biaya hidup Ratih sehari-hari, tentu Bagas yang harus memikirkan semua.
Bagas berpikir beberapa kali "Bagaimana caranya biar bisa mengurangi biaya pengeluaran " kata Bagas berkata dengan dirinya sendiri. Akhirnya Bagas pun mendapatkan jalan keluar agar bisa sedikit mengurangi pengeluaran. Bagas harus pindah kerja di kota tempat Ratih kuliah, agar bisa mengambil kontrakan rumah kecil untuk tinggal bersama Ratih adiknya. Bagas memutus resent dari tempat kerjanya dan alhamdulillah pimpinan mengijinkan bahkan menawarkan rekomendasi untuk pindah di cabang Jakarta.
Beberapa surat lamaran, sudah Bagas masukkan ke beberapa hotel yang ada di Jakarta yang lokasinya dekat dengan tempat kuliah Ratih. Dan atas rekomendasi dari pimpinan tempatnya dia bekerja sebelumnya. akhirnya Bagas diterima di hotel yang sama, hotel Swis yang ada di Jakarta, yang tempatnya tak jauh dari kampus Stand yang di Jakarta. Kabar ini Bagas sampaikan pada Ibunya, "Bu, Bagas berencana pindah kerja dan Bagas alhamdulillah sudah diterima di hotel Swis di Jakarta, Bagas ingin bisa menemani Ratih disana " kata Bagas pada Ibunya
" Bagus lah Nak, Ibu merasa senang , kamu bisa menjaga adikmu, di kota besar seperti itu Ibu juga merasa was-was kalau Ratih tinggal sendiri, dia anak perempuan dan nggak pernah pergi kemana-mana sebelumnya, Ibu jadi lebih tenang Bagas, ada kamu" kata Ibunya pada Bagas
" Begini Bu, kalau Ibu mau biarlah kita pindah saja sekalian ke Jakarta, Ibu tinggal disana bersama kami daripada Ibu disini sendiri, Bagas kasihan sama Ibu kalau ada apa-apa tidak ada yang menemani" kata Bagas lagi.
"Tidak Bagas, biarlah Ibu disini dulu, rejeki Ibu kayaknya disini, kalau nanti Ibu ikut ke Jakarta belum tentu Ibu bisa berjualan bakwan disana, Ibu tidak ingin membebanimu Nak, biaya kuliah Ratih itu banyak, disana pekerjaanmu masih baru nanti gajimu tidak cukup. Biarlah Ibu disini dulu berjualan bisa menambah uang kuliah Ratih dengan berjualan gorengan, " kata Ibunya.
" Baiklah Bu, kalau itu maunya Ibu walaupun sebenarnya Bagas sangat berat meninggalkan Ibu sendiri disini, namun nanti kalau Bagas sudah mapan disana, Ibu harus ikut ya agar Bagas bisa lebih tenang bekerja Bu" kata Bagas dengan perasaan yang sangat berat.
Sebelum Bagas pindah ke Jakarta Bagas sudah mengurus semua keperluannya termasuk kontrakan rumah. Rumah kontrakan sudah ada atas pertolongan Bayu, teman sekolahnya dulu, yang sekarang tinggal di Jakarta. Bayu sudah mencarikan kontrakan untuk Bagas sesuai yang dipesannya, rumah kecil dengan dua kamar untuk tempat tinggal Bagas selama di Jakarta untuk sementara. Kebetulan Bagas ada sedikit tabungan jadi bisa membayar kontrakan untuk 6 bulan ke depan, karena kalau satu tahun uangnya belum cukup.
Persiapan fisik dan perlengkapan sudah siap, namun hati Bagas yang belum siap meninggalkan Ibunya dalam kesendiriannya. Kegelisahan, kekhawatiran Bagas terhadap keadaan Ibunya menyesakkan dada Bagas. Bagas masih ragu sanggupkan Bagas meninggalkan Ibunya sendiri di rumah. Hatinya masih gelisah mengingat Ibunya sudah mulai tua, perasaan takut terjadi apa-apa dengan Ibunya belum bisa lepas dari hatinya. Masih ada waktu 3 hari bagi Bagas untuk mempersiapkan hati Bagas, menguatkan dan meyakinkan hati untuk betul-betul siap meninggalkan Ibunya sendiri di kampung itu.
Bagaimana kelanjutan kisah Mak Atun? Bersambung....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus buu. Sy tunggu kelanjutan kisah mak Atun yaa.
Ok Bu. Terima kasih . Salam literasi
Bagas pemuda yang istimewa ....cerita yang bagus Bu...salam literasi
Terima kasih Ibu.
Siip, Bu. ayo lanjuutt
Makasih Bu Cicik. Sukses selalu Bu