TAWADHU':RAHASIA KEDEKATAN GURU DENGAN MURID
Tawadhu adalah sifat mulia yang diajarkan Nabi saw pada umatnya.Siapapun yang sanggup melakukannya pasti akan mendapatkan banyak kebaikan dalam hidupnya. Tawadhu' merupakan sifat rendah hati tapi bukan rendah diri.
Lebih lengkapnya berikut definisi ulama tentang hakekat tawadhu.
Al Fudhail bin ‘Iyadh ra ketika ditanya tentang makna tawadhu’ beliau menjawab, “Merendahkan diri terhadap kebenaran, tunduk kepadanya, dan menerimanya dari orang yang menyampaikannya.” Dikatakan pula bahwa,“Tawadhu’ adalah engkau tidak melihat bahwa dirimu ini memiliki harga. Barangsiapa yang melihat bahwa dirinya memiliki harga maka dia tidaklah memiliki sifat tawadhu’.”
Sedang Al Junaid bin Muhammad ra berkata, “Tawadhu’ adalah merendahkan diri, bersikap lembut dan ramah.” Senada dengan Abu Yazid Al Busthami ra bahwa , “Tawadhu’ adalah seseorang tidak memandang bahwa dirinya memiliki kedudukan dan tidak melihat bahwa ada orang lain yang lebih jelek daripada dirinya.” Sedang menurut Ibnu Atha’ ra “Tawadhu’adalah menerima kebenaran dari siapapun. Kemuliaan itu ada di dalam tawadhu’,barang siapa yang mencari kemuliaan di dalam kesombongan maka seolah-olah dia mencari air di dalam api.” Intinya, bahwa tawadhu itu menyadari bahwa diri ini merasa tidak lebih baik dari orang lain. Darinya lahir sifat lemah lembut dan semisalnya.
Jika manusia secara umum dituntut memiliki sifat tawadhu agar tercipta keharmonisan sesama manusia, Maka seorang pendidik mutlak membutuhkan sifat ini untuk menghiasi dirinya dalam menjalankan tugas mendidik anak anak. Profesi pendidik bersifat dan tidak jauh sekitar ilmu,pengajaran dan pengarahan. Dan itu semua mengharuskan adanya komunikasi berkualitas dengan anak didik dan kedekatan personal emosional dengan mereka. Sehingga anak anak tidak merasa sungkan bertanya atau berdiskusi bahkan curhat kepadanya.Karena pada dasarnya jiwa tidak merasa nyaman dengan orang yang sombong. Dan sombong adalah kebalikan dari sifat tawadhu itu sendiri.
Meski pendidik faham akan mutlaknya sifat tawadhu' dalam memudahkan membantu transfer ilmu dan akhlak pada anak didik. Namun faktanya,sedikit sekali pendidik yang konsisten menghiasi dirinya dengan sifat tawadhu'. Itu terjadi lantaran sebagai pendidik sering terjebak merasa lebih segalanya dibanding anak didik yang memang mutlak membutuhkan kehadiran pendidik. Disinilah tantangan berat untuk membebaskan diri dari sifat sombong,kebalikan dari sifat tawadhu'.
Sebagai pendidik,wajib kiranya kita merefesh kembali ingatan dan kisah betapa Nabi saw yang begitu mulia namun masih dan merasa perlu untuk merendahkan hati beliau dihadapan anak anak agar suasana menjadi serasa kekeluargan sendiri.Dari Anas ra mengisahkan bahwa,
أنَّهُ مَرَّ عَلَى صبيَانٍ ، فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ ، وقال : كَانَ النبيُّ – صلى الله عليه وسلم – يفعله
Bahwasanya beliau berjalan melalui anak-anak, kemudian ia memberikan salam kepada mereka ini dan berkata, “Nabi saw juga melakukan sedemikian.”(Muttafaq ‘alaih)
Target pendidik adalah mampu meraih tujuan dari mengajar, dan tujuan tersebut sulit tercapai kiranya manakala pendidik jauh dari sifat tawadhu'. Tanpa tawadhu' pendidik sulit untuk bisa bergaul dan dekat dengan anak anak. Jika demikian ia akan sulit mendapati atau mengetahui problematika anak yang menjadi rintangan anak mencapai tujuan belajarnya.Namun jika pendidik dekat dengan mereka,niscaya akan mudah merumuskan,mengevaluasi metode pengajaran ,sistematika dan penyajian materi serta gaya belajar karena pendidik sudah tahu apa yang menjadi masalah anak.
Pendidik juga harus menyakini bahwa sikap tawadhu' tidak hanya bermanfaat untuk diri dan profesinya saja, tapi bisa membias pada anak didik dan memberi efek pada anak secara positif. Sifat inilah yang bisa menghilangkan adanya jarak antara pendidik dengan anak anak. Semoga kita sebagai pendidik dan sekaligus muslim senantiasa berhias diri dengan sifat tawadhu' ini. Aamiin[]
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Makasih pak Mulya. Moga hidup kita mulia selalu. Salam literasi
Sangat informatif, tulisan berkualitas, kereenn salam literasi