Sluku-Sluku Bathok Bait Perekat Majelis Talim Kami Di Des
Oleh : Suhartutik
Desa adalah satu-satunya keputusanku untuk tinggal, menetap, dan berkarya. Entah mengapa namun bagiku seolah pertahanan terakhir perempuan , apalagi pada zaman yang serba cepat atau millinium ini,perempuan-perempuan di hadapkan berbagai bentuk benturan eksistensi dan pertahanan ekonomi. Sebab itu, ternyata pilihanku untuk tetap tinggal di desa membawa keberuntungan, setidaknya bagiku dan keluargaku. Namun memang latar belakang Pendidikan dan pekerjaannya terkadang membuatku ingin keluar dan berkelana layaknya burung yang terbang bebas, Mengepakkan sayap-sayap indah yang terus tumbuh berkarya di circle yang mendukung,
Suatu hari datanglah beberapa ibu ke rumah, kami berbincang bincang berbagai hal tentang kehidupan, mulai dari urusan rumah tangga, bagaimana mengurus anak-anak yang semaunya sendiri, sampai urusan bapak-bapak suka membuat tingkah yang aneh-aneh. Untuk menjalankan kewajiban sebagai seorang Muslimah yang taat membutuhkan perjuangan yang luar biasa. Dimana semua anggota keluarga harus saling menghargai dan menyadarinya. Hingga kemudian kami bersepakat untuk membuat sebuah wadah yang bisa menampung curahan hati dan mendapatkan ilmu agama yaitu berupa majelis taklim,
Tidak mudah ternyata berbuat baik itu, karena banyak yang tidak senang sehingga kami harus terus melakukan pendekatan terhadap orang-orang yang mempunyai pikiran negative terhadap majelis taklim. Perjalanpun mengalami pasang surut, hinggga bisa terpecah belah, sampai akhirnya kami bangkit lagi membangun image yang positif. Akhirnya akan tersaringlah para ibu yang bener-bener mau menimba ilmu dengan ibu-ibu yang sekedar ikut kumpul-ku,pul saja. Bahkan kami pernah juga di demo oleh beberapa oknum masyarakat yang tidak senang adanya pesantren dan majelis taklim. Tetapi berkat bantuan dan support beberpa tokoh masyarakat dan tentunya berkah rahmat Alloh Tuhan Yang Maha Esa, para pendemo pun mundur teratur dan permalahan bisa di atasi.
Majelis taklim yang sudah berjalan selama 20 tahun telah memberi perubahan peradapan masyarakat yang tadinya daerah abangan di mana masyarakat belum mengenal agama secara menyeluruh, banyak masyarakat belum menjalankan kewajiban nya sebagai seorang muslim. Berkat perjuangan ibu-ibu yang terkumpul dalam sebuah wadah majelis taklim memberi warna tersendiri dalam kehidupan. Peran ibu dalam rumah tangga sangatlah penting, dia harus mampu mendidik anak-anaknya agar mempunyai iman yang kuat, cerdas, bermoral, sehat jasmani dan rohanimya dan mempunyai kepribadian yang baik, diapun harus mampu menjadi manager, mengelola sebuah rumah tangga bahkan dalam keuangan. Oleh karena itu seorang ibu harus terus menerus mendapatkan ilmu tidak hanya ilmu agama saja, tetapi kelihaian dan ketrampilan dalam mengurus urusan apapun dalam kehidupan ini.
Para ibu lah yang membuat aku menjadi kuat dan tegar. Dorongan untuk menjadi tauladan dan contoh kehidupan membuat aku bisa bertahan menghadapi segala probleamatika hidup. Mereka tidak tahu apa yang aku alami dan rasakan dalam sebuah rumah tangga. Aku seakan menjadi robot yang setiap saat siap menjalankna perintah dari remot control yang di pegang oleh seorang yang punya kekuatan. Urusan rumah tangga kecil dan urusan Lembaga pun aku harus bisa eksis bahkan urusan pembangunan Gedung sekolah pun aku lah yang harus mencari terobosan terobosan. Pagi hari aku harus bekerja di sekolah milik pemerintah, sore harinya mancara para dermawan utnuk bisa membantu permakanan para santri, malam hari aku harus membuat administrasi laiinnya, Sementara kodratku sebagai seorang perempuanpun tidak mungkin aku tinggalkan melayani dan takdhim pada suami, merawat anak, melakukan urusan rumah tangga dan lain sebagainya. Hidup penuh berkah ketika melakukan dan bisa bermanfaat untuk orang lain. Khoirunnas anfauhun linnas, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain, kata-kata itulah yang selalu terngiang ngiang di telingaku,yang menguatkan aku supaya terus melangkah. Betapa sakit hati ketika harus menyediakan uang untuk urusan-urusan yang seharusnya bukan tanggung jawab seorang istri, tetapi apa dayaku, aku tak mampu menolak apapun yang di perintahkan oleh si pemegang remot.
