Petuah Jenderal Soedirman

Satu diantara petuah-petuah Jenderal Soedirman yang dapat dijadikan bahan refleksi adalah “Kadang kita terlalu sibuk memikirkan kesulitan-kesulitan sehingga kita tidak punya waktu untuk mensyukuri rahmat Tuhan”. Kata mutiara tersebut mengandung nilai luhur yang sangat dalam. Hal itu sesuai dengan ajaran agama bahwa sebagai umat beragama harus bersyukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya. Sebagai panglima perang yang tertanam nilai religiusnya beliau memberikan motivasi dan inspirasi kepada para prajurit pejuang untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Tuhan.

Memang benar jika kita sibuk memikirkan kesulitan-kesulitan saja maka dapat menjauhkan rasa syukurnya kepada Tuhan. Karena kalau hanya berfikir tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi maka ujung-unjungnya hanya mengeluh terhadap masalah yang dihadapi. Namun berbeda dengan orang yang sudah terbiasa bersyukur kepada Tuhan mereka tidak mudah mengeluh atas kesulitan yang dihadapinya. Segala kesulitan diyakini pasti ada jalan keluarnya. Sehingga jika sedang tersandung masalah akan berusaha untuk mengatasinya dan berkeyakinan bahwa di balik masalah yang sedang dihadapi mungkin ada rencana Tuhan yang baik untuk dirinya. Terhadap masalah yang sedang dihadapi kita tidak boleh berpangku tangan namun harus berbuat untuk mencari solusi.

Filosofi orang Jawa bahwa jangan melihat ke atas maksudnya bahwa kita diminta instrospeksi dirinya siapa, jangan mengukur diri kita dengan orang lain. Jika kita melihat ke atas maka mata akan kemasukan debu sehingga jalannya menabrak-nabrak. Ini berarti bahwa kita jangan menjadikannya seperti orang lain yang bukan setara dengan kita. Misalnya jika ada orang yang kaya inginnya seperti mereka sehingga cara yang ditempuh untuk menjadi orang kaya dilakukan dengan segala cara seperti korupsi dan kolusi. Maka dari itu petuah Jenderal Soedirman untuk mensyukuri rahmat Tuhan adalah benar sebagaimana ajaran agama.