suhari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
738.Ibadah Menyenangkan Orang lain

738.Ibadah Menyenangkan Orang lain

Hidup seorang muslim hanyalah untuk beribadah kepada Allah Swt. Baik ibadah secara langsung berupa pelaksanaan ibadah sholat,puasa,zakat,haji,berjihad atau ibadah secara tidak langsung semisal mencari nafkah,senyum pada sesama,menolong,hingga menyenangkan orang lain. Semua aktifitas dan sisi kehidupan seorang muslim harus diniati beribadah kepada Allah Swt. Segala sesuatu yang tidak karena Allah Swt dan terkait dengan Allah Swt menjadi sia-sia. Sehingga kematian bagi orang yang jauh dari Allah Swt itu lebih baik daripada tetap hidup. Hidup yang demikian hanya akan menambah tumpukan dosa saja,sementara kematian akan menghentikan dosa-dosa tersebut dari dirinya.

Manusia adalah makhluk sosial yang pasti membutuhkan orang lain sebagaimana orang lain membutuhkan dirinya. Interaksi yang demikian menjadikan agama menurunkan syariat yang bernama muamalat,yakni hubungan sesama manusia. Semua interaksi yang terjadi harus bisa bernilai ibadah dengan cara mengikuti petunjuk dan menghindari larangan-Nya. Jual beli yang terlihat saling membutuhkan dan seolah tidak ada manfaat lain selain manfaat materi atau dunia,namun Allah Swt jadikan ladang pahala yang besar jika dalam bertransaksi dilakukan dengan benar sesuai petunjuk. Dua orang yang sedang berserikat atau bekerja sama akan dibersamai Allah swt,bahkan Allah Swt menjadi pihak ketiga selama kedua belah pihak tidak ada yang berkhianat. Dalam hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda.

إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ أَنَا ثَالِثُ الشَّرِيكَيْنِ مَا لَمْ يَخُنْ أَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ فَإِذَا خَانَهُ خَرَجْتُ مِنْ بَيْنِهِمَا

“Sesungguhnya Allâh berkata, “Aku adalah pihak ketiga (Yang Maha Melindungi) bagi dua orang yang melakukan syirkah, selama salah seorang diantara mereka tidak berkhianat kepada mitranya. Apabila diantara mereka ada yang berkhianat, maka Aku akan keluar dari mereka (tidak melindungi).”( Sunan Abu Dawud, Karya Abu Dawud Sulaiman as Sijistani, tahqiq Muhammad Nasiruddin al Albâni, cet. Ke-2, tahun 1427 H/ 2007 M, Maktabah al Ma’ârif, Riyadl- KSA).

Seorang muslim dilarang egois hanya mementingkan dirinya sendiri dan mengabaikan saudaranya. Tidak peduli dengan nasib orang lain yang penting dirinya sendiri senang dan puas. Islam adalah agama yang sangat sempurna dan peduli,menjadikan nasib orang lain harus diperhatikan jika ingin mendapat pahala besar dan mulia disisi-Nya. Islam menganjurkan sifat Itsar,yakni mendahulukan saudaranya dalam urusan dunia. Allah Swt berfirman tentang orang Muhajirin dan Anshar dalam hal Itsar.

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9). Yang dimaksudkan ayat ini adalah ia mendahulukan mereka yang butuh dari kebutuhannya sendiri padahal dirinya juga sebenarnya butuh. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim: 7/229).

Sungguh indah sekali ajaran Itsar jika dipraktekkan dalam kehidupan sehari-sehari. Akan sanggup menyenangkan banyak pihak karena urusan dunianya terbantu. Mereka tertawa riang begitu pula dengan Allah Swt. Kisah tertawanya Allah Swt disampaikan Nabi Muhammad saw berkenaan dengan sebab turunnya ayat diatas. Dari Abu Hurairah ra menceritakan.

أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فَبَعَثَ إِلَى نِسَائِهِ فَقُلْنَ مَا مَعَنَا إِلَّا الْمَاءُ

“Ada seseorang yang mendatangi Rasulullah saw (dalam keadaan lapar), lalu beliau saw mengirim utusan ke para istri beliau saw. Para istri Rasulullah saw menjawab, “Kami tidak memiliki apa pun kecuali air.”

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ مَنْ يَضُمُّ أَوْ يُضِيفُ هَذَا فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ أَنَا

Rasulullah saw bersabda, “Siapakah di antara kalian yang ingin menjamu orang ini?” Salah seorang kaum Anshar berseru, “Saya.”

فَانْطَلَقَ بِهِ إِلَى امْرَأَتِهِ فَقَالَ أَكْرِمِي ضَيْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فَقَالَتْ مَا عِنْدَنَا إِلَّا قُوتُ صِبْيَانِي

Lalu orang Anshar ini membawa lelaki tadi ke rumah istrinya, (dan) ia berkata, “Muliakanlah tamu Rasulullah saw!” Istrinya menjawab, “Kami tidak memiliki apa pun kecuali jatah makanan untuk anak-anak.”

