Sugi Darmayanti

Rasa yang meluah di dalam hati dan pikiran,membutuhkan wadah supaya tidak meluber kemana- mana. Menjadi guru pengampu Bahasa Inggris di SMAN 2 Situbondo adalah...

Selengkapnya
Navigasi Web
Dahsyatnya Istighfar

Dahsyatnya Istighfar

"Labbaika allaahumma labbaik, labbaika laa syariikalaka labbaik, innalhamda wanni'mata laka wal mulka laa syariikalak .".....

Tak kuasa aku bendung butiran air mata yang meleleh diujung-ujung mataku,tak kering-keringnya menyertai perjalananku bersama suami tercinta . Jejak pertama yang kutorehkan di bandara King Abdul Aziz adalah sentuhan dahi di tanah Haram,dengan bermilyar-milyar rasa syukur serta takjub pada kuasa Illahi yang membuatku merasakan ini. Kalimat-kalimat talbiyah kubisikkan lirih,melambung bersama deruan angin kering serta debu menuju ke maktab,tepatnya di daerah Misfalaah,tempatku melabuhkan rasa penat usai perjalanan 11 jam dari Juanda,Surabaya, Jawa Timur. Rasa penatku sirna,segera aku beserta rombongan bergegas untuk menelusuri jalan menuju ke Baitullah. Buncahan rinduku mengglegak memenuhi pori-pori kulit. Hatiku merebak dengan hentakan pusaran sinarNYA. Jarak 1 km tidaklah berarti apa-apa ketika pendaman kerinduan tak mampu kuhalau. Luruh segenap jiwa dan ragaku melihat dan menyaksikan Baitullah di depan mata.Tertumpah ruah tangisan bahagia atas karunia ini. Menyeruak perih terhampar demi mengingat dosa yang telah aku jalani. Entah berapa banyak airmata tumpah disana. Kurasa rengkuhan yang demikian membara,sesak memenuhi rongga dada terhimpun di segenap hembusan nafasku.Kulantunkan asmaMu di setiap langkah dan gerakku.

Setiap tahun jutaan manusia berkumpul di tanah tanah suci Makkah Al Mukarammah untuk melaksanakan ibadah haji. Tak terkecuali aku dan suamiku yang telah bertahun-tahun memendam rasa ingin menginjakkan kaki disana. Alhamdulillah di tahun 2001 aku dan suamiku tercinta diberi kenikmatan tiada tara hingga bisa menjejakkan hati disana. Banyak cerita terangkai dan terekam di benakku. Namun ada satu hal yang takkan sanggup pupus diingatanku. Kisah yang sungguh mengusik nurani dan kesadaran rohaniku untuk selalu berjalan di atas rel kebenaran sesuai tuntunanNya.

Kisah ini dimulai saat di Mina untuk melempar Jumroh. Ini merupakan rangkaian ibadah haji yang dilaksanakan pada tanggal 10 sampai dengan 13 Dzulhijjah. Kebetulan rombongan yang aku ikuti mengambil nafar Tsani, sehingga harus tinggal di kawasan Mina selama tiga hari. Serasa aku serpihan tak berarti diantara jutaan umat Islam yang berkumpul disana.Tenda serupa bentuk dan warna bertebaran rapi di segala arah. Saat itulah ada rasa bahwa sesungguhnya manusia itu sama dihadapanNya yang membedakan adalah ketaqwaannya. Di hari kedua, aku dan suami serta beberapa teman sekamar merencanakan untuk melempar jumroh seusai sholat Dhuhur. Oleh karena itu usai sholat Shubuh masih bisa bersantai, ngobrol dan bercanda ria.

Pagi menggigit raga membuatku tergerak untuk membasahi kerongkongan dengan segelas kopi susu panas. Segera aku beranjak ke dapur umum yang jaraknya kurang lebih 200 m dari tenda tempatku bermalam. Aku lihat beberapa teman masih sibuk bercengkerama, kuurungkan niatku mengajak mereka.

Aku berpikir, “Ah...jaraknya dekat dengan tendaku, menunggu mereka akan terlalu lama”. Akupun berlalu menuju tenda dapur umum. Tak lama segelas kopi susu panaspun ada di tangan.

Kuseruput perlahan, “Hmmm..nikmatnya”.

Akupun berniat kembali ke tendaku semula. Dengan penuh percaya diri aku berjalan,setelah sekian lama akupun mulai dilanda sedikit kecemasan. Karena tak juga kutemukan tendaku.

Kutengok kanan kiri,”..Ah..bukan!” Kembali aku berjalan menyusuri deretan tenda-tenda yang nampak tak ada bedanya satu sama lainnya. Akhirnya kuberanikan diri bertanya beberapa kali kepada seseorang yang kulihat dari tanda pengenalnya jamaah haji dari Indonesia juga.

“Maaf ibu ,apakah ini kloter 71 dari Situbondo?”

“Oh..bukan mbak,ini kloter dari kota Padang”,jawabnya

“Baik bu,terima kasih”

“Maaf ,apakah ini kloter 71 ?

“Bukan mbak, ini kloter 39”

“Apakah ini kloter dari kota Situbondo?”

