Kayu Gung Susuhing Angin
Penulis : Sukadi.
#TantanganMenulis365Eps2
#Gurusiana Hari ke-477
//
Sejak kecil saya memang suka sekali dengan pertunjukan wayang kulit. Meski ceritanya hanya seputar Pandawa dan Kurawa, pakem cerita ya hanya itu-itu saja tetapi cerita dari wayang kulit itulah saya mendapat berbagai banyak ilmu kehidupan nyata. Bagaimana cara beradab, bagaimana sopan-santun dan bagaimana harus berbakti kepada orangtua dan kepada Sang Pencipta.
Hari ini saya bersilaturahmi ke salah satu tokoh ulama yang terkenal memberikan tauziah atau pengajian dengan media dakwah seni hadrah putra wali dan wayang kulit bernama Kyai H. Tugiono Bashori di Desa Milangasri Magetan. Kedatangan kami bertiga dalam rangka meminta beliau untuk mengisi acara pengajian dalam rangka Halal Bi Halal di Masjid Al Ikhlas Desa Sugihrejo Kawedanan.
Kebetulan beliau sedang tidak ada di rumah. Kami pun harus sabar menunggu sampai beliau pulang. Nah disaat kami menunggu di sebelah ruang tamu ada seperangkat wayang kulit. Saya jadi teringat cerita Bratasena disuruh gurunya Begawan Durna untuk mencari Kayu Gung Susuhing Angin. Saya pun mendekat dan duduk bersila seperti dalang sedang memainkan tokoh wayang Begawan Durna dan Bratasena.
Berangkatlah Bratasena menerima perintah dari sang guru. Yang sebenarnya kata Kayu Gung Susuhing Angin Begawan Durna sendiri tidak mengetahuinya. Justru perintah tersebut sang guru ingin Bratasena muridnya dibunuh oleh raksasa di hutan.
Sampai sekarang pun saya belum menemukan jawaban dari makna kata Kayu gung susuhing angin. Dimana mencarinya, apakah harus pergi ke gunung ke hutan ataukah ke dasar lautan.
Beberapa literasi menyebutkan ternyata makna dari Kayu gung susuhing angin ( kayu yang menjulang tinggi tempat sarangnya angin) hanya sebuah simbolisasi. Kayu dalam bahasa jawa disebut kajeng, karep dan kemauan.Gung artinya besar. Susuhing angin artinya nafas manusia.
Bila dimaknai jika kita mempunyai keinginan atau cita-cita yang besar akan bisa dicapai jika disertai dengan ketenangan batin, olah nafas heningnya pikiran dan tenangnya rasa. Seperti Bratasena yang ingin mencari kesejatian diri dan ketenangan batin sampai ia akan kehilangan nyawanya hanya ingin mengetahui bahwa kesempurnaan itu letaknya ada di dalam hati.
Cerita wayang ini menurut saya mempunyai makna bahwa murid harus taat dan patuh kepada guru. Nasehat dan perintah guru pasti akan membawa kebaikan. Untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan, seorang murid haruslah belajar dengan penuh keyakinan dan ketekunan.
Karena keikhlasan dan kejujurannya Bratasena menerima perintah sang guru akhirnya dapat mengalahkan raksasa dan mendapatkan penjelasan tentang makna kata Kayu gung susuhing angin.
//
Magetan, 9 April 2023
Salam literasi


Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Akhirnya "Kayu gung susuhing angin" terletak pada diri kita masing-masing. Betul begitu Bapak Sukadi?
Sangat betul sekali pak