202. Terusir dari Telaga Nabi saw
Diantara keyakinan yang harus dimiliki seorang mukmin adalah percaya adanya telaga Rasulullah saw. Telaga tersebut sangat berarti bagi siapa pun yang sedang menghadapi perjalanan panjang menuju fase terakhir kehidupan akhirat. Keyakinan terhadap keberadaan telaga ini haruslah bulat, karena termasuk bagian dari keimanan kepada perkara ghaib atau hari akhir. Imam Ibnu Abil ‘Izzi al-Hanafi ra menjelaskan bahwa hadits-hadits (shahih) yang menyebutkan keberadaan telaga Rasulullah saw mencapai derajat mutawatir. Diriwayatkan oleh lebih dari tiga puluh orang sahabat Nabi saw. Keterangan tersebut bisa dirujuk dalam kitab Syarhul ‘Aqiidatith Thahaawiyyah, hal. 227.
Diantara hadis keberadaan telaga tersebut adalah adanya dialog Nabi dengan sahabat. Dari Anas ra, ia berkata: Suatu saat Rasulullah saw di sisi kami dan saat itu beliau dalam keadaan tidur ringan (tidak nyenyak). Lantas beliau mengangkat kepala dan tersenyum. Kami pun bertanya, ‘Mengapa engkau tertawa, wahai Rasulullah?’ ‘Baru saja turun kepadaku suatu surat”, jawab beliau. Lalu beliau membaca,
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al Kautsar: 1-3). Kemudian beliau bertanya, ‘Tahukah kalian apa itu Al Kautsar?’ ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui’, jawab kami. Lalu Rasulullah bersabda kembali:
فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عَدَدُ النُّجُومِ فَيُخْتَلَجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ فَأَقُولُ رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِى. فَيَقُولُ مَا تَدْرِى مَا أَحْدَثَتْ بَعْدَكَ
Al Kautsar adalah sungai yang dijanjikan oleh Rabbku ‘azza wa jalla. Sungai tersebut memiliki kebaikan yang banyak. Ia adalah telaga yang nanti akan didatangi oleh umatku pada hari kiamat nanti. Bejana (gelas) di telaga tersebut sejumlah bintang di langit. Namun ada dari sebagian hamba yang tidak bisa minum dari telaga tersebut. Allah berfirman: Tidakkah engkau tahu bahwa mereka telah amalan baru sesudahmu. (HR. Muslim).
Semua para Nabi mempunyai telaga sebagai karunia dari Allah Swt. Telaga tersebut berfungsi untuk membantu meringankan beban pengikutnya tatkala menghadapi beratnya kehidupan akhirat. Keberadaan telaga tersebut juga menjadi kebanggaan setiap Nabi dengan banyaknya pengunjungnya, yakni mereka yang menjadi umatnya. Nabi saw pernah bersabda: Sesungguhnya setiap Nabi memiliki telaga (pada hari kiamat nanti), dan mereka saling membanggakan siapa di antara mereka yang paling banyak orang yang mendatangi telaganya, dan sungguh aku berharap bahwa telagaku yang paling banyak didatangi orang. (HR Tirmidzi dan Thabarani dalam Al Mu’jamul Kabir, juga dari jalur lain dari sahabat Samurah bin Jundub ra). Kita yang mengaku menjadi umatnya dan sangat mencintai beliau harus bisa mendatangi telaga tersebut sebagai bukti kecintaan dalam dada ini. Minuman dalam telaga tersebut sangat berguna untuk menghilangkan rasa haus dan dahaga selamanya. Nabi saw bersabda menjelaskan fungsi telaga penting tersebut. Nabi saw bersabda:
عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا آنِيَةُ الْحَوْضِ قَالَ وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لآنِيَتُهُ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ نُجُومِ السَّمَاءِ وَكَوَاكِبِهَا أَلاَ فِى اللَّيْلَةِ الْمُظْلِمَةِ الْمُصْحِيَةِ آنِيَةُ الْجَنَّةِ مَنْ شَرِبَ مِنْهَا لَمْ يَظْمَأْ آخِرَ مَا عَلَيْهِ يَشْخُبُ فِيهِ مِيزَابَانِ مِنَ الْجَنَّةِ مَنْ شَرِبَ مِنْهُ لَمْ يَظْمَأْ عَرْضُهُ مِثْلُ طُولِهِ مَا بَيْنَ عَمَّانَ إِلَى أَيْلَةَ مَاؤُهُ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ
Dari Abu Dzarr, ia berkata: ‘Wahai Rasulullah, bagaimana dengan bejana yang ada di al-haudh (telaga Al-Kautsar)? ’Nabi menjawab, ‘Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya. Wadah untuk minum yang ada di telaga Al Kautsar banyaknya seperti jumlah bintang dan benda yang ada di langit pada malam yang gelap gulita. Itulah gelas-gelas di surga. Barang siapa yang minum air telaga tersebut, maka ia tidak akan merasa haus selamanya. Di telaga tersebut ada dua saluran air yang tersambung ke Surga. Barang siapa meminum airnya, maka ia tidak akan merasa haus. Lebarnya sama dengan panjangnya, yaitu seukuran antara Amman dan Ailah. Airnya lebih putih dari pada susu dan rasanya lebih manis dari pada manisnya madu. (HR. Muslim).
