By Suherniwita, S.Pd

Di sebuah kerajaan kecil bernama Kerajaan Mangkubumi, hiduplah seorang raja yang gagah berani. Ia bergelar Raja Dilangit, seorang pemimpin yang terkenal cerdas, cerdik dan juga bijaksana. Dalam menjalankan pemerintahan, ia selalu berlaku adil kepada rakyat-rakyatnya sehingga ia sangat disegani oleh siapa pun di kerajaan tersebut.

Sementara itu, di sebuah kerajaan yang cukup besar bernama Kerajaan Gumintang, hiduplah seorang raja yang tamak dan sombong. Adalah Raja Pandawa seorang pemimpin yang kejam dan bertindak semena-mena kepada rakyatnya. Ia sangat haus akan harta dan tahta kerajaan lain. Hingga pada suatu hari, Raja Pandawa memanggil senopati kerajaan dan menyampaikan rencananya untuk memperluas wilayah kekuasaanya. Ia bermaksud untuk merebut kerajaan Mangkubumi dari kekuasan Raja Dilangit. Maka senopati kerajaan diminta menyampaikan pesan kepada Raja Dilangit agar mereka mau tunduk kepadanya.

Senopati kerajaan Gumintang segera bergegas menuju Kerajaan Mangkubumi dimana Raja Dilangit berkuasa. Ia pun menyampaikan pesan Raja Pandawa agar Raja Dilangit beserta rakyat-rakyatnya segera tunduk dalam kekuasaan Raja Pandawa. Raja Dilangit dan pengikut-pengikutnya pun mulai gelisah. Ia tidak akan mungkin menang melawan Kerajaan Gumintang yang cukup besar. Panglima-panglima perangnya juga terkenal kuat.

Hingga suatu hari, Raja Dilangit menemukan akal bagaimana cara melawan Raja Mangkubumi. Lalu ia pun memanggil penasehat kerajaan dan menyampaikan taktiknya kepada orang tua tersebut. Penasehat kerajaan lalu manggut-manggut pertanda mengerti apa yang direncanakan oleh Raja Dilangit. Setelah persiapan matang, penasehat kerajaan Mangkubumi beserta beberapa orang pengawal pergi menemui raja Pandawa ke kerajaan Gumintang.

Sesampai di kerajaan Gumintang, penasehat kerajaan Mangkubumi langsung menemui Raja Pandawa dan menyampaikan pesan Raja Dilangit.

"Hamba mohon ampun Yang Mulia Raja Pandawa. Hamba diutus oleh Paduka Raja Dilangit untuk menyampaikan pesan kepada Yang Mulia"

"Apa pesan Raja Dilangit wahai orang tua?"

"Paduka Raja Dilangit akan menyerahkan kerajaan Mangkubumi apabila Yang Mulia Mampu menjawab pertanyaan hamba"

Raja Mangkubumi pun berdiri dari singgasananya dan berkata dengan suara yang lantang,

"Wahai orang tua. Engkau jangan bermain-main denganku. Segera katakan apa pertanyaan rajamu!"

"Baiklah Yang Mulia. Hamba akan menyampaikan pertanyaan Raja Dilangit. Apakah dia, dia ada di dalam Bumi. Ada pula di atas Langit. Berada di antara siang, namun tak ada di tengah malam?"

Raja Pandawa tampak bingung dengan pertanyaan sang penasehat. Dia berpikir cukup lama, namun tidak menemukan jawabannya. Ia pun bertanya kepada penasehat kerajaannya, namun penasehat itu juga menggelengkan kepalanya. Lalu Sang raja pun berkata,

"Hei orang tua, cepat katakan apa jawabannya sebelum aku memerintahkan pengawal untuk memenggal kepalamu!"

"Tetapi Yang Mulia harus berjanji. Apabila Hamba sudah mengatakan jawabannya, Yang Mulia akan membebaskan Hamba dan tidak menyerang kerajaan Mangkubumi"

"Baiklah. Aku berjanji. Ayo katakan apa jawaban atas pertanyaan itu!"

"Dia ada di dalam 'bumi', ada pula di atas 'langit'. Berada di antara 'siang', namun tak ada di tengah 'malam'. Jawabannya adalah 'HURUF I', Yang Mulia".

Raja Pandawa lalu tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban sang penasehat. Ia tak menyangka jawabannya ternyata segampang itu.

"Baiklah orang tua, kali ini engkau, raja Dilangit, dan Kerajaan Mangkubumi selamat. Sebelum aku berubah pikiran, segera engkau angkat kaki dari kerajaan ini!"

Lalu sang penasehat pun undur diri dan kembali pulang ke Kerajaan Mangkubumi. Ia pun menyampaikan bahwa siasat Raja Dilangit berhasil. Akhirnya Raja Dilangit dan rakyat-rakyatnya selamat dari keserakahan Raja Pandawa.