479. Murah Hati
Semua manusia pasti mempunyai hati nurani. Yang dengannya kasih sayang bersumber dan memberi manfaat bagi kehidupan pihak lain. Allah Swt berikan hati kepada manusia dengan bentuk fisik yang sama,ukurannya pun tidak jauh berbeda. Bahkan berlaku hukum alam atau sunnatullah yang sama,yakni ada yang sehat ada pula yang sakit sesuai dengan tingkat kepedulian pemiliknya. Jika fisik hati bisa berpenyakitan,demikian pula hati nurani seseorang bisa mengidap penyakit juga. Bahkan,penyakit hati yang berupa sifat-sifat buruk bisa lebih membahayakan dari sekedar sakit hati secara fisik. Nabi saw bersabda menegaskan pentingnya hati.
: أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ingatlah, sesungguhnya di dalam tubuh kalian terdapat segumpal daging; bila ia baik, maka akan baik seluruh badannya. Namun bila ia rusak, akan rusak pula semua tubuhnya. Ingatlah, itu adalah hati.” (Muttafaq ‘alaih). Begitu pentingnya hati sehingga kelak hanya hati yang selamatlah yang bisa bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan berikutnya.
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy Syu’araa’: 88-89). Hati yang sehat adalah hati yang selamat dari syahwat yang menyelisihi perintah dan larangan Allah Swt dan selamat dari syubhat yang bertentangan dengan kabar dari Allah Swt, selamat dari penghambaan kepada selain-Nya, selamat dari berhukum pada selain hukum Rasulullah saw. Hati yang sehat juga selamat dari cinta ibadah yang menduakan Allah Swt, dari takut ibadah yang menduakan-Nya, begitu pula dari rasa harap yang menduakan Allah Swt. Intinya, segala ubudiyah atau penghambaan hanyalah ditujukan kepada Allah Swt.
Diantara indikator hati yang selamat adalah sanggup memunculkan sifat dan sikap murah hati. Murah hati adalah kesiapan dan kelapangan hati ketika merespon segala sesuatu dengan positip. Tidak ingin menyusahkan orang lain dan lebih ingin berbagi demi kebahagiaan orang lain. Bisa juga dimaknai dengan sabar dan tidak cepat marah yang berasal dari kata Al Hilm sebagaimana yang pernah Nabi Muhammad saw sabdakan. Dari Ibnu ‘Abbas ra, Nabi saw pernah berkata pada Al-Asyah bin ‘Abdul Qois ra, “Dalam dirimu terdapat dua sifat yang Allah suka yaitu al-hilm (tidak cepat marah) dan al-anaah (tidak tergesa-gesa).” (HR. Muslim). Sifat murah hati harus menghiasi kehidupan seorang muslim setiap saat. Disamping sangat menguntungkan diri sendiri,sifat murah hati juga sangat bermanfaat bagi orang lain.
Banyak ucapan bijak dari orang saleh tentang sifat murah hati ini yang bisa dijadikan pedoman diri untuk menapakinya. Ucapan bijak dengan maksud sebagai panduan hidup atau motivasi maupun yang bersifat mengingatkan. Dari Mu'åwiyah bin Qurroh ra beliau berkata :
مكتوبٌ في الحكمة : لا تجالس بحِلْمك السُّفهاء، ولا تجالس بسفهك الحُلَماء
“Termaktub di dalam hikmah: ‘Janganlah kalian berkumpul dengan orang-orang jahil dengan kemurahan hatimu, dan janganlah pula kalian berkumpul dengan orang-orang yang murah hati dengan kebodohanmu." (Al-Hilmu, Karya Ibnu Abi ad-Dunya hal. 53). Sebuah nasihat peringatan agar sifat murah hati yang dimiliki seseorang tidak disalahgunakan untuk berkumpul dengan orang bodoh yang akan membahayakan agama. Juga sebaliknya,karena kebodohan diri sehingga berkumpul dengan orang yang murah hati,sehingga tidak mengetahui apa yang menjadi haknya. “Orang bodoh tidaklah mengetahui kedudukan dirinya sendiri, bagaimana mungkin ia tahu kedudukan orang lain?” Perkataan tersebut disampaikan oleh Imam Adz Dzahabi ketika mengomentari orang yang berkomentar jelek terhadap Imam Ahmad bin Hambal ra. Imam Adz Dzahabi dalam Siyar A’lamin Nubala,11/321 menyebutkannya secara lengkap;
وقيل: سئل أحمد عن رجل نذر أن يطوف على أربع، فقال: يطوف طوافين، ولا يطف على أربع. قال ابن عقيل: من عجيب ما سمعته عن هؤلاء الاحداث الجهال، أنهم يقولون: أحمد ليس بفقيه، لكنه محدث.قال: وهذا غاية الجهل، لان له اختيارات بناها على الاحاديث بناء لا يعرفه أكثرهم.وربما زاد على كبارهم. …ووالله لقد بلغ في الفقه خاصة رتبة الليث، ومالك، والشافعي، وأبي يوسف، وفي الزهد والورع رتبة الفضيل، وإبراهيم بن أدهم، وفي الحفظ رتبة شعبة، ويحيى القطان، وابن المديني.ولكن الجاهل لا يعلم رتبة نفسه، فكيف يعرف رتبة غيره ؟ ! !