Namun yang menjadi masalah dan tanda tanya besar apakah kita bisa mendatangi telaga tersebut? Karena sejak awal Nabi saw telah mengabarkan bahwa ada diantara manusia yang diusir ketika hendak mendekati telaga tersebut, padahal Nabi saw merasa mereka juga termasuk umatnya yang berhak mendatangi telaga. Dari Asma bintu Abu Bakr ra, Rasulullah saw bersabda,
إِنِّي عَلَى الْحَوْضِ حَتَّى أَنْظُرَ مَنْ يَرِدُ عَلَيَّ مِنْكُمْ، وَسَيُؤْخَذُ نَاسٌ دُونِي فَأَقُولُ: يَا رَبِّ، مِنِّي وَمِنْ أُمَّتِي. فَيُقَالُ: هَلْ شَعَرْتَ مَا عَمِلُوا بَعْدَكَ، وَاللهِ مَا بَرِحُوا يَرْجِعُونَ عَلَى أَعْقَابِهِمْ
Sungguh, aku (akan menunggu) di telaga hingga aku bisa melihat orang yang datang kepadaku dari kalian. Beberapa orang akan diambil sebelum sampai kepadaku. Aku lantas mengatakan, ‘Wahai Rabb-ku, mereka dari golonganku dan dari umatku.’ Lalu dikatakan kepadaku, ‘Apakah engkau mengerti apa yang mereka lakukan sepeninggalmu? Demi Allah, mereka telah murtad dari agamanya’. (HR. Muslim). Dalam hadis lain disebutkan dengan redaksi: Satu rombongan dari sahabatku akan melewatiku nanti pada hari kiamat. Namun, mereka diusir dari telaga itu. Aku katakan, ‘Wahai Rabb-ku, mereka adalah para sahabatku.’ Allah Swt menjawab, ‘Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu’. (HR. Muslim). Al Qurthubi ra dalam menjelaskan hadis ini berkata bahwa: Para ulama kita mengatakan, ‘Setiap orang yang murtad dari agamanya atau mengada-adakan suatu perkara baru dalam agama (bid’ah) yang tidak diizinkan dan diridai oleh Allah Swt, dia termasuk golongan orang-orang yang diusir atau dihalangi dari telaga Nabi saw. Adapun yang paling keras diusir adalah setiap orang yang menyelisihi jamaah kaum muslimin dan memisahkan diri (menyempal) dari mereka, seperti Khawarij beserta sekte-sektenya, Syiah Rafidhah beserta sempalan-sempalannya, dan Mu’tazilah beserta pecahan-pecahannya. Merekalah orang-orang yang mengganti agamanya. (At Tadzkirah, 352).
Jika ingin mudah bisa mendatangi telaga Al Kautsar dan menikmati minumannya,berusaha menjadi pengikut Nabi saw dengan mengamalkan ajaran beliau tanpa ada penambahan,pengurangan,atau perubahan adalah keharusan. Harus sabar mencari ilmu seperti yang beliau anjurkan dan mengamalkannya, sebab banyak amal yang tertolak karena tidak didasari dengan ilmu yang benar. Jangan sampai kita merasa sudah pantas bisa mendatangi telaga Nabi saw padahal dalam beragama sering meninggalkan petunjuknya dan lebih memilih mengikuti petunjuk hawa nafsu dan setan. Sungguh rugi sekali jika minum telaga yang begitu lezat dan menyelamatkan bisa lepas dari kita. Airnya lebih putih dari susu dan baunya lebih harum dari (minyak wangi) misk (kesturi). (HR. Bukhari dari sahabat Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash ra ). Sedangkan rasanya dalam hadits lain disebutkan: Dan (rasanya) lebih manis dari madu.(HR. Muslim dari sahabat Tsauban ra). Semoga kita tidak terusir dari telaga Nabi saw tersebut dan bisa menikmati minumannya. Amin []
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Trims ,Psk EdiSalam kembali
Tulisan keren Pak Suhari. Salam literasi.