Sampai saat inipun aku tak tahu apakah aku ini termasuk perempuan yang beruntung ataukah perempuan yang paling menderita. Banyak orang berkomentar bahwa aku ini adalah wanita yang beruntung, hidup berkecukupan walaupun aku tidak pernah tampil glamor layak nya ibu nyai. Aku harus melakukan pekerjaan apapun, bahkan ketika ke luar kota akupun harus mengendarai mobil sendiri. Suatu saat ketika aku ingin ada sopir menemaniku aku takut akan manjadikan fitnah. Pada saat kita terhimpit dan dalam keadaan yang terdesak maka kita akan mampu melakukan sesuatu, itulah yang bisa aku petik dalam perjalan hidupku, sehingga aku mampu dan berani melakukan apapun yang di anggap orang lain tidak bisa.
Banyak tempaaan-tempaan, tantangan, ujian yang kemudian menjadikan aku lebih matang dan menjadi orang yang tidak pantang menyerah.
Banyak pengalaman pait yang di alami oleh seseorang yang justru tidak membuat dia terpuruk, tetapi malah membuat dia harus bangkit berdiri tegak. Hal ini terjadi karena lingkungan yang membentuknya, pola fikir dan cara pandang dalam menghadapi segala permasalahan yang terjadi. Sakit hati dan pait kehidupan mejadikan hidup semakin bermakna.
Suatu hari ketika anak ku bercerita sepulang sekolah, dia di ejek di bully, di cemooh, oleh teman-temannya di sekolah, karena permasalahan orang tua hatikupun ikut sakit seakan teriris pedih., Kasihan mereka menghadapi pertumbuhan mental yang kurang sehat. Bagaimana menderitanya anak-anak kecil yang baru mengalami masa pertumbuhan sudah mendapatkan terpaan. Di sinilah peran seorang ibu untuk memberi penguatan mental pada anak-anaknya.
Majelis taklim sebagai wadah pencurahan segala apa yang aku alami. Supaya nantinya bisa membantu anak-anak untuk tidak mengalami depresi, jadi peran ibu itu tidak hanya menjalankan ibadah sholat, puasa, zakat saja, tetapi hal-hal yang menyamgkut keselamatan mental spiritual pun harus bisa di lakukan, Supaya nak-anak bisa tumbuh berkembang dengan sehat. Lagi lagi peran majelis taklim sangat membantu para ibu untuk mempunyai kesadaran dan keberanian melindungi anak-anak dari anacman baik secara fisik maupun psikis. Seperti yang aku alami, seharusnya waktu itu aku datang kesekolah menyampaikan apa yang di alami oleh anak-anak ku supaya guru-guru yang ada di sekolah ikut menjadi pelindung anak-anak dari bullying.
Alloh Swt akan mengangkat harkat martabat manusia dengan di iringi beberapa ujian,seperti halnya anak sekolah ketika dia mau naik kelas harus melalui tes ataupun ujian, begitupun hidup ini. Maka seharusnyalah kita tidak perlu merasa bersedih berlarut larut ketika mengalami sebuah goncangan hidup. Berserah diri dan bertawakllah dalam menghadapi bahtera kehidupan, Itulah yang selalu aku ingat. Sehingga dalam setiap masalah pasti nanti ada jalan keluarnya, setiap menghadapi ujian pasti nanti akan ada peningkatan. Ikhlas menjalani kehidupan ini akan menjadika hidup sehat dan bermakna.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Aktivitas pagi yang seru ya bun semoga ada keputusan yang bijak
Keren ulasannya
aamiin, insya alloh
Selamat berjuang di jalan Allah bunda. Barokallah. Salam sehat selalu