فَقَالَ هَيِّئِي طَعَامَكِ وَأَصْبِحِي سِرَاجَكِ وَنَوِّمِي صِبْيَانَكِ إِذَا أَرَادُوا عَشَاءً فَهَيَّأَتْ طَعَامَهَا وَأَصْبَحَتْ سِرَاجَهَا وَنَوَّمَتْ صِبْيَانَهَا

Orang Anshar itu berkata, “Siapkanlah makananmu itu! Nyalakanlah lampu, dan tidurkanlah anak-anak kalau mereka minta makan malam!” Kemudian, wanita itu pun menyiapkan makanan, menyalakan lampu, dan menidurkan anak-anaknya.

ثُمَّ قَامَتْ كَأَنَّهَا تُصْلِحُ سِرَاجَهَا فَأَطْفَأَتْهُ فَجَعَلَا يُرِيَانِهِ أَنَّهُمَا يَأْكُلَانِ فَبَاتَا طَاوِيَيْنِ

Dia lalu bangkit, seakan hendak memperbaiki lampu dan memadamkannya. Kedua suami-istri ini memperlihatkan seakan mereka sedang makan. Setelah itu mereka tidur dalam keadaan lapar.

فَلَمَّا أَصْبَحَ غَدَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فَقَالَ ضَحِكَ اللَّهُ اللَّيْلَةَ أَوْ عَجِبَ مِنْ فَعَالِكُمَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمْ الْمُفْلِحُونَ

Keesokan harinya, sang suami datang menghadap Rasulullah saw, beliau saw bersabda, “Malam ini Allah tertawa atau takjub dengan perilaku kalian berdua. Lalu Allah menurunkan ayat, “Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9). (HR Bukhari). Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan nama orang Anshar yang melayani tamu tersebut adalah Abu Thalhah ra. Istri Abu Thalhah adalah Ummu Sulaim ra atau Rumaysho.

Tak heran jika Allah Swt sangat mencintai orang yang suka membantu dan mendahulukan saudaranya daripada dirinya sendiri yang sedang membutuhkan. Amalan demikian adalah amalan yang sangat Allah Swt cintai.

قَـال رَسـول اللـہ ﷺ

أَحـبُّ الأعمـالِ إلى اللهِ عـز َّوجلَّ سـرورٌ تُدخِلُـہ على مـسلمٍ، أو تَكـشفُ عنـہ كُــربةً ، أو تطـرد عنـہ جـوعًا، أو تقضـﮯ عنـہ دَيْنًـا صحـيح الترغـيب والترهـيب ٩٥٥

قـالَ الإمـام ابـنُ القَيم رحمــہ الله تعالى

؏ الْمُـوَاسَاة لِلْمُـؤمنِين أَنْـوَا

ـ مـواساة بِالْـمَالِ، ومـواساة بالجاه

ـ ومـواساة بِالْبـدنِ والخـدمة

ـ ومواسـاة بِالنَّصِيـحَةِ والإرشـاد

ـ ومواسـاة بِالدُّعَـاءِ وَالِاسْـتِغْفَار لَهُم

ـ ومـواساة بالتَّـوجُّـ؏ لَهُـم

▪️ وعـلى قـدر الْإِيـمَان تكـون هَـذِه الْمُـوَاسَاة، فَكلَّما ضـعف الْإِيـمَان ضـعفت الْمُـوَاسَاة، وَكلَّـما قـوي قـويتْ

▫️ وَكَـانَ رَسُـول الله صلـى الله علـيه وسـلم أعـظمَ الـنَّاسِ مـواساةً لأَصْـحَابـہ بـذلكـ كُلِّـہ، فـلأتبـاعہ مـن الْمُـوَاسَاة بِحَـسب اتِّبـاعهم لَـہ

الفــــوائد صـ ١٧١

“Rasulullah saw bersabda: ‘Amalan yang paling dicintai Allah adalah rasa bahagia yang engkau masukkan kepada seorang muslim, atau engkau mengangkat kesulitannya, atau engkau mengusir rasa lapar darinya atau engkau melunaskan hutangnya."(Shahih At-Targhib wa At-Tarhib: 955).Ibnul Qayyim ra berkata: Membuat senang seorang mukmin itu bermacam-macam:

1.Membuat senang dengan harta, membuat senang dengan kedudukan

2. Membuat senang dengan badan dan pelayanan

3. Membuat senang dengan nasihat dan bimbingan.

4. Membuat senang dengan doa dan istighfar untuk mereka.

5. Membuat senang dengan rasa simpati kepada mereka.

Maka sesuai kadar iman, demikian pula ukuran membuat senangnya. Maka setiap kali lemah imannya, maka semakin lemah dalam membuat senang orang lain. Semakin kuat, semakin kuat pula. Adalah Rasulullah saw orang yang paling besar dalam menyenangkan para sahabatnya, dan para pengikutnya memiliki kadar menyenangkan sesama sesuai dengan pengikutan mereka kepada beliau. “(Al-Fawaid hal 171). Semoga iman kita semakin hari semakin naik yang ditandai dengan semakin senang dan sering menyenangkan orang lain dengan cara membantunya. Amin []

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post