Sugi Darmayanti

Rasa yang meluah di dalam hati dan pikiran,membutuhkan wadah supaya tidak meluber kemana- mana. Menjadi guru pengampu Bahasa Inggris di SMAN 2 Situbondo adalah...

Selengkapnya
Navigasi Web
ISTRI SALAHA (BUKAN ISTRI SALIHAH) eps.1

ISTRI SALAHA (BUKAN ISTRI SALIHAH) eps.1

Seperti biasa setiap waktu istirahat siang aku asyik dengan gawai kesayanganku. Kutelusuri akun efbiku. Sibuk nge-like status teman-teman akrab dumayku. Melihat hasil postinganku semalam. Pokoknya suka banget dengan aktifitas yang satu ini.Terasa lebih fresh dan bisa me-recharge semangat kerja usai melakukannya. Sehingga aku sebal dan terganggu ketika ada seseorang mendekatiku. Bahkan menepuk pundakku.

“Hai,ngapain saja sih? Sampai khusuk gitu.Efbian terus..Pasang foto artis yaa,supaya laris!”,tawanya renyah,tapi membuat telingaku mendadak bising.

“Efbian kek..apa kek. Terserah aku dong! Hape juga punyaku, gak minjem hape orang! Paketan juga modal sendiri gak pakai wifi kantor ! Sorry ya,lagian pantang aku pakai foto orang lain .Gak lihat apa? Aku udah kece badai!”

Kesel banget kalau sudah ketemu teman sekantorku yang rese’ kayak Sandy ini. Apalagi sok tahu alias kepo sama apa yang kulakukan dengan akun efbiku.

“Eeits..segitu sewotnya.Ada apa sih di akun efbimu? Jangan bilang kamu nyari gebetan baru di dumay yaaa”,lanjutnya sambil tertawa ngakak. “Ingat anak and suami mbak!”

“Kurang ajar banget siiih! Gaklah yaaw! Udah sana! Kepo aja kerjaannya! Suamiku saja gak pernah kayak gitu!”,teriakku kesal.

Aiih..kok bisa bisanya Sandy menebaknya. Dia benar seratus persen. Aku punya getaran aneh pada salah satu teman laki-laki dumayku ketika ber-chatting ria dengannya. Jangan bilang aku selingkuh ya. Gak pernah ketemuan kok. Hanya chatingan saja. Beruntungnya aku,suamiku tidak pernah buka-buka efbiku. Gimana mau buka,lha dia gaptek banget.Hapenya saja masih tiilulit..tilulit..nada dering poliponik..hehehe. Betapa beruntungnya aku yaa. jangan iri lho dengan anugerah yang kuterima ini.

Aku bekerja sebagai ASN di kotaku, Jember.Tahu khan? Itu lho salah satu kota di Jawa Timur yang tiap tahun ngadain karnaval paling meriah se-Jatim dan mampu menarik minat turis manca negara segala.Usiaku mendekati kepala 4,tapi jangan salah ya,aku tetap awet muda kayak umur 25-an,hehe. Suamiku seorang wirausaha sukses di bidang konveksi. Secara financial rumah tangga kami sangat berkecukupan. Rumah pribadi kami cukup besar. Berukuran 11 m x 23 m,di atas tanah seluas 500 m2.. Di garasi ada sebuah mobil Honda C-RV putih keluaran tahun terbaru yang siap mengantar kemanapun kami pergi. Sementara itu nangkring pula 2 sepeda motor milikku dan suami untuk transportasi seputaran kota. Suamiku sih walaupun gak ganteng –ganteng amat,tapi lumayan juga penampakannya. Pokoknya dia gak bakal mau-maluin kalau diajak ke arisan cangkir..xixixi !

Alhamdulillah ,akupun dianugerahi 2 amanah. Yang sulung ,ganteng banget duduk di bangku sekolah menengah pertama negeri kelas IX . Dan bungsuku,cantik tak ada duanya, di kelas 3 sebuah SDIT di kota yang sama. Sepintas tak ada yang salah dalam kehidupanku. Everything goes well.

Suamikupun tipe orang yang setia pakai banget. Aku tahu dia selalu jujur. Kami terbuka dalam hal apapun. Keluarga kami bebas mengeluarkan uneg-uneg ketika ada dalam situasi ngobrol bareng, musyawarah pada setiap kesempatan ataupun jika ada permasalahan. Percaya atau gak terserah. Pernah suatu saat aku menyampaikan pendapatku mengenai poligami.

“Ayah…(aku memanggilnya sebagai rasa hormat dan sayang karena dia telah menjadi ayah anak-anakku) kalau ayah suatu saat berkeinginan untuk melakukan poligami, bunda gak keberatan. Asalkan bilang dulu ya, bunda gak mau Ayah melakukannya diam-diam tanpa sepengetahuan Bunda”.

