Keikhlasan dan Kepasrahan Seorang Ibu, Bagian 5 (Tantangan Gurusiana hari ke-71)
Keikhlasan dan Kepasrahan Seorang Ibu, Bagian 5
#Tantangan Gurusiana
#Tantangan Hari ke-71
Dinginnya udara pagi di pinggiran kota Yogyakarta ini tak menghalangi Mak Atun untuk bangun pagi, di saat orang-orang masih merapatkan selimutnya karena dingin. Gelapnya suasana pagi hari juga tak menjadi penghalang bagi Mak Atun untuk terus berjalan menyusuri jalan menuju pasar. Langkah kakinya merupakan olah raga bagi Mak Atun ketika dia harus segera mengantar gorengan dagangannya kepada langganannya, pedagang eceran di pasar. Semua dilakukan dengan ikhlas dan sabar mengingat anaknya yang juga berjuang mengejar masa depannya.
Sudah tiga bulan sejak Bagas pulang ke rumah, Mak Atun kembali ke perjuangannya dalam kesendirian lagi mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk menyongsong masa depan anaknya. Rasa letih, lelah sudah menjadi temannya keseharian yang terkadang tak dirasakan . Namun sudah beberapa hari terakhir ini sekitar semingguan ini Mak Atun tak bisa membohongi dirinya. Badannya betul-betul terasa letih dan sangat lemah sehingga sudah dua hari ini, Mak Atun tidak pergi ke pasar sendiri. Terpaksa dia minta tolong tukang ojek yang mangkal di depan rumahnya untuk mengantarkan dagangannya ke pasar dan membelanjakan bahan-bahan gorengan di tempat langganan karena kakinya tak sanggup lagi untuk melangkah.
Hari ini Mak Atun betul-betul tak sanggup lagi untuk beranjak dari tempat tidurnya, badannya terasa lemah dan tak ada tenaga. Dalam setiap doa dia selalu bermohon " ya Alloh beri aku kekuatan, jauhkan aku dari sakit dan mara bahaya ya Alloh " doa Mak Atun setiap sehabis sholat.
Namun kekuatan badan kita tentu ada batasnya sehingga kita perlu beristirahat. Dan inilah mungkin hikmah Mak Atun sakit " aku harus beristirahat, ibarat mesin ya istirahat dulu"kata Mak Atun dalam hati. Dalam sakit Mak Atun tetap sabar dan pasrah. Walaupun badannya lemah namun dia tetap mengurus dirinya pelan-pelan namun tetap lebih banyak berbaring di tempat tidurnya.
Kondisi Mak Atun yang sakit ini tentu menjadi pikiran bagi Bagas, dia bingung apa yang harus dia lakukan, bagaimana nasib Ibunya sendirian di rumah dalam keadaan sakit. Hari-hari Bagas penuh dengan kegelisahan, untuk cuti lagi tentu tidak bisa karena baru beberapa bulan yang lalu Bagas cuti. Menyuruh Ratih pulang juga tidak mungkin karena dia sedang aktif kuliah. Berhari-hari Bagas pun tidak bisa tidur memikirkan Ibunya. Sebentar-sebentar dia menelpon Ibunya di sela-sela waktu kosongnya.
" Tidak apa-apa Bagas, nanti juga sembuh, Ibu mungkin hanya kecapekan, beberapa hari ke depan insyaalloh sudah pulih, Ibu kan sudah istirahat tak jualan " kata Mak Atun ketika ditelpon Bagas. Suara Ibunya memang sedikit mengurangi kegelisahan Bagas , namun hati kecil Bagas tetap saja was-was dengan kondisi Ibunya.
" Bu, apakah tidak lebih baik Ibu ikut kami ke Jakarta saja Bu, biar Bagas bisa tenang Bu, Bagas dan Ratih kan bisa bergantian mengurusi Ibu, Bagas kerjanya kan sif-sifan jadi bisa diatur dengan teman", kata Bagas menawrkan pada Ibunya.
" Tidak, Bagas, nanti kamu dan adikmu malah semakin repot, malah nggak bisa bekerja karena harus mengurusi Ibu, kamu nggak usah banyak pikiran, besuk pagi Ibu akan berobat. minta tolong tukang ojek untuk mengngantarkan Ibu ke puskesmas," kata Mak Atun menolak ajakan Bagas untuk ikut ke Jakarta.
Bagas tak bisa memaksakan Ibunya, hanya doa yang selalu dikirimkan untuk Ibunya agar diberi kesembuhan. Namun pikirannya tak berhenti berusaha mencari jalan keluar untuk kesembuhan Ibunya. Dalam ketermengannya Bagas beranjak " Ya , aku sudah menemukan jalan keluar, aku mau minta tolong pacarku untuk menengok Ibu, kebetulan dia perawat jadi sedikit banyak bisa ngecek kesehatan Ibu" kata Bagas dalam hati. Seketika itu juga Bagas menelpon pacarnya dan pacarnya pun langsung datang ke rumahnya untuk menengok kondisi Ibu Bagas.
Bagaimana kondisi Ibu Bagas yang sebenarnya? Tunggu kisah selanjutnya.
Bersambung..
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap, Bu.
Terima kasih Ibu. Sukses untuk Ibu
Keren bun
Terima kasih Bu. sukses selalu Bu.
Mantap
Teria kasih Ibu. Salam literasi
Bagus ceritanya bun... ditunggu lanjutannya
Terima kasih Ibu. Salam literasi
Seru,nih..lanjut,Bu.
Mantap Bunda..
Terima kasih Ibu. Salam literasi.