“Maaf, ini dari Solo”

Kususuri kembali jejak langkah di depan jajaran tenda-tenda itu. Putar kananlah,belok kirilah,berkali-kali aku lakukan. Bukannya sampai di tendaku , sepertinya malah semakin jauh. Karena aku bahkan bertemu dengan jamaah dari negara Pakistan,India dan Bangladesh.

Aku memberanikan diri untuk bertanya kepada salah satu diantara mereka,”Excuse me,is it Indonesian Camp?”

“Oh,no. It is Bangladeshs”

“No,I’m from Indian”

“Sorry, I’m Pakistani”

Ya Allah..tak kutemukan tendaku!! Sisa kopi susu panas telah dingin tak menggairahkan lagi. Dan aku tetap kebingungan. Kususuri sekali lagi jalan-jalan di seputaran tenda-tenda itu.

Kemudian aku bertemu ada seseorang yang menurutku adalah petugas dari Saudi Arabia dan aku tanya,”Excuse me,could you show me where is the camp of no 71?”

“Sorry,I don’t know”

Rasanya ini sudah upaya terakhirku. Dengan rasa takut yang mulai mendera,aku lanjutkan berjalan perlahan sambil mengamati kalau-kalau ada bendera yang bertuliskan 71.

Kebetulan di jalan yang kulewati ada pembagian buku kumpulan doa-doa gratis,maka nimbrunglah aku untuk menentramkan kegalauan hatiku. Kudengarkan serangkaian tausyiah dalam bahasa Inggris dari salah satu orang yang membagikan buku-buku tersebut. Sepintas tentang kehebatan istighfar serta pentingnya untuk selalu mengingat kesalahan dan kekhilafan yang telah kita perbuat.

Setelah itu aku terdiam sejenak. Kuingat kesalahan apa yang telah kuperbuat. Beginilah manusia , mengingat kesalahanpun butuh waktu! Akhirnya menitiklah airmataku ketika terlintas, bahwa tadi sejumput kesombongan telah aku lakukan. Karena jarak yang dekat membuatku terlalu percaya diri untuk bisa kembali ke tenda tanpa kesulitan. Begitupun aku sedikit enggan mengajak teman-teman sekamarku ikut, karena aku tidak sabar menunggu mereka bersiap-siap.

"Allahumma anta rabbi laa ilaaha illa anta khalaqtanii wa anaa 'abduka wa 'anaa 'ala ahdika wawa' dika maastatha'tu audzubika min syarrimaa shana'tu abu'ulaka bini'matika alayya wa 'abuu'u bidzambii faghfirlii fa'innahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta."

Kulantunkan istighfar qubro disetiap langkahku, bahkan disetiap kedipan mata dan desah nafas. Akupun kembali berjalan. Tak lama kemudian ,entah kenapa aku menoleh ke kanan dan…

“Subhanallah itu tendaku!”

Ya..benar aku telah menemukannya!!

“Alhamdulillah”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

ruar biasa pengalamanya..

29 Dec
Balas

Terima kasih..itu pengalaman yang tak pernah saya lupakan walaupun sudah 18 tahun yang lalu kejadiannya

30 Dec

Butuh bimbingan cara membuat tulisan yang bagus pak..

30 Dec

Ikut haru baca kisahnya

30 Dec
Balas

Terima kasih bu sudah mampir ke lapak saya...sedikit berbagi cerita

30 Dec

Masya Allah, merinding bacanya.istigfhar memandu jalan yang salah. Allah maha pengampun. Sukses selalu dan barakallahu fiik

30 Dec
Balas

Terima kasih atas doanya, pengalaman adalah guru yang terbaik bu

30 Dec

Subhanallah,Allahuakbar.

30 Dec
Balas

Alhamdulillah bu..Terima kasih sudah mampir ke lapak saya

30 Dec

Terima kasih sudah mampir ke lapak saya..Alhamdulillah Allah SWT telah memberikan kesempatan pada kami sekeluarga ke Baitullah..Semoga ibu juga mendapat kesempatan yang sama..

30 Dec
Balas

Pengalaman ibu, jd pelajaran buatku.. Trims yaa..

29 Dec
Balas

Terima kasih sudah mampir ke lapak saya...hanya pengalaman pribadi bu..

30 Dec

Amiin..Yarobbal Alamiin...begitu dahsyatnya istigfar yg ib

29 Dec
Balas

Terima kasih sudah mampir ke lapak saya..bagi saya itu pengalaman yang menggetarkan jiwa bu

30 Dec

Tulisan yang hebat....

29 Dec
Balas

Terima kasih bu..Tulisannya masih butuh perbaikan disana sini...maklum pemula

30 Dec

Mimpi semua umat muslim untuk bisa datang ke Baitullah...penulis adalah salah seorang yang beruntung bisa mempunyai pengalaman langsung dan bisa menuangkannya dalam bentuk tulisan. Semoga menjadi inspirasi dan motivasi untuk datang ke rumah Allah..Amin

29 Dec
Balas

Terima kasih sudah mampir ke lapak saya..Semoga ibu mendapatkan kesempatan yang sama

30 Dec



search

New Post