Piring Pecah, Kepingan Puzzle, dan Foto
Pulang dari main bola, Xander marah-marah. Penyebabnya? Timnya kalah. Begitulah Xander, gampang banget marahnya. Apalagi kalau main sama teman-temannya. Setelah beristirahat sebentar di teras sambil menghabiskan minum, Xander menuju ruang tengah. Xander marah lagi. Dia tidak menemukan puzzle yang sudah berhasil di rangkai sebelum berangkat main bola tadi. “Tuh, Mommy pindahin ke depan TV,” kata Markonah.
Xander membongkar lagi puzzle itu. Dia coba menyusun ulang. Karena bosan, akhirnya Xander melempar-lempar kepingan puzzle. Markonah marah.Xander mengambil ceceran kepingan puzzle, memasukkan kepingan-kepingan puzzle tersebut ke kotaknya, dan menyimpan dengan rapi. Sayang, Markonah hanya menganggap itu sesuatu yang harus dilakukan. Tidak ada yang istimewa. Padahal tidak banyak anak seusia Xander bisa menyusun puzzle 500 keping itu. Bahkan Markonah pun gagal ketika mencobanya. Markonah tidak pernah memberi Xander pujian, termasuk untuk ketika sudah membereskan puzzle dengan rapi. Beda halnya kalau Xander melakukan kesalahan. Markonah berasa bertanggung jawab mengingatkan. Caranya? Ya dengan memarahi Xander.
“Xander…! Alexander!” Xander mendekat. Markonah bertanya apakah Xander memecahkan piring. Xander mengangguk. Panjang kali Markonah marahnya. Markonah lupa, minggu kemarin selusin piring pecah di tangannya setelah dia menemukan foto seorang wanita di saku jaket Momon, suaminya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Betul, Mas. Anak dididik keras, maka hatinya bak batu. Anak dididik dengan kasih sayang, hatinya selembut salju. Apa lagi anak dimarahi dengan marah marah maka sianak akan tumbuh seperti cerita di atas.
Sepakat, Bu.
Ohhh, luar biasa alurnya pak... inspiratif. mksih
betul mas kadang kita terlupa dengan hal yang kecil, namun sangat berarti bagi perkembangan mental anak
Kenapa sih mami marah-marah terus?
Ga bisa ngemall. Jadinya ngomel
Mantap pak
Terima kasih
Anak belajar dari orangtua...orangtua harus lebih banyak belajar dari anak...Terima kasih untuk pencerahannya selalu lewat kisah-kisah sederhana penuh makna, Pa Suhud.
Sama2, Bu. Terima kasih
Sama2, Bu. Terima kasih
Kasihan Xander dimarahin mulu. Stress dah tuh anak.
Ceritanya bagus mas..semoga kita bis mengambil hikmahnya...aamiin
Terima kasih, Bu
Olala ternyata mami duluan yang pecahan piring. Salam
Salam