147. Senang Melihat Orang lain Senang
Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya adalah bersaudara, persaudaraan yang diikat agama. Persaudaraan semacam ini lebih tinggi hakikatnya dibandingkan persaudaraan yang dibangun berdasar kekerabatan (darah) atau lainnya. Terhadap sesama saudara harus saling tolong menolong,saling menghargai dan berbagi. Merasa senang manakala saudara mendapat kesenangan, dan sangat sedih ketika ada saudara yang mendapat kesusahan. Jalinan rsa semacam ini menjadi indikator iman seseorang. Dari Anas bin Malik ra, Nabi saw bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ” رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
Iman kalian belum dianggap sempurna sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.(HR. Bukhari dan Muslim).
Al Hafizh Ibnu Rajab ra dalam kitab Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 217 menjelaskan dengan bagus maksud hadis tersebut. Beliau mengatakan;
وحديث أنس الذي نتكلم الآن فيه يدل على أن المؤمن يسره ما يسر أخاه المؤمن، ويريد لأخيه المؤمن ما يريده لنفسه من الخير، وهذا كله إنما يأتي من كمال سلامة الصدر من الغل والغش والحسد
Dalam hadits Anas bin Malik ra terdapat dalil yang menunjukkan bahwa seorang mukmin akan senang terhadap segala sesuatu yang menyenangkan saudaranya yang mukmin. Dia akan menginginkan berbagai kebaikan untuk saudaranya sebagaimana dia menginginkan untuk dirinya. Ini semuanya bersumber dari hati yang selamat dari penyakit khianat, iri, dan dengki. Apa yang disenangi maka menjadi kesenangan dirinya juga, meskipun nikmat tersebut tidak ada pada dirinya. Ada orang lain lebih kaya, ia juga tetap senang karena merasakan kesenangan saudaranya. Perasaan senang atau sedih telah menyatu dalam dirinya karena Allah Swt semata. Orang yang bisa berbuat demikian adalah ketika hatinya telah bebas dari penyakit. Meski berat, namun harus diusahakan untuk bisa.
فإن الحسد يقتضي أن يكره الحاسد أن يفوقة أحد في خير أو يساويه فيه، لأنه يحب أن يمتاز على الناس بفضله، وينفرد بها عنهم
Sebab, penyakit hasad (iri dan dengki) akan mengajak pemiliknya untuk membenci orang yang mengungguli dia dalam kebaikan atau menyamainya. Dia ingin menjadi orang yang berbeda dengan orang lain dengan keutamaan-keutamaan yang dia miliki. Rusaknya penyakit hasad telah diketahui bersama. Darah tertumpah pertama kali dalam peradaban manusia adalah karena sifat hasad. Hasad menanamkan kebencian kepada orang yang dianggap lebih dalam hal nikmat. Dari kebencian muncul aneka penyakit hati lain yang sangat membahayakan pemiliknya. Ingatkah kita kisah sahabat yang dikabarkan menjadi penghuni surga meski amalnya biasa-biasa saja? Ternyata balasan surga tersebut didapat karena setiap hari menjelang tidur, ia bersihkan hatinya dari sifat hasad. Ia istirahatkan hati dan hidupnya dari beban berat yang tidak mungkin ditanggungnya terus terusan.
والإيمان يقتضي خلاف ذلك، وهو أن يشركه المؤمنون كلهم فيما أعطاه الله من الخير من غير أن ينقص عليه منه شيء
Adapun keimanan menuntut perkara yang bertolak belakang dengan hal tersebut. Dia justru ingin seluruh saudara-saudaranya yang beriman sama-sama mendapatkan kebaikan yang Allah Swt telah berikan kepada dirinya, tanpa mengurangi haknya. Kebalikannya, ketika hasad hilang iman yang menjadi motor penggerak hati seseorang. Ia akan menginginkan kenikmatan yang ada pada dirinya juga bisa didapatkan saudaranya yang lain. Ia senang mendapati orang lain juga senang. Betapa indahnya hidup demikian.
وقد مدح الله تعالى في كتابه من لا يريد العلو في الأرض ولا الفساد
Allah Swt memuji hamba-Nya yang tidak menginginkan kesombongan dan kerusakan di muka bumi. Hati yang bebas dari penyakit hasad menjadi pribadi yang tawadhu’. Semua nikmat yang Allah Swt titipkan bukan untuk kebanggaan dan kesombongan, merasa dirinya lebih wah daripada orang lain. Semuanya digunakan untuk meraih kehidupan akhirat. Apa yang ada di tangannya pasti akan ditinggalkan ketika harus pindah tempat kelak. Orang semacam ini, yang tidak menyombongkan diri dengan nikmat yang ada kepada saudaranya, layak mendapatkan surga sebagai tempat yang dijanjikan. Hidup di dunia tanpa beban hasad, tenang, dan senang, di akhirat mendapat surga.
تِلۡكَ ٱلدَّارُ ٱلۡأٓخِرَةُ نَجۡعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فَسَادًاۚ
Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. (QS. Al-Qashash: 83).
Kehidupan yang begitu indah bisa kita dapatkan dengan cara berusaha semaksimal mungkin untuk mencintai saudara seiman seperti mencintai diri sendiri. Tehnisnya dengan melakukan seperti yang Sufyan ats-Tsaury ra katakan dalam Hilyatul Auliya', jilid 7 hlm. 34.
إذا أحببت في الله، ثم أحدث حدثا، فلم تبغضه عليه، فلم تحبه في الله
Jika engkau mengaku mencintai seseorang karena Allah, lalu ketika dia melakukan sebuah dosa engkau tidak marah kepadanya, maka hakekatnya engkau tidak mencintainya karena Allah. Maka kita jaga saudara kita jangan sampai terjerumus dalam kemaksiatan. Kita senang ketika mereka mendapat nikmat dan kita juga sedih ketika mereka berbuat dosa, lalu kita ingatkan dan menjaganya. Semoga kita bisa melakukannya. Amin []
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar