Festival Syawalan di Kaliwungu
Satu minggu setelah Idul Fitri adalah hari yang sangat dinantikan oleh anak-anak seumuranku. Aku adalah Dewi, anak bungsu dari dua bersaudara. Kakakku bernama Dewo, dia sudah kelas 11 SMA, sedangkan aku masih kelas 7 SMP.
Hari ini, adalah hari kelima setelah lebaran. Ibu mengajak aku untuk ikut bersilaturahmi ke rumah paman yang ada di Semarang.
“Dewi, hari ini ibu akan pergi ke rumah paman. Apakah kamu mau ikut, Nak?” ucap ibu.
“Ke rumah paman?” tanyaku kepada ibu.
“Iya, paman Ramli, bapaknya dek Rafli.. “ jawab ibu.
“Oh iya, aku mau ikut, Bu.” ucapku.
Tiba-tiba kakak datang.
“Ibu, Ibu ingin ke rumah paman? Kenapa tidak mengajak aku?” tanya kakak.
“Eh, Dewo. Ibu juga ingin menawari kamu Nak. Tapi dari tadi ibu tidak melihatmu.” Ibu menjelaskan.
“Oh begitu, maaf ya Bu, tadi Dewo sudah berfikiran yang tidak-tidak.”
“Iya, tidak apa-apa. Sudah sana kalian bersiap-siap dulu.” ucap ibu.
“Iya Bu…” jawab aku dan kakak serempak.
Setelah selesai bersiap-siap, kami langsung menuju rumah paman Ramli. Di tengah perjalanan aku bertanya pada ibu.
“Ibu, kita ke rumah paman Ramli ingin menginap atau tidak?” tanyaku.
“Ya, terserah kamu ingin menginap atau tidak. Yang penting ibu tadi sudah ijin pada ayah, kalau kita akan berkunjung ke rumah paman.” jawab ibu.
“Memangnya kenapa Wi?” tanya kakak kepadaku.
“Begini loh Kak, besok lusa adalah hari yang sudah lama aku inginkan. Kalau menginap di rumah paman Ramli aku takut ketinggalan acara itu.” jawabku.
“Acara apa sih? Kok ibu tidak tahu?” tanya ibu kepadaku.
“ Hehehe... masa Ibu tidak tahu?”
“Besok lusa berarti dua hari lagi.. Hmm.. apa ya?” tanya kakak bingung.
“Itu loh... Syawalan.” jawabku.
“Oalah, ternyata Syawalan,” ucap ibu.
“Kakak kira apa... ternyata hanya Syawalan.” ucap kakak.
“Hehehe, memangnya Kakak mengira apa?” tanyaku.
“Ya, sesuatu yang penting..” jawab kakak.
“Loh... Memangnya Syawalan itu tidak penting?” aku kembali bertanya.
“Ya tidaklah. Hanya Syawalan itu saja kok penting.” jawab kakak.
“Hm.. kalau menurut aku penting. Kan bisa untuk melepas penat setelah puasa.” ucapku.
“Sebenarnya Syawalan tidak hanya pasar malam loh Wi..” ucap ibu kepadaku.
“Lalu apa Bu?” tanyaku kepada ibu dengan bingung.
“Iya Bu, kalau tidak hanya pasar malam, lalu apa?” kakak juga bertanya.
Tiba-tiba pak sopir menghentikan pembicaraan kami.
“Maaf Bu, ini sudah sampai..” ucap pak sopir.
Wah, padahal ibu belum selesai bercerita..” ucap kakak dengan nada kecewa.
“Iya nih, kok sudah sampai..” ucapku.
“Kita lanjut ceritanya nanti lagi, sekarang kita turun dulu dari mobil, dek Rafli dan paman Ramli pasti sudah menunggu kedatangan kita.” jelas ibu.
“Ya sudah Bu.” Jawab aku dan kakak.
Kami bergegas masuk ke rumah paman Ramli. Rupanya tante sedang pergi ke luar kota sehingga kami tidak bertemu dengannya. Kebetulan kami tiba di rumah paman pukul 12.00 atau waktu untuk sholat dzuhur. Setelah berbincang-bincang kami lalu melaksanakan sholat dzuhur secara berjama’ah.
Alhamdulillah, kami baru saja selesai menunaikan sholat. Paman Ramli mengajak aku, kakak dan ibu untuk makan siang bersama.
“Dewi, Dewo.. ayo kita makan siang dulu. Tadi pagi sebelum pergi tante sudah menyiapkan makanan untuk kita semua.” ucap paman Ramli.
