Sriyanto

Pemuda kampung yang tak berhenti belajar. Belajar menulis, dari apa yang dibaca pada realitas sosial, pendidikan dan agama. Diruang ini bisa menuangkan id...

Selengkapnya
Navigasi Web

DENGAN MEMBACA,MANUSIA MENJADI MULIA

DENGAN MEMBACA, MANUSIA MENJADI MULIA

Di setiap pagi sekolah kami ada kebiasaan mengaji, dan halaqoh satu minggu sekali. Bersyukur sekali pagi ini tema halaqoh sangat menarik tentang adab guru terhadap ilmu. Sebelum halqoh kita mulai, bersama-sama membaca Al Qur’an surat Al Alaq. Surat ini terkait erat dengan pembahasaan yang dikaji. Qs. Al Alaq merupakan surah yang diturunkan pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW ketika menerima wahyu. Perintah pertama kali melalui firman Allah itu adalah membaca. Perintah itu tidak hanya berhenti membaca, tetapi diikuti dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakanmu. Agar dari ilmu yang diperolehnya selalu membawa manfaat bagi semua orang, bukan sebaliknya membawa kemudhorotan.

Perinta membaca, banyak yang menafsirkan tidak hanya sekedar membaca buku secara tekstual, tetapi jauh dari itu membaca ayat-ayat Allah yang bersifat qouliyah maupun kauniyah. Ayat qouliyah adalah ayat-ayat Allah yang telah ada dalam kitab suci Al- quran. Sedangkan ayat kauniyah adalah ayat-ayat Allah, yang ada pada sekeliling kita yang membawa hikmah dan kebenaran menuju kebesaran Allah SWT. Seperti peristiwa atau kejadian alam atau kejadian dalam hidup kita. Jika hal tersebut membawa hikmah, maka bisa jadi itu ayat-ayat Allah yang harus kita renungkan.

Dari membaca akan mendapat pengetahuan, dari pengetahuan lahirlah ilmu. Nah dengan ilmulah, manusia memiliki derajat yang mulia. Jika guru ingin mulia, ya harus punya ilmu. Dan ilmu itu diperoleh dari membaca. Membaca bagi guru suatu keharusan. Membaca sebagai nutrisi untuk bekal seorang guru, karena posisi guru adalah menebar ilmu. Naif sekali, jika kita sebagai guru memiliki peran memberikan ilmu kepada peserta didik, tidak menambah pengetahuan baru. Jika itu terjadi maka ‘kering’ dalam pembelajaran kita. Akhirnya siswa lesu dan malas dalam pembelajaran kita. Mereka menganggap bahwa ilmu yang diajarkan sudah diketahui. Apalagi sekarang pengetahan bisa diakses darimana saja. Membaca adalah kuncinya hidup mulia.

Bagaimana adab guru terhadap ilmu? Kita harus yakin bahwa setiap ilmu itu bersumber dari Allah, yang harus kita syukuri dan kita manfaatkan untuk sarana menebar kebaikan mendekatkan diri kepadaNya. Keberadaan ilmu tidak cukup untuk kepentingan duniawi saja, tetapi untuk kemaslahatan umat. Jika ilmu hanya untuk mendulang popularitas, kekayaan dan kedudukan semata, maka kedudukan ilmu justru menjerumuskan dirinya dan orang lain. Misalnya kita mengajari siswa sampai ahli matematika, jika kita tidak tuntun kearah spiritualitas, maka bisa jadi ilmu matematikanya digunakan korupsi mengelola pajak. Seorang anak memiliki kemampuan IT, tapi digunakan untuk hakker merusak jaringan telekomunikasi. Ahli hukum digunakan untuk merusak sistem hukum, Dalam konteks lebih makro, kita masih ingat peristiwa Jepang dibom nuklir oleh Sekutu. Ditemukannya ilmu nuklir, bukan untuk kemashalatan, tetapi kehancuran umat manusia demi berkuasa di dunia.

Kita harus belajar terhadap ulama-ulama terdahulu dalam memuliakan ilmu. Misalnya seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, Ibnu Taymia, Ibnu Khaldun, Al Jabbar dan lain-lain. Dalam ilmu kedokteran, Ibnu Sina menjadi rujukan ilmu kedokteran modern saat ini. Penemuan para ulama terdahulu masih menjadi sumber inspirasi dalam dunia ilmu pengetahuan hingga hari ini. Satu-satunya cara yang mereka contohkan agar ‘cahaya Allah’ masuk dalam ilmu itu. Sehingga derajat beliau semuanya ditinggikan oleh Allah SWT.

Seyogyanya dalam mengajarkan ilmu ke siswa berusaha untuk ditarik pada nafas ke Al-Quran atau sebuah hadits atau ayat-ayat kauniyah yang membawa hikmah. Agar ada nilai spritualitas didalamnya. Tidak ansih mengajarkan ilmu pengetahuan. Jika itu kita lakukan, pembelajaran akan lebih menarik, terkesan, menginspirasi dan bermafaat dalam hidup yang nantinya lebih dekat kepada tuhanNya. Hal itu bisa kita lakukan, jika kita rajin membaca buku atau realitas sosial yang membawa hikmah sebagai kekuatan dalam menyampaikan ilmu. Oleh karena itu saya mengajak diri pribadi dan semuanya itu selalu membaca dan mentadaburi ayat-ayat Allah baik qauliyah maupun kauniyah. Jika guru ingin mulia, bacalah dengan menyebut namaNya. Semoga bermanfaat.

Waallahualam bishowab…

Surabaya, 31 Januari 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post