Sumanto

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

BEKAL YANG TERLUPAKAN

Sebuah kebanggaan ketika anak-anak kita diterima kuliah pada universitas yang diinginkan walaupun harus jauh dari rumah. Seribu alasan dikemukakan orang tua ketika menyekolahkan anak-anaknya sampai jauh dari lingkungan orang tua. Ada alasan supaya mandiri. Alasan lain karena ingin mendapatkan sekolah atau universitas yang favorit dan lain-lain. Kebanggaan orang tua tak terkira ketika anaknya diterima di Institut Tekhnologi Bandung ( ITB), UI, IPB, UGM dan lain-lain. Para orang tua bangga karena semua itu adalah hasil kerja keras putranya. Karena didikan ketat oraang tua. Karena anaknya belajar dengan tekun, karena orang tua mengawasi dnegan ketat. Karena ikut bimbingan belajar yang top. Dan tidak sering dijumpai karena alasan ridlo Allah SWT. Sebuah kesombongan yang nyata. Prestasi yang didapat anak-anak kita diakui sebagi akibat kerja keras anak dan kita dan menihilkan peran Allah sebagai penentu segala nya.

Waktu terus berjalan siang berganti malam, hari berganti hari dan bulan berganti bulan tiada henti. Kebanggaan dan mohon maaf “kesombongan” orang tua belum berakhir ketika ujian semester berlangsung. Dari sekian mata kuliah ada beberapa yang tidak lulus. Orang tua berusaha menerima kenyataan dengan alasan anaknya masih butuh penyesuaian diri. Semester I berakhir dilanjutkan semester berikutnya. Ketika ujian semester II kejadian yang sama terulang. Bebarapa mata kuliah tidak lulus. Orang tua mulai mencari sumber masalahnya. Orang tua yakin kalo anaknya pinter dan mampu mengikuti kuliah dengan baik. Setelah melakukan konsultasi dengan pihak kampus diketahui bahwa mata kuliah yang tidak lulus adalah mata kuliah yang dilaksanakan pada pagi hari. Ternyata anaknya beberapa kali tidak mengikuti kuliah dan melebihi batas tileransi yang ditetapkan kampus. Mengapa kuliah pagi tidak ikut? Ternyata anaknya tidak bisa bangun pagi alias selalu kesiangan.

Orang tua kaget. Selama ini orang tua kurang menanamkan kemandirian anaknya untuk mencukupi kebutuhan spiritual mandiri anaknya missal bangun pagi ketika adzan subuh mulai dikumandangkan. Kebiasaan dirumah selalu dibangunkan ternyata berdampak pada tidak adanya kemandirian pada diri anak. Ketika harus hidup jauh dari orang tua baru terasa anaknya tidak bisa bangun pagi.

Sesungguhnya pendidikan anak tidak cukup di ukur dari capaian nilai akademik atau capaian masuk perguruan tinggi favorit. Ada nilai lebih yang lebih penting yaitu kemandirian dan tanggungjawab. Kegagalan bagun pagi dan berakibat kegagalan dalam mengikuti mata kuliah berakibat pada kegagalan pendidikan di perguruan tinggi nyata disebabkan oleh bekal yang terlupakan diberikan orang tua yaitu kemandirian dan tanggungjawab.

Mas Manto

Alas Roban, 30 Agustus 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post