“Ada yang bertanya pada Imam Ahmad mengenai orang yang bernadzar untuk thowaf sebanyak empat kali putaran (seharusnya Tujuh kali putaran). Imam Ahmad pun menjawab, “Ia tetap (menunaikan nadzarnya) dengan melakukan thowaf sebagaimana orang yang berthowaf, tidak melakukan empat kali putaran saja.” Ibnu ‘Aqil berkata, “Sangat mengherankan, saya pernah mendengar dari orang-orang yang bodoh di mana mereka mengatakan bahwa Imam Ahmad tidak paham fikih, ia hanyalah seorang muhaddits (ahli hadits).” Ibnu ‘Aqil lantas berkomentar, “Ini benar-benar perkataan orang bodoh. Imam Ahmad memiliki beberapa pendapat (fikih) yang ia simpulkan dari beberapa hadits dan jarang mereka mengetahui hal semacam ini. Dan kadang yang lebih berilmu dari mereka lebih tidak mengetahui hal ini.” Imam Adz Dzahabi lantas berkomentar, “Demi Allah, bukankah kita pernah menyaksikan ulama yang pakar dalam bidang fikih seperti Al Laits, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Abu Yusuf. Begitu pula yang terkenal zuhudnya seperti Al Fudhail bin ‘Iyadh dan Ibrahim bin Adham. Dan yang terkenal hafalannya seperti Syu’bah, Yahya Al Qotthon dan Ibnul Madini.” Lantas Imam Adz Dzahabi berkata, “Akan tetapi orang bodoh tidak mengetahui kedudukan dirinya, bagaimana mungkin ia mengetahui kedudukan orang lain?”
Ucapan bijak ulama lainnya tentang sifat murah hati adalah; Dari Al-Hasan ra, beliau berkata;
المؤمن حليمٌ لا يجهل وإن جُهِل عليه، حليمٌ لا يظلم، وإن ظُلِم غَفَر، لا يقطع، وإن قُطِع وصل، لا يبخل، وإن بُخلِ عليه صبر
"Seorang mukmin itu orang yang murah hati, bukan orang yang berbuat bodoh. Apabila dia disikapi dengan kebodohan, maka ia bersikap murah hati dan tidak menzhalimi. Apabila ia dizhalimi, maka ia memaafkan dan tidak memutus (hubungan). Apabila ia dikucilkan (diputus hubungan), maka ia tetap berusaha menyambung (hubungan) dan tidak berbuat pelit. Apabila ia disikapi dengan kepelitan, maka ia bersabar." (Al-Hilmu, Karya Ibnu Abi ad-Dunya hal. 53). Wahb bin Munabih ra juga berkata :
العلم خليل المؤمن، والحِلْم وزيره، والعقل دليله، والعمل قيمته، والصَّبر أمير جنوده، والرِّفق أبوه، واللِّين أخوه
"Ilmu itu kekasihnya seorang mukmin, murah hati itu adalah menterinya, akal adalah pemandunya, amal adalah harganya, kesabaran adalah panglima bagi tentaranya, kelemah lembutan adalah bapaknya, sikap ramah adalah saudaranya." (At-Targhîb fî Fadhå'ilil A'mål. Karya al-Hafizh Ibnu Syăhîn hal. 251). Sedangkan ucapan bijak Imam Atha' bin Abî Rabbåh adalah;
ما أوى شيءٌ إلى شيءٍ أزين مِن حلمٍ إلى علم
"Tidak ada sesuatu yang menaungi sesuatu yang lebih indah daripada kemurahan hati yang menaungi ilmu." (Diriwayatkan oleh Ad-Dårimî,I/470). Semoga kita berhiaskan sifat murah hati selalu,sehingga menjadi mulia di dunia maupun di akhirat kelak. Amin []
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Pak. Salam literasi
Trims,Pak dede. Salam kembali
Artikel ok
Trims,Pak Yudi