Suharni Jamaluddin

Suharni, lahir di Bulukumba, 29 Agustus 1983, Guru Bahasa Inggris di MAN Biau di bawah naungan Kementerian Agama Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ikan Kuah Lajang dan Sayur Terong

Ikan Kuah Lajang dan Sayur Terong

Suara ayam berkokok di waktu subuh masih terdengar samar dari balik dinding dapur. Ammar dan Hanif bahkan belum keluar dari dalam mushalah minimalis yang terletak di kamar paling depan. Layaknya emak emak lainnya, sejak 30 menit sebelumnya aku telah menyibukkan diri di dapur untuk mempersiapkan menu sarapan mereka. Saat kubuka kulkas, di bagian freezer nampak beberapa potong ikan lajang yang sudah mengeras. Segera kuambil ikan itu dan kurendam di dalam wastafel cuci piring. Beberapa siung bawang merah dan bawang putih kuambil dari dalam keranjang bumbu, setelah bersih bawang-bawang tersebut kuiris dan kurajang halus di atas talenan kayu sederhana buatan mas Solehan. Tak ketinggalan beberapa buah tomat dan buah asam ikut menemani ramainya cita rasa ikan kuah yang aku aku masak.

“Haniiiif,….” Panggilku pada putra bungsuku di pagi itu.

“Iya, mak!” jawabnya, sambil berlari-lari kecil menuju dapur.

“Tolong petik 5 buah sayur terong di halaman rumah, leh!” Perintahku padanya.

“Yang besar atau yang kecil, mak?” Tanya Hanif memperjelas perintah yang didengarnya.

“Yang kecil aja, kan hanya untuk mama campurkan di ikan kuah ini.” Jawabku kemudian.

“Ok, mak, beres itu.” Ucapnya lalu segera berlalu dari tempatnya berdiri menuju ke pintu samping.

Suara derik engsel pintu terdengar jelas, saat Hanif membuka pintunya dan berlari-lari keci menuju halaman depan rumah. Beberapa bulan sebelumnya, bapaknya menanam beberapa pohon terong ungu di sana. Menurutnya, daripada halamannya kosong, lebih efektif jika ditanami sayuran. Maka, sejak bulan lalu aku sudah tidak pernah lagi membeli terong di pasar. Sayurnya baru akan dipetik saat akan di masak, sehingga kesegaran sangat terjamin.

“Mak, ini terongnya.” Ujar Hanif sambil menyodorkan 5 buah terong besar dan nampak sudah tua.

“Lha, kok besar sekali leh?” Tanyaku padanya.

“Yang kecil sudah habis, mak. Sepertinya dimakan kambing kemarin sore saat kita tidak di rumah.” Jelas Hanif dengan raut wajah kecewa.

“Wah, sayang sekali ya. Padahal jika terongnya masih muda itu yang enak. Terong tua seperti ini, bijinya kebanyakan berukuran besar sehingga kurang enak jika disayur.” Ucapku mengomentari laporannya.

“jadi, gimana dong mak? Apakah pagi ini kita tidak makan sayur? Tanya Hanif khawatir.

“Terong ini, masih bisa disayur kok.” Jawabku membuyarkan kekhawatiran di wajahnya.

Aku segera beralih menghadap ke wastafel lalu mencuci terong tersebut dengan air mengalir. Setelah terongnya ku potong-potong dengan ukuran sedang, segera kumasukkan dalam ikan kuah yang sudah mulai mendidih. Sayur terong yang dimasak bersama dengan ikan kuah lajang ataupun tuna rasanya sangat enak. Rasa manis gurih buah terong berpadu dengan asam ikan kuah menjadikan selera makan kedua putraku semakin menjadi, apalagi jika dihidangkan dengan nasi kukus yang masih hangat. Mereka pasti akan memujiku dengan berkata, “masakan mama paling enak dari semua.”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post