Kidung Pelangi
#Tantangangurusiana hari ke-10 (17 Juni 2020)
Buntu, bingung campur ala gado-gado.Sudah nulis dua sampai tiga kalimat kuhapus lagi, begitulah terus menerus sampai memakan waktu tiga puluh menit, belum juga nemu ide yang tepat. Aku bingung dengan keadaanku saat ini. Kok tumben tulisanku butuh waktu sampai segitu. Padahal sembilan hari berlalu aku selalu menulis dengan santai. Sekali nulis langsung bak air sungai mengalir dengan tenang. Meski tenang tapi selalu sampai ke muara. Apa aku terlalu hati-hati dengan pemilihan diksiku? Sepertinya bukan karena itu. Atau mungkin aku gak konsen karena menahan lapar? Bisa jadi, karena aku saat ini sedang mengurangi porsi makan atau diet untuk kesehatanku, semenjak minggu yang lalu bidan cantik dan baik hati tetanggaku yang bertugas di puskesmas kecamatan tempat tinggalku memvonisku asam urat tinggi. Aku sedikit panik, tapi tetanggaku sangat pandai menghibur. Pastaslah dia mendapat penghargaan dan gelar bidan desa terfavorit tingkat kecamatan.
Irama jam dinding menjadi teman setiaku kala siang menjelang sore di ruang tamu. Langit yang tampak biru tiba-tiba menjadi kelabu. Awan hitam berarak di hembus angin hingga mengelilingi batas pandang di kampungku. Gerimis mulai berderai hingga mengundang deras. Segelas air putih yang hangat dan kaleng roti khong guan sisa lebaran menjadi penungguku untuk menguair rasa lapar. Bidan cantik selalu menganjurkanku "Usahakan banyak minum air putih bu, biar sehat. Karna zat-zat yang berbahaya dalam tubuh kita akan dikeluarkan melalui urine, keringat, dan fases." Terangya. Perlahan hujan mereda. Matahari pun menampakkan batang hidungnya. Kulirik jam dinding, tarnyata sudah menunjukkan pukul 16.30 witeng. Aku beranjak keluar rumah untuk rilek karena sudah hampir dua jam aku duduk. Lagi-lagi ini pesan tetanggaku. "Usahan berdiri dan jalan-jalan sebentar jika ibu kerja sambil duduk, supaya ototnya tidak tegang dan peredaran darah lancar." Imbaunya.
Saat aku keluar rumah, kudapati pandangan yang sungguh luar biasa. ternyata benar status penghuni dunia maya yang perna kubaca " Jangan pernah takut dengan hujan sederas apa pun, sebab setelah hujan pasti ada pelangi" Itu nyata aku saksikan hari ini. Pelangi sungguh menakjubkan indahnya. Fabiayyiaala irabbikumaa tukadzzibaan (maka nikmat Tuhan manalagi yang kau dustakan). MasyaAllah indahnya, mengalahkan indahnya suasana hati pada saat aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Senja pun sumringah jingga. Pelangi mengumbar pesonanya pada senja. Kuambil gambar pemandangan yang langka itu. Cekkrekk... Aku kembali ke dalam rumah. Ku selesaikan tulisanku yang tinggal beberapa kalimat. Berharap bisa selesai sebelum tiba waktu makan malamku dan akan tayang besok pagi. Dan taraaa...tulisanku finish. Aku buru-buru melangkah ke dapur karena hari sudah menunjukkan pukul 18.00 witeng.
Sumbawa Barat, 17 Juni 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Akibat bingung, nih udah jadi tulisan. keren lagi. semangat ya bu, salam kenal
Iya bu...Alhamdulillah..makasih bu..salam kenal balik
Semangat buk.sukses selalu
Makasih Bu...Ayo kita saling bahu membahuu menulisnya...
Menulis dengan cinta Melepas segala rasaSeparuh nafasLega dalam nadiSemangaat bu....hee
mantap bunda....ayo kita saling bersinergi...
Semangat bunda cantik
Hayooo...mari kita saling memberi energi positif dalam menulis bund...