Jadilah seimbang, niscaya kita akan selamat !
Jadilah seimbang, niscaya kita akan selamat !
Mengapa kita terlalu sibuk mengejar dunia ?
Mengapa kita mengotori hati dengan sikap iri dan dengki terhadap nikmat yang dimiliki orang lain?
Bukankah kehidupan dunia ini hanya sekejap mata?
Saudaraku ingatlah Allah berfirman dalam surat Al-Hadid ayat 20:
ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَٰدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمًا وَفِى ٱلْاَخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ الـلَّـهِ وَرِضْوَٰنٌ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
''Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan, dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu."
Tidak dipungkiri semua manusia menginginkan kehidupan yang bahagia, namun kebanyakan dari kita mengartikan kebahagiaan itu dengan banyaknya rezeki berupa uang dan harta benda, kehidupan yang serba ada dan keinginan yang segera bisa terkabul. Namun sebagian orang yang kaya raya, malah seperti kehilangan arah hingga lupa tujuan hidupnya, semua bisa didapat dengan mudah. Tapi hidupnya hampa, yang sepertinya bahagia namun pergi ke klub malam, di klub malam malah berbuat maksiat, minum alkhohol, dan pesta narkoba. Sungguh miris kenyataannya. Bahwa kekayaan yang telah diberikan Allah SWT, malah menjadi kerusakan bagi diri sendiri.
Kekayaan ibarat pisau yang bermata 2, ia bisa memberikan banyak manfaat dan sumber pahala bagi tuannya dan bisa pula malah menikam tuannya hingga berdarah-darah dan mematikan. Allah tidak melarang umatnya menjadi kaya malah Allah memotivasi kita manusia untuk menjadi kaya.
Saktiawan, Rudi Iwan (dalam BPRS Botani, 2020) menjelaskan : “Bila kita kaji lebih dalam, meski agama tidak mencela atau menghina orang orang miskin, namun Islam mendorong ummatnya untuk memiliki harta yang memadai (kaya). Hal ini dapat dilihat dari hadits-hadits berikut ini : Islam memerintahkan memperhatikan keluarga (ahli waris) yang akan ditinggalkan, supaya mereka jangan sampai hidup melarat yang menadahkan tangannya kepada manusia”.
Kita perhatikan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Sesungguhnya engkau tinggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya (cukup) lebih baik daripada engkau tinggalkan mereka hidup melarat/miskin yang menadahkan tangan-tangan mereka kepada manusia (meminta-minta)”. (Hadits Riwayat Bukhari 3/186 dan Muslim 5/71 dan lain-lain)
Hadits ini menyatakan bahwa meninggalkan ahli waris dalam kondisi yang kaya adalah lebih baik bila dibandingkan dengan kondisi yang miskin. Dengan demikian, hadist ini memotivasi kita untuk produktif dalam mencari nafkah, sehingga ahli waris kita dapat ditinggali dengan harta warisan yang memadai.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dari hidup dalam kefakiran dan kelaparan.
“Dari Aisyah (ia berkata) : Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berdo’a dengan do’a-doa ini : Allahumma … (Ya Allah, sesungguh-nya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari fitnah neraka dan azab neraka, dan dari fitnah kubur dan azab kubur, dan dari kejahatan fitnah (cobaan) kekayaan, dan dari kejahatan fitnah (cobaan) kefakiran ….” (Shahih Riwayat Bukhari 7/159, 161. Muslim 8/75 dan ini lafadznya, Abu Dawud No. 1543, Ibnu Majah No. 3838, Ahmad 6/57, 207. Tirmidzi, Nasa’i, Hakim 1/541 dan Baihaqi 7/12).
(2) Hadits Abi Hurairah :
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a : Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari kefakiran, dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari kekurangan dan kehinaan, dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari menganiaya atau dianiaya”. (Shahih Riwayat Abu Dawud No. 1544, Ahmad 3/305,325. Nasa’i, Ibnu Hibban No. 2443. Baihaqi 7/12).
Dua hadits di atas, menunjukkan bahwa kefakiran adalah hal yang kurang baik. Karena merupakan hal yang kurang baik, maka Rasulullah memohon perlindungan dari Allah SWT. Karena do’a di atas juga merupakan suatu keteladanan yang perlu kita ikuti, maka secara esensi pun, berlindung (menghindari) dari kefakiran adalah hal yang perlu kita lakukan sebagai pengamalan kita atas keteladanan Rasulullah SAW.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendo’akan Anas bin Malik :
“Ya Allah ! Banyakkanlah hartanya dan anak-anaknya serta berikanlah keberkahan apa yang Engkau telah berikan kepadanya“. (Hadits Riwayat Bukhari 7/152, 154,161-162. dan lain-lain).
Pada hadits ini Rasulullah SAW mendo’akan agar sahabatnya memiliki harta yang banyak. Bila memiliki harta yang banyak suatu hal yang kurang baik, maka tentu Rasulullah SAW tidak akan mendo’akan seperti itu.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada sahabatnya Hakim bin Hizaam : “Wahai Hakim! Sesungguhnya harta ini indah (dan) manis, maka barang siapa yang mengambilnya dengan jiwa yang baik, niscaya mendapat keberkahan, dan barang siapa yang mengambilnya dengan jiwa yang tamak, niscaya tidak mendapat keberkahan, dan ia seperti orang yang makan tetapi tidak pernah kenyang, dan tangan yang di atas (yang memberi) lebih baik dari tangan yang di bawah (yang meminta)”. (Hadits Riwayat Bukhari 7/176 dan Muslim 3/94)
Hadits ini termasuk mendorong kita untuk memiliki harta. Pertama karena dinyatakan bahwa harta itu indah dan manis, serta dinyatakan bahwa tangan di atas (memberi) lebih baik dari tangan yang di bawah (menerima bantuan). Meski untuk menjadi dermawan tidak harus kaya raya dan belum tentu juga orang yang kaya raya pasti dermawan, namun dengan menjadi kaya maka bila orang tersebut dermawan akan banyak harta yang dapat ia dermakan. Dengan demikian, menjadi orang kaya akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk beramal dan memberi manfaat bagi orang lain dengan hartanya.
Ibadah (agama) dan mencari harta bukan sesuatu yang terpisah. Agama pun memotivasi untuk melakukan itu. Hanya saja, Islam memberikan tuntunan mencari harta dan mengelola harta yang benar.
Gunakanlah rezeki yang diberikan tuhan sebagai ladang amal. Sesungguhnya Rezeki tidak hanya berupa harta tetapi juga tubuh yang lengkap, kesehatan, teman yang shaleh, ilmu yang bermanfaat, jiwa yang tenang, orang tua yang sayang kepada kita, dan lainnya. Janganlah iri dan dengki kepada orang yang lebih kaya dari kita. Karena sifat iri dan dengki hanya membuat hati kita tidak tenang, dan lupa bersyukur terhadap apa yang sudah kita miliki. “Jalani saja kehidupan kita dengan sebaik-baiknya”!.
Kita tidak pernah tau kapan kita akan meninggal dunia, jangan menunda-nunda untuk bertaubat, dan kumpulkanlah amal shaleh sebanyak-banyaknya sehingga kita bisa berkumpul di surga bersama orang-orang yang kita sayangi juga orang-orang yang shaleh. Hidup di dunia hanya beberapa jam dibanding kehidupan di waktu akhirat.
Hendaknya kita selalu mengingat kematian, walaupun mengingat kematian kadang menimbulkan rasa takut, namun jadikan rasa takut itu sebagai alarm untuk terus beribadah, beramal shaleh dan menjauhi larangan ALLAH SWT.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar