#Tantangan Gurusiana hari ke-42

Tiga hari berada di Dharmasraya terasa sangat singkat. Namun setidaknya telah mengobati kerinduan akan bertemunya dengan anggota keluarga. Silaturrahim akan terus terjaga antara kakak beradik serta saudara lainnya termasuk tetangga yang ada di sana.

Setiap kali kunjungan ke sini, saat-saat berangkat pulang merupakan saat yang begitu berat. Seperti kali ini, tidak hanya berat hati karena akan berpisah dengan sanak saudara melainkan juga berat karena begitu banyak yang harus diangkut pulang.

Alhamdulillah. Ada yang membawakan beras pulen, hasil panenan kebun berupa sayur mayur dan buah-buahan, tahu, tempe, kue, dan masih banyak lagi. Memang menambah beban berat pada kendaraan. Ditolak tak baik karena akan mengecewakan pihak yang memberi. Tak hanya saudara namun para tetangga juga membawakan buah tangan saat kami harus kembali ke Sawahlunto.

Begitulah kerukunan yang selalu terjaga. Suasana alam pedesaan ditambah keramah tamahan masyarakatnya membuat kerinduan itu selalu terjaga. Masyarakat transmigrasi yang tetap mempertahankan adab sopan santun, seni dan budaya serta tatanan hidup mereka yang rukun, damai meskipun berada di wilayah baru.

Perjalanan kali ini terasa lebih lama jika dibandingkan dengan perjalanan sebelumnya. Biasanya jarak tempuh bisa dilalui selama empat jam. Kali ini perjalanan ditempuh sampai tujuh jam. Kondisi jalan raya yang seperti kipang kacang memengaruhi. Antrian panjang sering terjadi saat kendaraan melewati lubang-lubang besar menganga yang berada di tengah jalan.

Alhamdulillah kami sampai dengan selamat, meskipun lelah karena lama di perjalanan namun kerinduan akan keluarga sudah terobati.

Sawahlunto, 6 Juli 2020