Sukardin

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Dola Poro

Dola Poro

Namanya Abdullah. Teman-teman memanggil namanya dengan Dola. Dola sekarang duduk di kelas lima sekolah dasar. Umurnya baru sebelas tahun. Posturnya pendek. Oleh karena itu teman-temannya menambahkan kata poro (pendek) setelah namanya. Dola poro. Begitulah dia dipanggil. Oleh teman-teman yang tidak menyukainya. Yang bermaksud mengejeknya. Terutama oleh Adi dan kelompoknya. Tapi dola tak marah. Meski Adi dan kelompoknya sering mengejeknya.

“Bulan depan akan ada seleksi atlet lari untuk tingkat kota. Dua minggu lagi pak guru akan memilih lima orang perwakilan sekolah kita. Silahkan angkat tangan siapa saja yang mau ikut?’’. Tanya pak guru. Hampir semua murid laki-laki mengangkat tangannya. Tiba-tiba terdengar tawa yang cukup keras dari meja belakang. Mereka menertawakan Dola yang ikut mengangkat tangannya. “Kalau saya lomba lari sama Dola, saya kasih dia lari duluan lima puluh meter pun saya tetap menang”. Teriak Adi yang langsung disambut dengan tawa oleh teman-temannya.

“Anak-anak harap tenang, Seleksi tingkat sekolah terbuka untuk semua siswa. Lima pelari yang paling cepat akan pak guru pilih untuk mewakili sekolah kita dalam seleksi tingkat kota nanti. Pak Guru berharap kalian berlatih dengan keras”. Sepulang sekolah Dola menceritakan keinginannya untuk mengikuti lomba lari pada ibunya. Ibunya berpesan agar jangan berkecil hati karna badannya yang pendek. Yang paling penting dola harus rajin berlatih.

Setiap sore Dola terus berlatih dan berlatih. Semangat sekali dia. Meski dia pernah terjatuh, karna tiba-tiba saja dia menabrak kardus yang entah siapa yang melemparnya. Dia ingin membuktikan bahwa dia mampu, meskipun badannya pendek. Usaha ternyata tidak menghianati hasil. Dola berhasil lolos seleksi tingkat sekolah. Dia berada di urutan ke tiga. Sedangkan Adi berada pada urutan pertama. Lagi-lagi Adi mengejeknya. “ Tanpa latihan saja kamu tidak mampu menglahkanku, apalagi kalo aku berlatih akan jauh sekali jaraknya kita. Hahahaha”. Ucap Adi sombong. Dola merasa hatinya sakit atas hinaaan itu. Dia tak mau melawan. Dia bercerita pada ibunya.” Kenapa Adi yang jarang berlatih mampu berada di urutan pertama, sedangkan dia yang tiap hari berlatih hanya mampu berada di posisi ketiga. Apakah ini adil? Tanya dola.

Ibunya pun menjelaskan, secara fisik Adi tinggi dan itulah yang menjadi kelebihannya. Tapi kekuatan fisik tanpa latihan ada batasnya. Teruslah berlatih nak, dengan latihan kekuatan tubuhmu akan meningkat. Staminamu akan semakin kuat dan kamu tidak akan mudah lelah. Kamu ingat, beberapa tahun lalu pada lomba lari tingkat dunia. Ada Lalu Muhammad Zohri yang tidak diunggulkan. Bahkan secara fisik dia paling pendek dibanding pelari lainnya. Tapi dengan semangat dan latihan yang kuat. Dia berhasil menjadi juara dunia. Mengalahkan lawan-lawannya.yang secara fisik tingginya melebihi dia. Dia juga berhasil membuktikan bahwa fisik yang tinggi bukan jaminan menjadi pelari tercepat. Teladani dia nak. Buktikan pada semua, bahwa kamu juga layak diperhitungkan. Ibu yakin, kamu pasti lolos seleksi tingkat kota kalau kamu terus dan tekun berlatih.

Mendapat dorongan dan dukungan dari ibunya, membuat Dola semakin semangat berlatih. Hinaan dan perundungan dari Adi dan kawan-kawannya tak ia dengarkan. Meski kadang dia merasa sakit hatinya. Tapi ia mengabaikannya, nasehata ibunya selalu terngiang-ngiang di telinganya. “Dola, latih terus pu ana. Aina kade.e nggahi lenga dohomu ma iha (1). Kapoda pu ade mu (2). Buktikan, bahwa suara ejekan itu akan menjadi tepuk tangan saat kau mampu membuktikan bahwa kamu layak untuk menjadi juara”.

