BEDA RUTE
Hari ini tak seperti biasanya. Dengan ragam moda transportasi di Jakarta, mulai dari Trans Jakarta yang lebih akrab dengan sebutan Tije, Jaklingko, dan Bus Pengumpan Transjakarta yang dikenal dengan Feeder Transjakarta, rasa ingin tahuku hari ini membuatku ingin menggunakan moda Feeder Tije dan Jaklingko. Madrasah tempatku mengajar berjarak 16 Km dengan rumahku. Aku yg tidak menggunakan kendaraan pribadi, setiap harinya hrs menggunakan angkutan umum, dengan waktu tempuh 1,5 hingga 2 jam. Rute yg biasa kutempuh adalah Kapuk, Cengkareng, Indosiar, RS Medika Permata Hijau, Joglo, dan berakhir di Petukangan Utara. Rute normal ini memerlukan waktu 1,5 jam. Namun belakangan, rute ini bertambah titik macetnya dan penuh penumpang kalau sudah lewat dari jam empat sore, harus berdiri di dalam bus Tije dari halte Indosiar sampai halte RS Medika. Dengan kondisi fisik yg sdh lelah seharian di sekolah, membuatku mencari alternatif. Sore ini kucoba rute yg berbeda. Kumulai Feeder Tije dari Kapuk, dan transit di Walikota Jakarta Barat. "Dari sini ada angkot B04 menuju Meruya," kiraku dlm hati. Stl menunggu 10 menit, datanglah angkutan Jak.31. Mungkin ini pengganti B04, ternyata perkiraanku salah. Jak.31 berakhir di Mall Puri Indah. Akupun bertanya ke supirnya, "Pak, gak sampai Jalur 15 Meruya ya?," tanyaku ke supir yang usianya sdh paruh baya. "Ibu mau kemana?," tanyanya kembali. "Sy mau naik Jak.51 ke arah Budiluhur, dulu ada angkot B04 kan ya yg ke Meruya," jawabku. "Ooo...skrg udah gak ada rutenya bu, begini aja, ibu naik lagi mobil yg di depan, terus ibu turun di bunderan RS Puri, nanti ada angkot B14 disitu," sarannya. "Baik pak, terimakasih ya," ucapku Naiklah mobil di antrian depan, berangkat dan sesuai arahan supir, aku turun di Bunderan RS Puri. Benar sj, disana sudah ngetem angkot B14, kulihat supirnya masih muda, merokok, sibuk dengan gadget dan ngetemnya lama banget, sampai 10 menit blm bergerak jg. Kuberanikan diri utk mengingatkannya. "De...mau ngetem berapa lama lagi?", ucapku. "Nunggu penumpang lagi bu," jawabnya dan tak lama kemudian, melaju jg mobilnya. Sampai depan walikota, naik empat orang penumpang perempuan. Ada satu perempuan muda, yg dari naik sudah sibuk memeriksa dompetnya. Tak lama kemudian, dia bertanya padaku. "Bu, punya uang recehan gak, mau tukar uang. Uang sy 100 ribu," tanyanya. "Sy gak punya Mba," jawabku utk antisipasi tidak mau mengeluarkan dompet di angkutan umum. Setiap naik angkot, spt biasa sdh kusiapkan uang receh di kantong luar tasku. "Kalau mau bayar angkot, pakai ini sj," lanjutku sambil kuberikan padanya satu lembar uang limaribuan. "Nanti bgm sy ganti uang ibu?," tanyanya. "Sudah pakai sj, ga apa", sy sdh berikan uang ini," jawabku dengan ingatan kembali pd masa lalu, teringat cerita ibuku, yg lupa membawa dompet, baru sadar dompetnya tertinggal ketika mau bayar angkot, dan ketika itu ada anak muda yg memberikan uangnya. Setelah kulihat jam di handphone ku, ternyata sudah jam 17:16, jam orang pulang kerja. Benar sj dugaanku, titik macet kujumpai dimana". Antrian kendaraan baik roda dua maupun roda empat sudah makin panjang. Nikmati perjalanan pulang sore ini utk menghibur diri sendiri. Lelah for lillah. Tantangan 30 hari menulis di media guru (7) Sri Wahyuningsih Jakarta, 30 Januari 2020 Jam 06:42
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar