Kemarin, sekolah saya mengadakan kegiatan perayaan Hari Kartini. Dalam kegiatan tersebut, anak-anak bebas dalam menggunakan kostum. Boleh memakai baju yang dimiliki atau memakai baju adat.

Kami para guru sudah sepakat dan sepaket untuk memakai baju khas Kabupaten Semarang yaitu Gagrak Semarang. Alasannya, kebaya dan jarit yang saya miliki dan yang muat ya cuma itu. Maklum saja, selama pandemi saya kan semakin berbobot, berat badannya. Alias semakin melebar.

Setelah merias anak-anak, saya juga merias diri sendiri. Rias sederhana sih, karena saya gak suka riasan tebal. Selesai merias wajah, saya memakai jarit karena sebelumnya saya masih memakai celana panjang.

Selesai memakai jarit, saya kaget njumbul sithik. Saat melihat ke bawah, lha kok wiru jarit saya hilang. Ke mana nih larinya? Posisi saya kan gak ke mana-mana alias diam di tempat.

Apa yang terjadi selanjutnya?

Saya merasa ada yang menjuntai ke bawah menyenggol bagian belakang kaki saya. Dengan agak kaget, saya pun meraba. Oh, ternyata wiru ada di bagian belakang. Saya memakai jarit terbalik.

Model jarit saya, ritsleting seharusnya berada di bagian belakang dan wiru di bagian depan. Namun, ketika saya memakainya, ritsleting berada di depan kayak memakai celana panjang. Otomatis wiru berada di belakang.

Apa ini efek mau lebaran dan gak punya baju baru ya?

Kab. Semarang, 27 April 2022

Tantangan hari ke- 529 (119)