GERSANG
Rasanya sulit air mata ini
Mampu mengairi relung hati
Yang terlanjur merekah
Karena kemarau terlalu betah
#
Sedang awan masih bercengkerama
Bercanda di batas cakrawala
Lihat jiwaku makin memerah
Terbakar lidah-lidah amarah
Yang timbul dari kegersangan
lama dan berkepanjangan
#
Haruskah air mata ini mengering
Tanpa senyum dan mata mengerling
Haruskah kujaring matahari
Agar esok pagi tak kembali
#
Pamekasan, 22 Desember 2022
#T427#
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren menewen puisinya pak Wanto. Sukses selalu
Terima kasih apresiasinya pak Burhani. Salam sehat dan sukses selalu
Terima kasih apresiasinya pak Burhani. Salam sehat dan sukses selalu
Duh, diksinya kereen. Mantap, Pak
Terima kasih apresiasinya bunda. Sehat dan sukses selalu
Jangan biarkan gersang melanda terlalu lama Bapak. Berilah secercah atau setetes embun kehidupan. Keren bingit puisinya Bapak. Sehat selalu.
Terima kasih apresiasinya bunda. Salam sehat dan sukses
Puisinya sangat menyentuh, keren Pak Sudiwanto
Terimakasih apresiasinya pak Rochadi. Salam sehat dan sukses
Cakeep dan penuh makna. Jangan biarkan hati gersang. Karena cinta-Nya selalu ada. Salam sukses selalu, Bapak.
Terimakasih apresiasinya bunda Cicik. Sehat dan sukses selalu
Keren menewen puisinya. Indah diksinya. Semoga sehat selalu Pak Sudiwanto.
Terima kasih apresiasinya bunda Nanik. Salam sehat dan sukses