TERBURU-BURU DAN DIBURU-BURU
”Benar-benar tega!” kata seekor ayam, “aku bertelur supaya punya banyak keturunan. Eh, seenak saja manusia mengambil telur-telurku. “
Hewan-hewan yang lain menatap penuh simpati. Ini adalah sidang umum para hewan. Mereka berkumpul dan menyampaikan masalah masing-masing.
“Hmm…, aku tahu, Yam,” sahut sapi,” aku, sih, sempat melihat anakku lahir dan besar. Kemudian mereka memotongnya. Manusia juga mengambil air susu yang menjadi hak anakku.”
Domba bicara, “Manusia mencukur bulu-buluku. Membuatku kedinginan, sementara mereka mendapakan kehangatan.”
“Kalian masih lebih beruntung dibandingkan aku. Aku dan teman-temanku diburu. Hanya gading kami yang diambil, dijadikan pajangan di ruang tamu mereka. Kalau tidak, kaki kami di rantai. Kami dicemeti supaya mengikuti kemauan mereka. Mereka tertawa gembira di atas penderitaan kami,” kata gajah.
Hewan-hewan bergantian bicara, ingin segera menyampaikan keluh kesahnya. Kebanyakan tentang manusia.
Siput menungggu gilirian terakhir. Ia tak mau tergesa-gesa. Tak perlu terburu-buru, semua akan ada waktunya.
“Baiklah. Teman-teman sudah bicara semua?” Siput mulai bicara. “Tentu kalian tidak menyangkan bahwa sebenarnya aku punya sesuatu yang bisa manusia ambil. Namun, mereka tidak mau. Aku punya kemampuan menikmati waktu. Sebenarnya manusia juga punya. Sayangnya, tak banyak yang tahu.”
---
Waktu, bagaimana kita memanfaatkannya? Hari-hari yang bergulir terasa kian epat perputarannya. Hidup kita dikendalikan aktivitas kita. Kita sering, kalau tidak bisat disebut selalu, terburu-buru dan diburu-buru.
Sama, saat mengajar, kita mengalaminya. Terburu-buru dan diburu-buru. Ingin cepat selesai, tapi lupa esensi dan membangun pondasi.
Bambu yang menjulang, ternyata dalam tiga sampai lima tahun pertama kehidupannya, pertumbuhan bambu sangat lambat. Apa yang terjadi dalam kurun waktu pertumbuhan tersebut?
Untuk menjadi tinggi tidak cukup hanya memacu untuk secepatnya tumbuh ke atas. Ibarat membangun bangunan tinggi, apakah hanya cukup membangunnya ke atas saja? Tentu saja tidak. Ada yang sangat penting untuk dipersiapkan ketika akan membangun bangunan yang tinggi, yaitu pondasi. Pondasi yang agar bangunan tersebut tegak berdiri dengan aman.
Nah, pada masa tiga sampai lima tahun awal pertumbuhannya, bambu fokus membangun pondasi untuk menopang batangnya yang bakal menjulang. Bambu membangun jaringan akar yang kuat. Tidak tanggung-tanggung, butuh waktu bertahun-tahun untuk membuat pondasi yang kuat.
Sama. Dalam mendampingi anak belajar, kita bisa belajar dari pertumbuhan bambu ini. Jangan terburu-buru melihat hasil menjulang dan terlihat menakjubkan tanpa membangun pondasi yang kuat terlebih dahulu. Yang demikian biasanya tidak kuat dan mudah rubuh.
Kuatkan dulu pondasi yang dibutuhkan anak untuk mampu melesat. Berupa apakah pondasi itu? Yang pertama adalah kecintaan dan keterampilan belajar. Mencintai belajar adalah sebuah kewajiban. Kita diwajibkan belajar sepanjang hayat. Bagaimana supaya anak cinta belajar?
Mengapa kita mencintai sesuatu? Bukankah karena kita tertarik dengan sesuatu itu? Nah, jadikan belajar adalah sesuatu yang menarik bagi anak. Anak tertarik dengan sesuatu yang seru. Maka, belajar pun harus seru. Hindari belajar sebagai aktivitas yang membosankan, apalagi menakutkan. Alih-alih cinta belajar, anak-anak akan kabur mencari aktivitas lain yang lebih seru dan mengasyikkan.
Selanjutkan ajarkan keterampilan belajar pada anak. Kita seringnya hanya menuntut anak belajar dan belajar. Sedangkan supaya bisa belajar, mereka harus belajar. Maksudnya mereka perlu dilatih supaya bisa belajar.
Pahami dulu kemampuan, bakat, minat, dan cara belajar mereka. Ajak dan beri kesempatan belajar dengan banyak cara. Dengan cara inilah anak menemukan cara belajar yang paling baik untuk dirinya. Inilah keterampilan belajar.
Kedua, sikap positif. Sikap positif akan merangsang otak untuk santai dan siap menerima hal baru. Sikap positif tersebut antara lain rasa percaya diri, tekun, dan disiplin. Tentu saja yang pertama dikembangkan adalah self image dan self esteem anak. Tumbuhkan dalam diri anak untuk selalu memandang positif dirinya dan mempunyai ekspektasi sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Pondasi inilah yang hendaknya dibangun sedemikian kuat oleh sekolah, sebagai institusi pendidikan. Berlomba-lomba dengan pencapaian yang luar biasa tetapai menafikan untuk membangun pondasi hanya akan membangun sebuah gedung untuk kemudian membiarkannya runtuh dengan cepat.
Pendidikan adalah proses sepanjang hidup. Hasilnya tidak akan dicapai pada masa awal. Proses pendidikan, terutama pendidikan dasar, harus disadari sebagai masa membangun pondasi yang kuat. Menumbuhkan kecintaan belajar, mengembangkan keterampilan belajar, dan membangun citra diri positif adalah hal penting dan harusnya menjadi perhatian utama orang tua dan guru.
Setelah melewati pembentukan jaringan akar yang kuat, bambu mampu tumbuh 30 cm sampai satu meter dalam waktu 24 jam. Jika anak sudah punya pondasi belajar yang kuat, kita tinggal tunggu ia akan cepat melesat.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Luar biasa, terima kasih pencerahannya mas Suhud
Luar biasaa.... Barakallah Pak