SAHABAT ITU CINTA
Cinta sudah siap dengan seragam sekolahnya, ini hari pertamanya masuk sekolah dan menjadi murid di SD 28. Wajahnya cerah berbinar, senyumnya terus berkembang. Matahari pagi seperti sedang membalas senyum indah Cinta melalui pancararan cahayanya yang sudah bersinar di pagi itu.
Ibu Cinta bukanlah orang yang berpendidikan tinggi, SD pun tidak tamat, iya tidak bisa mengantar cinta ke sekolah karena Ibu nggak akan faham mengurus administrasi pendaftan Cinta. Biasanya Ayah yang akan mengurus dan mengantar anak-anaknya ke sekolah di hari pertama. Tapi kali ini tidak, berbeda dengan kakak-kakanya yang biasanya diantar oleh Ayah, Cinta justru hanya akan diantar oleh Kakak sulungnya.
Cinta ingin protes, tapi ibu lngsung memberi pengertian. Cinta kembali tersenyum sambil membenarkan tas selempang Doraemonnya. Dia sudah tak sabar untuk segera berangkat ke sekolah.
"Tunggu sebentar, kita barengan dengan Firman perginya, Abang sudah janjian dengan Abangnya Firman". Bang Ali menyuruh Cinta bersabar.
Firman tetangga dan teman sepermainan Cinta, dia seusia Cinta, dan tahun ini dia juga akan masuk sekolah. Cinta senang karena dia akan punya teman di Sekolahnya nanti, itu membuatnya cukup tenang untuk berada di lingkungan baru
Bang Ali dan Bang Yusuf mengantar Cinta dan Firman sampai ke depan kelas. Di depan pintu mereka sudah disambut oleh Bu Kartini yang menjadi wali kelas 1. Cinta dan Firman akhinya dapat tempat duduk dibagian belakang. Cinta tetap tersenyum. Ia segera mengeluarkan Buku dan Pensilnya, ia sudah tak sabar ingin belajar.
Cinta tersenyum ke arah jendela, di sana masih berdiri Bang Ali dan Bang Yusuf yang sedang memantau mereka dari jauh. Di luar juga masih banyak orang tua lainnya yang sedang menunggu anaknya, sebagai murid baru biasanya siswa kelas 1 banyak yang sering nangis kalau ditinggal oleh orang tuanya. Tentu saja, pada masa itu di kampung belum ada yang namanya TK ataupun PAUD, jadi SD adalah moment pertama seorang anak harus belajar berjauhan dengan ibunya.
Rupanya Cinta sangat serius mengikuti penjelasan dari Ibu Guru, dia sudah menyalin banyak tulisan dari papan tulis ke buku tulisnya. Cinta melirik ke jendela tapi ia sudah tidak melihat sosok Bang Ali dan Bang Yusuf. Senyum Cinta hilang, wajahnya seperti sedang khawatir, matanya masih terus mencari-cari sosok yang bisa membuatnya tenang. Dia menoleh ke sudut kelas, di sana ada Firman yang tersenyum ke arahnya. Senyuman itu memberinya ketenangan. Meski tanpa kata, tapi senyumnya seakan berarti. "Tenang, ada aku di sini". Seperti itulah yang ada dalam hati Firman, dan sepertinya suara ihati tu bisa didengar oleh Cinta.
BERSAMBUNG
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Asyik dan keren ceritanya. Sukses selalu Bu
Terima kasih