“Ayo Mbak Dewi dan Mas Dewo, kita makan bersama.” tambah dek Rafli.
“Iya, Dek Rafli.” jawab aku dan kakak.
Lalu kami makan siang bersama-sama. Setelah selesai makan siang, aku dan kakak bermain bersama dek Rafli. Sementara ibu asyik mengobrol dendan paman Ramli.
“Mas Dewo...” ucap dek Rafli.
“Iya, kenapa Dek?” tanya kakak.
“Aku sudah lama sekali tidak bertemu dengan Mas Dewo.. aku kangen deh sama Mas Dewo..” ucap dek Rafli dengan wajah polosnya.
“Iya Dek, Mas Dewo juga kangen sama adek mas yang paling ganteng ini.” jawab kakak.
“Cie... yang kangen-kangenan. Loh... tapi kok Adek tidak kangen sama mbak Dewi?’ tanyaku bercanda.
“Siapa bilang adek tidak kangen sama Mbak Dewi? Adek juga kangen loh sama mbak Dewi.” ucap dek Rafli.
“Oalah, mbak Dewi kira Dek Rafli tidak kangen dengan mbak.” ucapku.
Kami lalu melanjutkan bermain. Karena terlalu asyik kami sampai lupa waktu.
“Dewo, Dewi.. sebentar lagi sore, lebih baik kalian sudahi mainan kalian dan bersiap untuk pulang.” ucap ibu.
Belum sempat aku dan kakak mengiyakan, dek Rafli langsung menjawab.
“Bude, kenapa di rumah Rafli hanya sebentar? Kan Rafli masih ingin bermain dengan Mas Dewo dan Mbak Dewi..” ucapnya dengan ekspresi sedih.
“Iya bu, Dek Rafli benar. Lagipula sudah lama Dewo tidak di Semarang.” ucap kakak
“Ya sudah kalau ingin di sini dulu,” jawab ibu.
Setelah itu kami membereskan mainan dan bergantian untuk mandi. Di malam harinya aku tidur bersama ibu, sedangkan kakak tidur bersama paman Ramli dan dek Rafli.
Keesokan harinya, dek Rafli mengajak aku dan kakak untuk bersepeda bersama.
“Mbak Dewi, Mas Dewo, ayo kita bersepeda, di pagi hari seperti ini udaranya masih sejuk.” ajak dek Rafli.
“Iya, ayo dek, mas Dewo ingin ikut …” jawab kakak.
“Eh, jangan lupa, kita harus ijin terlebih dahulu.” ucapku mengingatkan.
“Oh iya. Hampir saja lupa.” ucap dek Rafli.
Kami lalu masuk ke rumah untuk mengambil sepeda sembari berpamitan.
“Bu, dek Rafli mengajak aku dan kakak untuk bersepeda. Bolehkah kami ikut?” pintaku pada ibu.
“Boleh saja, kalian hati-hati ya..” jawab ibu.
Setelah mendapatkan ijin dari ibu, kami bergegas bersepeda bersama-sama. Dek Rafli mengajak aku dan kakak menuju ke lapangan kelurahan. Di lapangan kelurahan ternyata sangat ramai.
“Yeay, sudah sampai.” ucap dek Rafli dengan gembira.
“Di sini ramai sekali ya..” ucap kakak.
“Iya dong Mas. Di lapangan kelurahan ini selalu ramai kalau waktu liburan seperti sekarang.” jawab dek Rafli.
“Kalau ramainya seperti ini, aku jadi ingat suasana Syawalan..” ucapku.
“Syawalan? Apa itu Mbak?” tanya dek Rafli.
“Syawalan itu seperti pasar malam Dek… dan Syawalan hanya ada di Kaliwungu, lagipula hanya ada satu minggu setelah lebaran.” jawabku.
“Wah… aku jadi ingin Syawalan.” ucap dek Rafli.
“Hm.. bagaimana jika nanti waktu Mas Dewo dan Mbak Dewi pulang ke Kaliwungu kamu ikut dan kita bisa Syawalan bareng-bareng.” ucap kakak.
“Wah, ide bagus itu kak. Jadi kita bisa Syawalan bersama-sama.” ucapku.
“Ya sudah, sekarang kita kembali ke rumah dulu.. Dan kita bisa langsung menuju ke Kaliwungu.” jawab dek Rafli.
Setelah berbincang-bincang kami bergegas pulang ke rumah dek Rafli. Sesampainya di rumah dek Rafli aku langsung mengatakan pada ibu tentang rencana kami.
“Bu, aku, kakak dan dek Rafli punya rencana bagus.” ucapku dengan penuh kegembiraan.
