Jangan merasa paling dan jangan terlalu larut.
Pagi ini 2 orang pengawas baru datang memasuki ruangan kantor yang cukup panas dengan membawa tumpeng sebagai tanda syukur atas nikmat yang telah di berikan Alloh SWT. Hal ini terjadi karena 3 bulan yang lalu kami kehilangan satu teman karena covid 19, dan 2 minggu yang lalu teman satu lagi meninggal karena sakit jantung koroner. Ruangan yang hanya di huni oleh 10 orang sangatlah lengang ketika 2 orang tidak hadir di tengah-tengah kita.
Kini keadaan pulih seperti semula walaupun tentulah berbeda situasi kondisi dan kenyamanan. Betapa manusia hidup di dunia ini hanya sementara, ibarat orang jawa bilang mampir ngombe. Dari tiada kemudian menjadi ada dan selanjutnya akan tiada lagi di dunia fana ini. Seperti perjalanan hidupku selama ini. Banyak aral melintang, sandungan, terpaan badai harus di hadapi dengan hati yang penuh dengan keikhlasan sehingga akan kuat dalam menangkalnya.
Seorang teman yang posisinya sebagai koordinator pengawas dengan talenta dan kelihaiannya dalam melakukan segala aktivitas baik di dalam ruangan maupun membantu bidang-bidang lain, dengan segala kepandainya mampu mengatasinya, tetapi ketika Alloh SWT telah berkendak apa daya, semua pekerjaan, jabatan dan apapun yang di sandang selama hidupnya harus diletak kan, beliau meninggal di sebuah ruang ICU, yang dingin tanpa ada pendamping di sisinya. Tidak seorang pun di perkenankan menemaninya, karena covid-19 sangatlah mengerikan. Semua manusia di buat untuk takut sehingga seorang yang sakit di di vonis covid maka hatinya akan semakin drop dan tentulah semangat utuk hidup semakin menipis. Walaupun sebetulnya kematian itu sudah qodrat Alloh dengan berbagai cara, tetpai manusia sudah semestinya berusaha dan berupaya untuk menjaga kehidupannya.
Seorang lagi yang tinggal menunggu 2 tahun masa purna tugasnya harus menyerah, tidak berdaya ketika darah tinggi dan jantung menyerangnya. Betapa kami yang sering bergaul bersamanya merasa sangat terkejut ketika pagi-pagi mendapat kabar beliaunya wafat. Seminggu yang lalu ketika rapat koordinasi masih duduk bersama walaupun tidak bersuara tetapi kelihatannya masih segar tidak nampak ada tanda-tanda sakit. Temperamennya berubah akhir-akhir ini ada kejanggalan kejanggalan yang dia lakukan, dan kami tidak mengetahuinya bahwa itu semua tanda-tanda kematian. Manusia terus harus berpikir dan belajar atas semua kejadian yang ada di alam dunia ini.
Pagi ini acara tasyakuran di hadiri ibu sekertaris dinas dan kepala bidang GTK , beliau berpesan bahwa untuk meraih kesuksesan ada 2 kunci pokok yaitu jangan merasa “paling” dan jangan terlalu “larut” dalam mengadapi situasi apapun dan dalam kondisi yang bagaimanapun. Perilaku merasa paling benar akan berdampak pada konflik antar sesama. Orang yang merasa paling benar tergolong ujub dan takabur.
Imam Syafii yang luas ilmu dan luhur akhlaknya berkata bijak, kalamy shawaabu yahtamilu al-khathaa, wa kalamu ghairy hathau yahtamilu al-shawaaba. Artinya: “Pendapatku boleh jadi benar tetapi berpeluang salah, sedangkan pendapat orang lain bisa jadi salah namun berpeluang benar.”. Maaf, tulisan ini pun banyak mengandung salah. Sekadar berbagi pandangan, siapa tahu bermuara ibrah. Jadi, kenapa merasa diri paling benar?
Manusia hidup di dunia ini pasti mengalami kesedihan, tinggal bagaimana orang menanggapi dan meresponnya. Apakah mereka menganggap kesedihan itu sebagai suatu kewajaran dan ada juga yang berlebihan dan berlarut-larut. Kesedihan bisa terjadi karena penyakit yang di deritannya, kesedihan karena kehilangan dengan orang yang di sayangi, ataupun kesedihan karena mengalami suatu masalah. Untuk mengurangi kesedihan bisa dengan selalu mengingat dan mendekatkan kepada Alloh SWT.
Nabi Ya’kub sedih dikarenakan kehilangan Nabi Yusuf ‘alaihissalam, Nabi Nuh ‘alaihissalam sedih karena kehilangan anak dan istrinya. Bahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersedih tatkala kehilangan istri dan paman tercintanya, Abu Thalib, sehingga masa-masa itu disebut dengan "ammul huzni” (tahun kesedihan). Namun, kesedihan nabi dan rasul tidak melampaui batas dan melemahkan iman.
Jangan sampai kesedihan itu merugikan diri sendiri, menjadi stres, berlarut-larut akhirnya menyiksa diri sendiri. Nikmati hidup ini sebagai manusia yang pandai bersyukur, sehingga bisa meraih kebahagiaan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi
Barokallah tulisan yang mencerahkan, salam sehat dan sukses Bu Suhartutik
terimakasih pak Syaihu dan pak Dede
Semoga kita semua bisa menghadapi apapun cobaan hidup kita.