Hari seleksi itupun tiba, semua siswa perwakilan dari puluhan sekolah di Kota Bima termasuk dola dan teman-temannya, berkumpul di lapangan mangge maci. Pagi ini, Dola sudah sangat siap sekali. Pagi-pagi sekali dia sudah sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Tak lupa ia meminta restu ibunya. Meski begitu, tetap aja dia mendapat hinaan dari Adi. “aina kamaja nami nggomi dola, tohompara poro mu ede, ndi hari kai ba dou (3). Aina wali nomor kenci(4). Hahaha”. Ucap Adi yang disambut tawa teman-temannya. Dola pun hanya diam tak membalas. Tapi dalam hati dia meyakinkan diri. Untuk berusaha semaksimal mungkin.

Begitu peluit berbunyi, Dola langsung berlari sekencang mungkin. Meninggalkan lawan-lawannya cukup jauh. Dia bahkan membuat wasit menggelengkan kepala. Kagum akan kecepatan larinya meskipun badannya pendek. Jarak 100 meter hanya ditempuhnya dalam waktu 22 detik. Dan pada tahap selanjutnya dia pun mampu menjadi yang tercepat. Tenaganya masih kuat, meski sudah berlari beberapa kali. Dia lolos untuk seleksi terakhir yang akan dilangsungkan besok. Adi sendiri tidak lolos untuk seleksi terakhir. Meski dua kali menjadi yang tercepat. Tapi untuk yang ketiga kalinya dia kehabisan tenaga, napasnya tak kuat lagi. Sehingga lawan-lawannya mampu melewatinya. Bahkan dia tak mampu mencapai finish. Dia kelelahan, dan langsung berbaring.

Dia sadar, bahwa staminanya kelelahan karna dia jarang latihan. Dia juga akhirnya menyadari kesalahannya pada Dola. Dia teringat perlakuannya pada Dola. Bagaimana dia menghina dan kerap memukul Dola meskipun dola sama sekali tak berbuat kesalahan apapun. Wajahnya terlihat sedih. Dengan langkah pelan dia menuju Dola. mengucapkan selamat dan mendukungnya untuk lolos di seleksi terakhir besok. Tak lupa ia pun meminta maaf atas semua kesalahan yang dia lakukan. Pun saat melempar kardus saat Dola latihan dan sempat membuatnya terjatuh. “ma ne.e si boe nahu, boe pu(5). Saya ikhlas, tapi tolong maafkan saya”. Ucap Adi tersedu-sedu.

“nggara ndede si henggapu rima mu’’.(6) Ucap Dola tegas dan melangkah mendekati Adi. Tangannya terkepal. Teman-temannya kaget dan terdiam. Tak ada suara. Seakan-akan semua ikut berhenti. Dan pada saat Dola sudah dekat, tangannya melayang ke tubuh Adi. Tapi, ternyata bukan memukul dan malah memeluk. Dipeluknya Adi dengan erat.”, Aku sudah memaafkan semua kesalahanmu karna kau adalah temanku”. Mereka pun berpelukan sambil menangis. Pada seleksi keesokan harinya Dola tidak lolos mewakili Kota Bima. Tapi dia tidak berkecil hati. Dia berjanji bersama Adi untuk giat berlatih agar bisa lolos di kesempatan berikutnya. Mereka berdua pun menjadi sahabat yang saling menyayangi. .

TERJEMAHAN

1. 1. Dola, teruslah berlatih nak. Jangan dengarkan hinaan dari teman-temanmu.

2. 2. Kuatkan tekadmu.

3. 3. Jangan permalukan kita, cukup tubuh pendekmu aja yang membuat orang tertawa.

4. 4. Jangan lagi jadi yang paling terakhir.

5. 5. Kalau kau mau memukulku, pukullah.

6. 6. Kalau begitu rentangkan tanganmu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren pak, sukses selalu

02 Dec
Balas

Terima kasih. Sukses juga buat dirimu.

02 Dec



search

New Post