“Rencana apa, Wi?” tanya ibu.
“Rencananya, dek Rafli ingin ikut pulang ke Kaliwungu. Dek Rafli ingin Syawalan bersama aku dan kakak.” ucapku.
“Oalah… itu memang rencana yang bagus.” jawab ibu.
“Berarti dek Rafli boleh ikut, Bu?” tanyaku.
“Ya, tentu saja boleh,” jawab ibu.
“Yeay, dek Rafli boleh ikut…” ucapku dengan senang.
“Tapi kamu harus minta ijin dulu kepada paman, apakah dek Rafli boleh ikut ke Kaliwungu.” ucap ibu.
“Siap, Bu.” Ucapku dengan semangat.
Dengan penuh semangat, aku lalu menemui paman yang sedang duduk di teras depan rumah.
“Paman, apakah dek Rafli boleh ikut pulang ke Kaliwungu?” tanyaku.
“Memangnya ada apa?” Paman balik bertanya.
“Ada Syawalan. Kami ingin sekali Syawalan bersama-sama.” Jawabku.
“Oalah… paman lupa. Kalau begitu kita ke Kaliwungu bersama-sama. Paman juga ingin Syawalan.” Ucap paman.
“Paman ingin Syawalan?” tanyaku bingung.
“Iya… Syawalan itu ….”
Belum sempat paman menyelesaikan pembicaraannya, aku sudah dipanggil ibu untuk berkemas-kemas persiapan pulang.
Selesai berkemas-kemas, kami langsung tancap gas menuju ke Kaliwungu. Di tengah perjalanan, dek Rafli bertanya kepadaku tentang Syawalan.
“Mbak Dewi, sebenarnya Syawalan itu apa sih?’ tanyanya.
“Syawalan itu pasar malam khusus… yaitu hanya ada setelah lebaran.” Jawabku.
“Berarti kalau tidak sehabis lebaran tidak ada ya?” Tanya dek Rafli kembali.
“Ya… Kalau ada namanya bukan Syawalan, tapi hanya pasar malam biasa.” Jawabmu.
“Oh, seperti itu…” ucap dek Rafli.
Tiba-tiba paman ikut berbicara dan membenarkan tentang Syawalan yang sebenarnya.
“Syawalan yang sebenarnya adalah peringatan meninggalnya ulama besar, yaitu Kyai Asyari, yang diadakan setiap tahun. Tepatnya tanggal 8 Syawal. Tradisi mengirim do’a, berziarah ke makan Kyai Asyari.” jelas paman.
“Berarti bukan Pasar Malam?’ tanya dek Rafli.
“Dengan berkembangnya zaman dan seiring berjalannya waktu, Syawalan yang dahulunya hanya berziarah, sekarang juga dimanfaatkan sebagai wisata hiburan karena banyak orang yang berjualan. Banyak juga arena hiburan untuk anak-anak yang menjadikan Syawalan identik dengan pasar malam.” jawab ibu.
“Oalah, berarti yang sebenarnya kita harus ziarah dulu ya sebelum Syawalan?” tanya kakak.
“Kalau menurut paman sih, iya. Karena di jaman paman hanya ada ziarah saja.” jawab paman.
“Hm… Kalau begitu besok kita berziarah dulu sebelum pergi ke pasar malam.” ucapku.
“Iya, memang kita harus berziarah terlebih dahulu… karena itu adalah Syawalan yang sebenarnya.” ucap ibu.
Tidak terasa sebentar lagi kami tiba di Kaliwungu. Perjalanan pulang terasa sangat cepat.
“Bu, sudah sampai.” ucap kakak.
Keesokan harinya, mereka menuju Jabal, yaitu makam Kyai Asyari. Di sana Nampak banyak orang yang sedang tahlil dan mendo’akan arwah Kyai Guru dan ulama lainnya.
“Wah, ternyata ramai sekali.” ucap dek Rafli.
“Ya, beginilah Syawalan.” jawab ibuku.
Setelah selesai berziarah, kami menuju alun-alun Kaliwungu. Di alun-alun ternyata tidak kalah ramai dengan di Jabal.
Aku, kakak dan dek Rafli lalu mencoba menaiki wahana-wahana yang ada di alun-alun.
“Mbak Dewi, ayo kita naik Komidi Putar itu.” ajak dek Rafli.
“Iya, ayo Dek.” jawabku.
Kami lalu menaiki wahana tersebut. Setelah itu kami melanjutkan wahana yang lain. Kami pulang dengan hati sangat gembira hari itu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar