Rindu di Antara Hujan
#Menulis hari ke-411
Tetes demi tetes air langit membasuh wajahku
Membasahi tanah yang telah kering
Bulir itu terpecah saat membentur bumi
Setiap tetesnya mengandung rindu yang terpendam
Tak dapat kucercah segala rasa rindu yang kian mendesak
Ingin segera kucurahkan atau sekedar ku ucap
Mataku menerawang pada masa laluku
.
Di mana aku dengan tanpa segan melompat pada punggung tegapmu
Di mana aku dengan lantang meminta mainan.
Atau sekedar merengek minta dibelikan permen lolipop
Aku tersenyum dalam lamunku
.
Masihku ingat jelas garis tegas rahangmu menjadikan engkau semakin tampan
Masih pula ku rekam suara tegasmu namun penuh kasih
Atau rentang kekarnya tanganmu yang dengan mudah mengendongku
Atau sekedar menaikkan ku pada kursi yang tinggi
Aku mengingat kembali kecup bibirmu di pipiku
Terasa hangat hingga hatiku bergetar
.
Aku selalu tertawa kala kumis tipis terhias di antara hidung dan mulutmu menyentuh pipiku
Membuat aku geli hingga tertawa
Aku kembali teringat belai tanganmu di antara helaian rambutku
.
Mengantarkan aku pada pada alam mimpi
Akupun teringat kembali pelukkan hangatmu yang mendekap segala kesedihanku
Saat aku terjatuh ku lihat pancaran kekhawatiran di matamu
Dengan lembut kau ucapkan kalimat yang membuatku kuat
.
Engkau memberi pesan lewat semua kata-katamu
Katamu aku tak boleh menjadi anak yang cengeng
Katamu aku harus menjadi anak yang kuat
Meski engkau terkesan galak
Namun semua itu menjadikanku kuat.
Ayah ...
Aku menitipkan rindu ku ini pada ribuan tetes hujan
Tak usah kau khawatir aku di sini baik-baik saja
Tak perlu kau cemas aku di sini selalu tersenyum
.
Untukmu ayah aku menitipkan rindu pada hujan yang menyejukkan hati
Akan segera kutelepon engkau ayah untuk sekedar berbagi cerita dan kabar
Meski kini kita jauh, setidaknya aku masih dapat mendengar suaramu. Merekam tawamu
Aku tau saat kita berbicara lewat telepon
Matamu berbinar cerah dan senyummu terkembang
Karena aku pun demikian
.
Ayah..
Rindu ini di antara derasnya hujan
Semoga tetesnya menyampaikan padamu
Ayah...
Sayangku sebanyak tetes hujan ini
Tak tak terhitung
Ayah...
Aku sayang ayah
Pariaman, 20 Juni 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen puisinya, Pak. Salam literasi
Terima kasih pak.de
Ayah... Sayangku sebanyak tetes hujan ini,, Tak tak terhitung,, Ayah... Aku sayang ayah,,,,, Keren bana Uda.. Jadi terkana dengan Ayahanda yang kini telah tiada.. Beliau adalah sosok luar biasa... Semoga mendapat tempat terbaik di Surga... Aamiin... Sukses selalu
Aamiin allamma Aamiin..terima kasih Pak Burhani doanya
Keren tulisannya Pak Suhaimi, Barokallah salam sehat dan sukses selalu
Terima kasih Pak Haji.Ahmad Syaihu. Barakallah
Puisi yang indah pak, tapi bikin sedih. Lanjutkan dengan karya berikutnya agar terwujud buku tunggal kumpulan puisi. Selamat malam selamat beristirahat. Terimakasih telah setia mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk SKSS.
Terima kasih Pak.
Diksi nan indah. Ayah selalu membuat kita rindu. Sehat dan sukses selalu Pak Emi
Terima kasih Bu.Vivin.
Sangat menyentuh puisi bapa, jadi teringat ayahku. Semoga ayahku mendapatkan tempat yang mulia disisi Allah SWT. Aamiin yra.Terimakasih bapa puisi yang sangat keren.
Terima kasih Bu Yulianti. Salam kenal dari Pariaman