Refleksi Hari Pahlawan

Setiap tanggal 10 November selalu diperingati sebagai hari Pahlawan. Peristiwa tersebut untuk mengenang perjuangan arek-arek Surabaya dalam melawan penjajah di bawah pimpinan Bung Tomo. Pada perang tersebut terjadi peristiwa heroik ketika menurunkan bendera Belanda merah putih biru untuk disobek kain birunya sehingga menjadi merah putih di hotel Yamato. Tidak sedikit darah syuhada yang mengalir hingga menghembuskan nafasnya sampai titik darah penghabisan.

Tetapi semangat pantang menyerah yang digelorakan oleh Bung Tomo tidak pernah menyurutkan semangat untuk mempertahankan kemerdekaan dari cengkeraman penjajah. Dengan suara lantang pada siaran radio pemberontakan beliau mengatakan ‘ selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga.”

Jika semangat pantang menyerah yang digelorakan oleh Bung Tomo dapat diimplementasikan di era kemerdekaan dengan teknologi yang serba digital maka tentunya dapat membawa kemajuan bangsa dan negara. Para pemimpin yang sedang diberikan amanah oleh rakyat mempunyai jiwa pantang menyerah untuk mensejahterakan rakyat bukan untuk memikirkan kepentingan pribadi atau golongan. Semoga para pemimpin Indonesia saat ini dapat merefleksikan diri untuk menggelorakan semangat pantang menyerah untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera adil dan makmur. Mari kita doakan agar para pahlawan yang telah gugur mendahului kita mendapatkan tempat yang terbaik disisiNya dan para pemimpin yang sedang menjalankan amanah rakyat diberikan petunjuk jalan yang lurus untuk mewujudkan kemakmuran bangsa. Aamiin....