“Apa’an sih Bunda ini,kenapa bicara seperti itu? Terpengaruh pada acara yang kita tonton ini ya? Udah Ayah matiin saja TVnya. Isinya perselingkuhan mulu

“Bukan begitu Yah, Bunda tahu poligami itu diperbolehkan Allah. Makanya Bundapun tidak ingin jadi penentangnya. Apalagi secara financial Ayah sudah mampu untuk membiayai satu istri lagi”,jawabku sambil memandang lekat-lekat mencari kebenaran di manik matanya.

Ish…ngomong apa Bunda ini”.

“Sebenarnya ,laki-laki itu gimana sih Yah? Seringkali Bunda lihat ,selingkuhannya lebih tak berkelas dari istri sahnya. Apa laki-laki yang suka selingkuh itu pada katarak matanya ya”

“Dimana-mana laki-laki itu punya keinginan ketika melihat perempuan lain. Terutama karena itu belum menjadi miliknya. Namanya belum dimiliki kan belum bisa dicoba. Jadi penasaran rasanya kayak apa”, jawab suamiku sambil tergelak.

Aiiiih Ayah ya! Nyebelin banget! Kok dicoba sih? Emang perempuan itu sandal? Sepatu? Kue? Enak saja!”.

Suamiku tertawa ,ketika melihatku bersungut-sungut . Dia tahu ,betapa marahnya aku padanya.

“Bun,gak usah ngambek gitu. Gak bakalan Ayah sudi berpoligami. Bukan apa. Bukan juga Ayah ini sok alim.Kalau keinginan sih ada.Siapa yang gak pengin punya banyak istri? Apalagi semuanya cantik dan sexy. Bukan selingkuhan ya! Kalau selingkuhan jelas itu tidak ada dalam kamus hidup Ayah. Dosa bun!. Hanya saja Ayah gak mau ruwet. Mikir sana mikir sini. Belum lagi bicara soal keadilan bagi istri-istri itu. Tidak ada keadilan yang hakiki di dunia ini, Bun”.

Aku hela nafas dalam-dalam. Lega rasanya. Bagiku ini adalah nikmat terbesar dalam hidup. Ada gak sih,suami sudah diberi kesempatan untuk poligami tapi menolak? Paling cuma ada satu doang diantara sejuta laki-laki yang berpredikat suami.

Tiba –tiba ada notifikasi di hapeku. Sepintas kulirik. Ah..notifikasi messenger efbiku.

Aku sengaja membiarkan. Eeh..gak lama kemudian ..tuiing..berbunyi lagi.

“Bun, hapemu bunyi tuh.Kok dibiarkan saja. Barangkali ada info yang penting“.

Suamiku bangkit dari duduknya dan mengambilkan hape yang sejak tadi kubiarkan tergeletak di atas nakas. Dia menyerahkan padaku sambil mencium keningku. Berpamitan ke ruko tempat dia membuka usahanya. Tak jauh, hanya bersebelahan dengan rumah tempat tinggal kami ini. Ada seorang pelanggan datang hendak memesan ratusan lusin kaos untuk kampanye pilkada.

Setelah itu kubuka messengerku. Foto profil yang menawan. Jantungku berdebar lebih cepat. Dia yang kutunggu, kurindu,kunantikan.

“Hi, Ratna. Assalamu’alaikum. Kirim dong no hapemu. Masak aku ada tampang maling sih? Gak percaya banget . Hanya untuk menyambung tali silaturahim”

“Wa’alaikumuussalam. Maaf, belum bisa ya. Kita bisa kok bercengkerama via messenger. Seperti yang biasa kita lakukan”.

“Ah, kamu mengecewakanku lagi. Teganya dirimu. Kita sudah lama kan kenalnya”

“Ingat ya ,aku punya suami”.

Yaelaaah..aku sudah tahu.Lagian siapa juga yang mau menghubungi suamimu”

“Baiklah. Tapi berjanjilah,jangan telpon sembarangan”.

“Ok,siap bu!”,jawabnya kegirangan .Kuketahui dari deretan emoticon yang dia ketikkan.

Dengan sedikit gemetar, aku kirim no telpon hape.Triiing….beralihlah komunikasi kami via WA. Tolong jangan hujat aku dulu para pembaca yang budiman, awalnya sungguh ini hanya kuniatkan untuk bersenang-senang saja. Sebagai selingan hidup supaya lebih berwarna.Tak berniat aku untuk berganti pasangan , karena aku sudah terlalu nyaman dan mapan dengan suamiku. Tak mungkin kutukar dengan laki-laki yang belum jelas juntrungannya. Kisahku ini masih panjang dan berliku. Semoga tidak bosan membacanya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow,cerita yang asyik nih Bund. UPS, poligami.macam buku aku yah Indahnya Poligami. Nih Bunda harus baca buku aku, hehehe. Sukses selalu dan barakallahu fiik

04 Jan
Balas

Alhamdulillah suami sy g mw poligami..hehe..Bu Siti Ropiah produktif sekali, ap rahasianya?

04 Jan



search

New Post