Wanita itu Bernama Helina
***
Hujan rintik-rintik mengguyur Kota S malam ini. Suara - suara percikan air menahan kami untuk menikmati keindahan suasana malam kota ini. Semua orang mengenal Kota S. Siapa yang tidak mengenal Kota S, kota yang terkenal dengan budaya dan adat-istiadatnya. Kota yang dulu dikenal dengan Kota Serambi Mekkah. Tapi sekarang bisakah sebutan itu dipergunakan lagi. Perubahan zaman dan maraknya kemajuan teknologi, ditambah banyaknya budaya-budaya luar yang masuk tanpa disaring membuat sebutan itu pelan - pelan mulai sirna.
Keinginan untuk menikmati keindahan malam ini tercapai ketika seorang teman mengajak kami jalan- jalan dan menghangatkan badan dengan secangkir kopi Kota S
"Bang, mau ikut bang ke pasar cari kopi?" tanya Bang Romi Sang Penari Hebat.
"Bolehlah, imbuh saya pelan".
"Ayo kita naik pickup saya biar tidak kehujanan."
"Sip, saya tunggu di depan hotel ya!" Jawabku tegas.
5 menit perjalanan sudah sampai ke tempat yang dituju. Kiri kanan kelihatan ramai sekali orang sedang asyik menikmati indahnya malam. Mereka nampak punya cerita masing-masing terkait hari yang sudah mereka lewati. Sekali-sekali suara tawa mereka terdengar. Percakapan mereka kayaknya beragam. Tentang politik, budaya, olahraga, pertanian dan lain-lain.
Kami serombongan pun tak mau ketinggalan menceritakan pengalaman dan kejadian yang telah kami jalani selama beberapa hari yang lalu ketika mengikuti kegiatan Porseni.
Mulai dari bidang olahraga, tari, dan pendidikan pun tak ketinggalan kami ceritakan. Saling berbagi informasi dan sharing juga mengisi obrolan malam ini.
Di tengah-tengah obrolan saya ada yang mengganggu mata dan naluri saya sebagai seorang laki-laki sekaligus pendidik.
Mengapa saya katakan mengganggu, karena di tengah keasikan saya mengobrol ada kumpulan kumpulan asap yang beterbangan. Asap ini bukan asap biasa tetapi menurut saya luar biasa apalagi dalam pekan ini saya terkena serangan batuk yang tak kunjung sembuh. Luar biasa karena yang merokok di samping saya adalah seorang gadis belia yang berumur 19-22 tahun.
Wow..pertama melihat pemandangan itu rasanya batin ini sakit sekali. Saya saja yang lelaki tidak merokok. Beginikah keadaan kota kelahiran saya. Beginikah cerminan anak muda zaman NOW.
Bagaimana jika orang tua mereka tau kalau mereka mengisap rokok.
Sempat aku termenung dan terhengus.
Apakah mereka tidak dididik dan tidak terpantau? Semua pertanyaan itu menggeruyutiku.
Sekali lagi kucuri pandang meyakinkan siapa dia sebenarnya. Siapa tau mungkin saja saya kenal. Mungkin saja masih ada hubungan kekeluargaan.
Oh..bukan dia bukan siapa-siapa saya.
Rambutnya saja sudah beda dengan gadis kebanyakan. Warna hitam sudah berubah jadi warna merah.
"Ya, sudahlah, untuk apa aku mendalami pribadinya," Pikirku dalam hati.
Mungkin saja dia ABG yang lagi cari jati diri. Mungkin saja dia menghibur hatinya yang stres..dan tak terpikirkan sebenarnya apa pekerjaan dia.
Satu yang ku ingat tentang dia ada tulisan tato warna hijau di lengannya yakni "HELENA".
Astaghfirullahalazim...aku duduk di tempat yang salah...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar