BELAJAR DISIPLIN DAN PEDULI
Tahun ajaran baru dimulai. Hari pertama masuk sekolah siswa masih banyak yang belum hadir. Menurut pak Adi beberapa anak memang selalu menambah libur. Libur satu hari bisa jadi 3 hari. libur satu minggu bisa jadi dua minggu. Namun selain mereka. Banyak juga anak-anak yang rajin.
Anak-anakku jumlahnya tidak banyak. Dari kelas VII sampai kelas IX. Hanya 52 anak. Kelas VII 18 anak, Kelas VIII 18 anak, Kelas IX 16 anak. Namun untuk kelas VII masih ada kemungkinan bertambah. Karena menurut ibu Lidia belum semua anak lulusan SDI Umandundu mendaftar. Biasanya saat KBM dimulai masih ada siswa yang mendaftar. Tidak ada istilah pendaftaran ditutup, kecuali KBM sudah berjalan lebih dari satu bulan.
Pada awal tahun ajaran ini. Bapak kepala sekolah mengarahkanku untuk mengisi Masa Orientasi Siswa (MOS) untuk kelas VII. Akupun melaksanakan arahan bapak Kepsek. Bersama guru-guru lain aku bergantian mengisi kegiatan MOS. Kami memberi penguatan pada siswa baru tentang Wawasan Wiyata Mandala, Tata krama, Nasionalisme, Tata Tertip Sekolah dan Peraturan Baris Berbaris (PBB)
Rekan-rekan guru mempercayakan kepadaku untuk memimpin PBB. Mereka merasa tak percaya diri karena sebelumnya belum pernah memimpin PBB. Aku juga tidak cukup lihai. Namun aku masih ingat latihan PBB ketika menjalani PPG di Surabaya.
“Siaap….. grak!” Dengan lantang aku menyiapkan barisan anak-anak yang nampak berantakan. Anak-anakpun bergegas merapikan barisannya.
“Lencang depan….. grak” anak-anak melencangkan tanganya.
“Hadap kanaaan… grak” beberapa anak tampak kebingungan ketika aku memberi aba-aba hadap kanan. Mereka saling tengok. Ada yang menghadap kanan, ada yang menghadap kiri bahkan ada juga yang hanya diam tersenyum sambil menggaruk kepalanya. Mereka bingung mebedakan mana hadap kanan dan kiri. Begitu juga ketika aku memberikan aba-aba lencang mereka juga kebingungan. Wajar saja. Mereka tidak pernah berlatih PBB sebelumnya.
Selama dua hari aku mengenalkan mereka peraturan baris berbaris yang benar. Mulai dari gerakan ditempat seperti hadap, serong, balik. Hingga Gerakan jalan. Kegiatan ini dilaksanakan ketika pagi hari. Selama kurang lebih 2 jam.
Setelah kegiatan PBB. Anak-anak melaksanakan kegiatan bakti sosial. mereka membuat dapur untukku. Pak Adi dan rekan guru lain merasa iba melihatku memasak di dalam mes. Menurut mereka aku harus memiliki sebuah dapur. Karena minyak tanah tidak selamanya ada. Ketika musim hujan oto tidak bisa sampai di sekolah. Minyak tanah susah didapat. Jadi harus memiliki dapur tungku agar bisa memasak menggunakan kayu bakar.
Pak Adi meminta anak-anak mencari kayu dan bambu untuk membuatkan sebuah dapur untukku.
Kami bahu membahu ikut serta mencari kayu dan bambu di hutan dekat sekolah. Hasilnya cukup menggembirakan. Sebuah dapur kecil Berdinding bambu cincang. Beratapkan seng. Beralaskan tanah. Berdiri di belakang mesku. Walaupun ala kadarnya, namun cukup nyaman untuk digunakan istriku memasak.
Berpanas-panasan di depan tungku. Hingga batuk-batuk akibat kepulan asap kayu. Menjadi pengalaman yang luar biasa di abad-21 ini.
Sumba Timur, 02. 06. 2020





Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Masya Allah, selalu membuatku terharu, membaca tulisanmu Mas
Penerspan pendidikan karakter ,,, mantap pak
Keren, Pak Guru
Keren