Jangan Pandang Sebelah Mata
Ada seorang profesor yang terkenal sangat pandai. Dia menguasai banyak bidang ilmu.
Suatu hari profesor ini berlibur di sebuah kapal pesiar bersama istrinya. Sebuah liburan yang pertama kali dia lakukan. Sebelumnya dia tidak pernah liburan karena tidakpunya waktu. Waktunya habis untuk memberikan ceramah dikampusnya. Jadi dia begitu gembira akhirnya bisa berlibur setelah pensiun.
Ketika sedang memasukkan barang bawaan ke dalam kamar di kapal pesiar, profesor itu bertanya kepada pelayan kamar, “Apakah kamu pernah belajar psikologi?”
Pelayan kamar mengatakan bahwa ia belum pernah belajar psikologi.
“Apa? Kamu bertugas melayani orang‐orang. Kamu harus tahu bagaimana manusia bersikap daan berpikir. Heuh! Bukan apa‐apa, tapi kalau kamu tidak pernahbelajar psikologi berarti kamu telah menyia‐nyiakan setangah perjalanan hidupmu,” kata profesor.
Pelayan kamar pergi dengan sakit di hatinya.
Di atas dek, profesor melihat seorang kelasi yang sedang membersihkan tiang kapal dengan gembira.
“Wah, asyik sekali, ya,” sapa profesor.
“Iya, Pak. Saya menikmati pekerjaan saya ini,” jawab kelasi.
“Bagus itu. Tapi pernahkah kamu belajar filsafat?”
“Filsafat? Belum pernah, Pak,” jawab kelasi, “Lagian buat apa saya belajar... Apa tadi? E.., filsafat. Saya sudah cukup puas dengan apa yang saya kerjakan sekarang. Saya bisa keliling dunia dengan gratis.”
“Tahukah kamu?” sahut profesor, “kalau belajar filsafat, kamu akan lebih paham tentang kehidupan. Kamu akan lebih paham kenapa kapal ini harus selalu dibersihkan. Kamu akan bisa berbicara seperti halnya orang‐orang yang berpendidikan. Sayang sekali, kamu sudah menyia‐nyiakan separuh hidupmu kalau tidak belajar filsafat.”
Profesor meninggalkan kelasi yang terlukai hatinya.
Beberapa hari kemudian profesor bertemu dengan kelasi yang lainnya. Kelasi itu sedang memancing. Banyak ikan yang dia dapat.
“Hebat!” puji professor sambil mendekati kelasi itu.
“Terima kasih, Pak. Biasa saja, kok. Saya sudah biasa mancing, jadi tahu triknya,” jawab kelasi.
“Apakah kamu pernah belajar antropologi?” tanya profesor.
Kelasi itu menjawab tidak. Profesor langsung menceramahinya. “Kalau kamu belajar tentang suku‐suku di pulau‐pulau yang kamu kunjungi, pengalaman kamu bertambah seru. Kamu akan memahami budaya, upacara keagamaan, dan hal‐ hal asyik lainnya. Kalau tidak belajar antropologi, berarti kamu sudah menyia‐nyiakan setengah kehidupanmu.”
Dengan cepat, berita tentang profesor yang mengesalkan tersebar. Para awak kapal enggan berjumpa dengannya. Takut diceramahi.
Suatu malam, terjadi badai. Kapal itu oleng, terombang‐ambing ombak. Para kelasi sibuk mengatur para penumpang untuk meninggalkan kapal.
Profesor berjalan bersama istrinya di kegelapan. Salah satu kelasi melihat profesor itu.
“Profesor, apakah Anda belajar berenang?” tanya kelasi itu.
“Tidak. Aku tidak bisa berenang,” jawab profesor ketakutan.
“Sayang sekali,” kata kelasi itu, “Profesor sudah menyia‐nyiakan seluruh hidup Profesor.”
---
Merasa menjadi guru hebat, sudah belajar banyak hal dan menguasai banyak kompetensi sesungguhnya bukan sebuah tindakan yang bermanfaat. Apalagi sampai menyepelekan guru lain.
Setiap guru, punya keunggulan sendiri-sendiri. Tidak perlu menunjukkan kehebatan kita kepada yang lain. Jadi siapa pun sebagai guru tempat kita belajar.
Sekali kita merasa guru yang hebat, saat itu juga kita sedang menuju jalan keterpurukan. Buah yang sudah masak tanda sebentar lagi ia akan busuk.
Pandanglah guru yang lain sebagai mitra berkolaborasi. Bukan kompetitor yang harus dikalahkan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren luar biasa bahasa motivasinya hebat Pak Suhud Rois,
Terima kasih
Sepakat. Mantap dan keren. Cerita yang menarik, mencerahkan, dan inspirarif. Semangat dan salam literasi tiada akhir
Terima kasih, Pak.
Terima kasih, Pak.
luarrr biasa....pak suhud, terimakasih membginya dgn kami....salam literasi
Terima kssih
Sekali kita merasa guru yang hebat, saat itu juga kita sedang menuju jalan keterpurukan. Buah yang sudah masak tanda sebentar lagi ia akan busuk.Kalimat yang luar biasa. Mantap
Terima kasih
Mantap...buat pelajaran hidup...
Terima kasih
Betul banget sy se 7 bwngt jgn merendahkan guru yg lain apa lg sampai melukai hatinya Hasil karya tulisan pak Suhud kereeeen banget mantul banget sukses ya . Selamat ....
Terima kasih....
Luar biasa, keren
Terima kasih.
Mantap sekali ceritanya Pak. Saya salut.
Terima kasih, Bu
Tulisannya pak Suhud memang selalu menginspirasi...terimakasih Pak
Hatur nuhun
keren pak
Terima kasih
Mantap Pak....Terima kasih sudah berbagi
Terima kasih,Bu
Salut dg banyak kisah yg bapak tuliskan, sangat bermanfaat dan terinspirasi
Terima kasih
Masyaallah terima kasih sudah diingatkan
Terima kasih
Luarrrr biasa mas.
Terima kasih
Sepakat dgn kalimat ini "Pandanglah guru yang lain sebagai mitra berkolaborasi. Bukan kompetitor yang harus dikalahkan."Sejatinya kita bisa menjadikan siapa saja sebagai guru kita. Banyak hal yang dapat kita pelajari dari mereka...
Siap
Wow keren Pak
Terima kasih Pak
Terima kasih ulasannya,pak. Kereen banget, mengingatkan kita untuk selalu rendah hati. Salam sukses,pak
Terima kasih
Wah keren terima kasih
Luar biasa.
Super sekali. Refleksi yang sangat dalam. Sukses Pak, selalu menginspirasi
Terima kasih, Bu.
Mantap pak ulasan yang keren, sukses selalu. Salam literasi
Terima kasih. Salam
Super... Luar biasa mengingatkan dan sangat bermanafaat... Terima kasih ilmunya... ijin follow.... Salam sukses, salam literasi...
Terima kasih, Bu.
Keren
Keren
Terima kasih...
Mantap Pak Suhud...ulasannya mendalam banget
Terima kasih
Keren sekali, Pak tulisannya. Banyak hikmah didapat
Terima kasih, Bu.
Terima kasih, Bu.